Unsur-Unsur Dalam Mengolah Bunyi Saat Tampil Di Muka Umum

Seorang yang akan melaksanakan public speaking harus bisa berbahasa yang baik dan benar mirip berikut. Pertama, harus melafalkan atau mengucapkan setiap bunyi bahasa dengan tepat dan jelas. Untuk itu, diharapkan bisa mengolah suaranya dengan teknik bernafas yang tepat (bernafas dari perut bukan dari dada), sehingga lahirlah vokal yang higienis dan bulat. Kedua, intonasi dan nada harus tepat biar tidak kaku atau monoton. Temponya pun harus tepat. Artinya, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Perlu diingat bahwa public speaker tidak sama intonasinya dengan penyiar, pembaca puisi dan pembaca saritilawah.

1. Melatih Kemampuan Suara

Unsur-Unsur dalam Mengolah Suara Ketika Tampil di Muka Umum - Sebelum memberikan sebuah pidato di hadapan umum hendaknya seorang pembicara terlebih dahulu melaksanakan latihan membaca naskah, biar pada waktunya nanti sanggup melaksanakan pidato dengan lancar. Dengan melaksanakan latihan, seorang pembicara diharapkan sanggup membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang tepat.

Seorang yang akan melaksanakan public speaking harus bisa berbahasa yang baik  dan  benar  s Unsur-Unsur dalam Mengolah Suara Ketika Tampil di Muka Umum
image source: entrepreneur.com
baca juga: Pengertian Pidato dan Teknik Pidato yang Baik dan Benar

Suara kita tak berbeda dengan wajah kita. Ada pengaruhnya pada sikap kita. Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan bunyi kita yaitu usia, jenis kelamin, etnis dan kepribadian.

Ekspresi bunyi merupakan pengekspresian diri dalam berkomunikasi melalui bunyi yang jelas, indah, tepat dan berjiwa dengan penggunaan pernafasan yang benar sehingga komunikasi menjadi efektif. Ekspresi bunyi Itu penting dikarenakan pribadi yang matang dan berdikari terpantul diantaranya melalui SUARA. Perlunya ekspresi bunyi dalam suatu penampilan di muka umum adalah:
  • Suara memancarkan energi, kegairahan dan antusiasme
  • Suara besar lengan berkuasa 38% dari komunikasi kita
  • Orang yang menarik dan percaya diri tercermin dari suaranya
  • Ekspresi bunyi mempengaruhi peningkatan kepercayaan orang lain
  • Suara yang baik sanggup membuat relasi baik
  • Suara yang meyakinkan sanggup menimbulkan kesan profesional
  • Suara yang baik sanggup meningkatkan kepercayaan bisnis

Ekspresi bunyi yang baik bila:
  • Terdengar ( volume bunyi baik )
  • Jelas ( artikulasi pengucapan baik )
  • Hukum pengucapan benar ( tata bahasa & lafal )
  • Sesuai dengan maksud ( penjiwaan benar )

Mengukur Suara; bunyi paling tidak menyuarakan kecemasan. Dan kecemasan itu menggema kembali ke indera pendengaran pembicara yang kemudian menambah getaran kecemasan pada bunyi berikutnya. Kebanyakan orang tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya mereka mempunyai potensi untuk menghasilkan bunyi yang cukup mempesona, mirip halnya para artis dan pemain opera. Musuh yang selalu dihadapi yaitu rasa kurang percaya diri, ketegangan dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak menguntungkan. Suasana batin yang tidak santai sanggup merampas rasa percaya diri yang dimiliki. Dalam pertemuan, rapat besar maupun kedl, hindarilah sikap ragu yang mencoba mengganggu pikiran dan perasaan. Yakinlah pada diri Anda! Sebenarnya Anda mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan baik. Tidak perlu membaca dan mempelajari, lantaran sesungguhnya Anda sudah memilikinya.

Unsur-unsur variasi bunyi / penjiwaan dalam ekspresi suara:
  • Volume : nyaring atau pelannya kekuatan suara
  • Tekanan dinamika : keras / lemahnya tekanan pengucapan
  • Nada / Pitch / Infleksi : tinggi / rendahnya lagu pengucapan
  • Tempo : cepat / lambatnya pengucapan
  • Warna bunyi / kualitas bunyi : ciri khas suara

Cara Menghasilkan Suara Maksimal / Volume:
  • Melatih kelenturan otot wajah, mulut, rongga mulut, otot leher, otot dada, otot diafragma

Cara Mengatur Nada:
  • Perubahan Nada Suara ( vocal inflection ) : Perubahan nada bunyi untuk memperlihatkan keterlibatan emosi pada ketika bertutur
  • Langkah ( pacing ) : Ketukan yang konstan dalam berbicara
  • Perubahan Kunci Nada ( key change ) : 
Apa?                                         Api?
Tidak (rendah)              Tidak mungkin (tinggi)

Seperti halnya Anda mempunyai kemampuan untuk mengatur napas pada ketika tidur dengan nyenyak. Sejak lahir orang cenderung untuk berguru mewaspadai kemampuannya sendiri, takut akan hadirin, merasa tegang, khawatir dan sebagainya. Karakter-karakter macam inilah sesungguhnya merusak cara Anda berbicara yang natural. Di dalam satu ruangan terdapat sebanyak 50 orang, Cara mengukur bunyi dengan Anda berdiri di salah satu sudut ruangan. Salah seorang dari jumlah itu berada di sudut yang berlawanan. Dapatkah orang itu mendengarkan bunyi Anda? Jika dapat, pandanglah beliau dan berbicara padanya. Suara Anda akan berhasil hingga pada telinganya dan masingmasing individu dalam ruangan tersebut sanggup mendengarkan bunyi Anda juga. 

Setelah mencicipi bagaimana bunyi Anda terbawa hingga ke sudut ruangan, Anda sanggup merubah posisi, pandanglah orang lain di ruangan itu, maka Anda berhasil meneruskan resonansi bunyi yang Anda dapatkan. Namun, perlu diingat biar Anda jangan berteriak. Anda akan cepat lelah, demikian juga pendengar. Nada-nada yang rendah pun, apabila bebas keluar, mempunyai kekuatan yang besar Pergunakanlah nada menengah yang biasa Anda gunakan seharihari. Apakah Anda menganggap suaranya kurang lezat di dengar? Jangan hal itu menghalangi Anda berbicara. Sedikit sekali pembicara yang mempunyai bunyi sempurna. Suara Anda mempunyai kelebihan, lantaran bunyi tersebut mencerminkan kepribadian dan mengekspresikan diri Anda.

Kualitas Kata / Voice Quality:
  • Kualitas biasa menyenangkan, bergema 
  • Kualitas sengau 
  • Kualitas mendesah 
  • Kualitas keras dan kasar 
  • Kualitas parau 

Karakter bunyi yang baik:
  • Menyenangkan untuk didengar. 
  • Dinamis, memperlihatkan impresi. penuh tenaga dan kekuatan 
  • Ekpresif, kaya akan nuansa. 
  • Jelas, segar, dan mempunyai power kuat untuk didengar. 
  • Mengalir masuk akal dan tidak dibuat-buat. 

Bagaimana mengetahui mutu bunyi sendiri berdasarkan ukuran indera pendengaran orang lain? Diperlukan sebuah "tape-recorder" (alat perekam) dan seorang ternan. Banyak orang terkejut ketika mendengar suaranya sendiri dari tape-recorder. Mereka merasa suaranya "lain" dan biasa. Memang benar bunyi yang direkam akan terdengar lebih tipis dan lebih tinggi nadanya dibandingkan dengan bunyi yang sesungguhnya. Ingat bahwa bunyi yaitu suatu vibrasi. Tentukan sebuah topik yang menarik untuk dibicarakan dengan ternan. Rekamlah sewaktu berbicara dengan teman. Kemudian matikan tape tersebut. Apakah ternan tersebut memperlihatkan respons ketika kita sedang berbicara kepadanya? Respons tertarik, sinis atau bosan, apa beliau memahami dan penuh konsentrasi apa yang sedang dibicarakan? Apabila mengetahui semua reaksi berarti terjadi proses komunikasi. Sekarang putar kembali hasil rekaman. Apa suaranya terang didengar kembali, bagaimana dengan napasnya pada point-point tertentu, apakah suaranya naik turun? Apakah variasi nada dan volume suara, lezat didengar? Apabila bunyi tersebut kedengarannya cantik dan kualitas yang sanggup dijadikan standar, seandainya Anda berbicara nanti di depan publik. Sampailah kita pada kesimpulan, bunyi kita antusias, berwibawa, objektif, penuh pengabdian atau penuh humor. Apakah hasilnya jelek? Apakah alasannya? Apakah pada ketika berbicara sering menelan ludah di tengah-tengah pengucapan suatu kata sehingga bunyi terdengar mirip tercekik. Mungkin ternan-ternan menyampaikan bahwa mereka kurang memahami apa yang dibicarakan. Apakah Anda melihat ekpresi wajah mereka yang bosan? Apakah Anda menggumam atau berteriak. Mungkin Anda kurang bisa mengungkapkan secara terperinci, sehingga ada kesan memaksakan tenaga, dalam perjuangan untuk membuat ternan memahami apa yang sesungguhnya diinginkan. Kecenderungan inilah dikhawatirkan menjadi penyebab bunyi kita berubah menjadi melengking. Apakah bunyi kita terdengar monoton? Sengau? Lemah? Atau kasar? Apakah kita sering terjebak dalam suatu kalimat panjang, sehingga ada kesan terengah-engah kehabisan napas atau menelan udara secara tidak sengaja. Ungkapan atau klarifikasi kelemahan dari bersuara yaitu merupakan cacat bunyi dalam berbicara. Kelemahan-kelemahan tersebut bisa menjadi tepat melalui pelatihan-pelatihan. Adakah niat Anda akan memperbaiki? Apakah ada gaya atau cara bicara yang perlu Anda perhatikan? Upayakan gaya atau cara bicara yang tidak baik, supaya dihindari atau Anda perlu hatihati mengevaluasi diri sesudah selesai berbicara. Misal: apakah ketika berbicara Anda mengucapkan kata "pakai" atau pake; pergi atau pegi; malas atau males. Apakah Anda juga mengucapkan kata "tidak ada" atau ndak ada. Usahakan memperlihatkan "stressing atau tekanan" pada kata-kata secara tepat pada setiap kata atau kalimat.

Berbicara terlalu cepat ; adakalanya melupakan makna katakata yang diucapkan. Akibatnya khalayak tidak tahu apa yang Anda ucapkan atau tidak terjadi komunikasi.

Bernapas dengan baik; Napas yaitu basisnya berbicara. Pada waktu tidur sistem pernapasan berlangsung secara otomatis dan sangat panjang, menyerupai sistem pernapasan para orator dan penyanyi terbaik.

1. Pada waktu terjaga (bangun), bernapas dalam dua cara berbeda. Tidak bersuara. Menghirup dengan teratur, dengan cara sedikit dan menghembuskannya kembali keluar hidung. Proses menghirup udara ini seeara otomatis tanpa direneanakan terlebih dahulu.

2. Berlawanan sekali. Untuk memutuskan sesuatu, mengungkapkan suatu perasaan, misal sedih atau gembira. Tindakan ini direneanakan, menghirup dan menghembuskannya kembali. Sewaktu bemapas, dirasakan gerakan tulang rusuk dan diafragma yang terletak di bawah paru-paru. Saat menghirup, tulang-tulang rusuk naik dan diafragma yang turun. Namun, bila menghembusnya tulang-tulang rusuk turun, dan sebaliknya diafragma naik. Dengan demikian, udara sanggup terdorong keluar dari paru-paru. Inilah cara bemapas alami, tanpa ketegangan. Banyak orang mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. Ini suatu kekeliruan yang besar, lantaran hanya menimbulkan ketegangan bagi organ-organ penghasil suara. Ketegangan telah mempersempit rongga dada, padahal rongga tersebut daerah diproyeksikannya suara. Apa sebaiknya dilakukan? Bersikap tegak, tapi jangan kaku atau tegang. Tahan perut, ketika berbieara. Tindakan ini 90 persen benar. Supaya sempurna, sebaiknya mengambil napas pada selang-selang kalimat yang memungkinkan berbuat untuk itu. Dengan menahan perut sejenak dan tetap mempertahankan posisi tegak yang tidak tenang, maka diafragma, tulang-tulang rusuk dan paru-paru mempunyai waktu yang cukup buat menyiapkan diri, melaksanakan tugasnya secara tepat waktu tanpa harus ada reneana terlebih dahulu. Semua gerakan lisan terjadi dalam waktu bersamaan. Pertama: bernapas; kemudian bersuara; selanjutnya beresonansi; kemudian artikulasi.

Berbicara di depan Mikrofon

Penggunaan sarana alat bantu perlu diperhatikan :
  1. Mikrofon yang sudah ada standarnya jangan dipegang-pegang. Selain menimbulkan bunyi mendegung, juga mengesankan pendengar tidak tenang. Kalau hanya untuk mengatur posisi atau untuk menyakinkan apakah mikrofon sudah on, mikrofon boleh disentuh. Tindakan ini dilakukan sebelum berbicara, mikrofon tidak perlu disentuh lagi.
  2. Mikrofon yang tidak ada standarnya. Cara memegannya masuk akal saja, kabelnya jangan dimaikan dan jangan digunakan bergaya mirip penyanyi di panggung. Hal ini mengesangkan pepembicara tidak tenan g. Bahkan bisa dianggap bahwa pembicara tidak sopan lantaran berpidato dengan main-main.
  3. Jarak antara mikrofon dan lisan jangan terlalu bersahabat dan jangan pula terlalu jauh. Jarak idealnya 20 cm. Jarak yang terlalu bersahabat menimbulkan bunyi tidak terlalu jernih dan pembicara akan terpengaruh untuk berbisik dengan pembicaraan lain.

2. POLA TITINADA DAN RESONANSI

A. Pola Titinada

Pita bunyi dari alat musik biola yaitu tali-tali senarnya. Sedangkan pita bunyi insan yaitu tali-tali senar menghasilkan "suara". Pita bunyi yaitu kepingan dari pangkal tenggorokan yang disebut larynx atau kotak suara. Bagi pria, "jakun" yaitu kotak suaranya. Manusia mempunyai dua pita suara, yang menyerupai pita pipih dengan panjang kira-kira satu indo Pada waktu tidak berbicara, pita bunyi tersebut saling berjauhan satu sama lain. Namun, pada waktu berbicara, pita bunyi tersebut saling mendekat, bersatu, merintangi udara yang masuk ke paru-paru. Akibatnya pita bunyi bergetar dan getaran inilah yang menimbulkan "suara". Pola titinada yaitu tinggi rendahnya bunyi dihasilkan. Berbicara dengan bunyi rendah, lebih banyak untungnya daripada dengan bunyi tinggi. Namun, kalau ada pembicara dengan contoh titinada yang tidak berubah, tinggi terus atau rendah terus, ada kesan pembicara sedang bosan berbicara atau membuat orang lain menjadi bosan Kalau pembicara dengan bunyi rendah lantaran dilanda stres, suaranya tidak akan gampang berubah melengking. Pola titinada bunyi yang terlalu tinggi, pita bunyi bekerja lebih keras dari semestinya, dan akan cenderung menghasilkan bunyi yang parau dan terengah-engah kelelahan. Namun, kita harus berhati-hati pada nada serendah yang juga berbahaya. Kemungkinan bunyi tidak sampai, kesudahannya orang tidak memahami apa yang sedang dibicarakan. Nada bunyi tinggi juga menimbulkan masalah. Bagi perempuan bisa dianggap "kekanak-kanakan", sedangkan bagi laki-laki malah dianggap "banci" Untuk mengetahui contoh titinada, sebaiknya sering latihan membaca, dan selanjutnya direkam. Dengan latihan khusus contoh titinada, kita sanggup mengetahui dan mengatur standar bicara kita. Titik berat yang harus diingat ialah berbicara harus dengan nada bicara yang wajar.

B. Resonansi

Para andal ilmu faal mengatakan, pita bunyi hanya 5% (lima persen) dari keseluruhan volume bunyi yang dihasilkan, sedang 95 % (sembilan puluh lima persen) lainnya hasil kerja sarna dengan organ-organ badan lain. Badan insan mempunyai banyak ruang kosong, misal pada rongga dada, kerongkongan, dan sinus yaitu ruang yang menghubungkan rongga hidung dengan batok kepala dan mulut. Kesemuanya ini merupakan resonator. Kita mempunyai seluruh peralatan khusus dan lengkap untuk mendapat resonansi yang cantik atas bunyi yang dihasilkan pita-pita suara. Namun, mengapa lisan perlu dibuka? Bagaimana resonansi dihasilkan? Bagaimana caranya memperoleh resonansi? Apabila kita mendengar bunyi terbawa jauh melewati jarak yang cukup panjang, tetapi tetap berhasil mempertahankan kualitasnya, bunyi itu dikatakan beresonansi. Suara yang tinggi, memekikkan indera pendengaran juga terdengar dari jarak jauh, tetapi tidak sanggup dikatakan beresonansi.

Resonansi yaitu ruang-ruang di badan kita yang turut bergetar, memberi kekuatan pada volume suara. Getaran yang dihasilkan oleh pita bunyi dipantulkan ke ruang-ruang resonansi, yakni:
  1. Resonan Atas, nasal cavity, terdiri atas: rongga hidung, rongga kepala (pelipis).
  2. Resonan Tengah, terdiri atas: rongga lisan dan pharynx (leher)
  3. Resonan Bawah, yaitu dada.

Resonan Atas jikalau dimanfaatkan secara maksimalakan menghasilkan bunyi yang jernih, cemerlang dan ringan. Suara itulah yang ideal diharapkan untuk berbicara di depan umum. Pada Resonan Tengah, pembukaan lisan serta peletakan alat bicara yang benar akan menghasilkan kekuatan yang besar. Resonan Bawah akan akan bergetar keras pada ketika memberikan suara-suara rendah. Hindari berbicara dengan meredam lisan dan pharynx (leher) lantaran produksi bunyi akan tidak maksimal dan bisa mengakibatkan terganggunya pita suara. Indikasi bunyi yang dihasilkan akan parau dan kasar.

Resonansi harus bernilai kuat dan penuh. Dengan membunyikan suatu alat musik akan timbul vibrasi. Vibrasi tersebut menghasilkan suara. Apabila bunyi dikeraskan vibrasinya pun semakin kuat. Setiap vibrasi mempunyai ukuran resonator tertentu biar bunyi yang dihasilkan akan terdengar dengan kekuatan maksimum. Suara insan sanggup dianggap sebagai benda yang bervibrasi. Kita mempunyai tali suara, dengan pernapasan, tali bunyi itu sanggup divibrasikan. Dengan vibrasi tali suara, timbul bunyi yang lemah, yang sanggup diperkuat dengan pinjaman resonator. Tidak ada resonator sebaik milik manusia. Resonator insan sanggup berubah-ubah diubahsuaikan dengan setiap ketinggian nada bunyi yang dihasilkan. Untuk menyebarkan bunyi sehingga mempunyai kualitas sebaik mungkin, janganlah memikirkan tali suara. Curahkan perhatian kepada resonator yang dimiliki. Salah satu resonator yang sanggup diatur sekehendak hati yaitu "rongga mulut" Suara yang tidak tepat resonansinya sanggup disebabkan suatu kendala pada pergerakan lidah, otot-otot kerongkongan yang kaku, ataupun lantaran suatu penyakit pada rongga nasal. Untuk mengatasi kekurangan itu sanggup ditempuh dengan caranya sebagai berikut:
  1. Ambillah sebuah cermin kecil, diusahakan cahaya jatuh pada cermin tersebut.
  2. Bukalah lisan lebar-lebar dan dengan pinjaman cahayc yang direfleksikan cermin, dan lihat apakah kepingan lisan yang tenggorokannya di sebelah belakang membentuk lengkungan yang sempurna.
  3. Apabila sisi lain atau lubang pembukaan kurang lebar maka perlu melatih diri untuk memperkuat apa yang dinamakan pilar, yaitu otot-otot yang menyangga “soft palate”.
  4. Latihan tidak banyak menyita waktu, tetapi harus dilakukan secara konsisten 
  5. Latihan pertama, lakukanlah di depan cermin, sehingga kita tahu yang terjadi di kepingan tenggorokan.
  6. Buka lisan lebar-lebar, bernapaslah dengan terengah-engah.
  7. Tataplah cermin, uvula yaitu kepingan dari kulit tergantung di tengah-tengah soft palate, akan bergerak ke kanan dan ke kiri.
  8. Latihan ini akan memperkuat otot-otot dinding dan membentuk soft palate sedemikian rupa sehingga mencapai bentuk yang serasi.

C. Latihan untuk bunyi "NG" dan "N"

Selama latihan semua otot rahang dan tenggorokan tidak boleh berada dalam keadaan tegang. Lebarkan lubang hidung, biar bibir atas tidak berada dalam keadaan tegang. Sekarang berlatihlah mengucapkan kata-kata yang berakhiran “NG", misalnya: yang, abang, sayang, sang dan lain-lain. Sambil mengucapkan kata-kata itu, coba rasakan vibrasi di kepingan belakang hidung dan di kepingan belakang gigi depan. 

Pergunakan nada bunyi yang sarna selama latihan, sehingga akan diperoleh perasaan yang tepat yang harus menyertai pengeluaran suara. Lakukan metode yang sarna untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang banyak mengandung karakter "NG".Latihan dengan memakai kata-kata dengan karakter "N" merupakan faktor utama, misalnya: nama, anak, kanan, demikian dan sebagainya. Di samping itu berusaha berbicara dengan resonansi. Tanpa disadari, pada percakapan setiap hari banyak kita memakai kata-kata dengan karakter NG dan N. Teruslah berlatih, akan dirasakan hasilnya kemudian. 

Pemakaian bunyi pada waktu berbicara sarna dengan cara sewaktu bemyanyi. Si penyanyi harus menguasai aliran pada nada-nada mirip menguasai aliran pada inspirasi atau gagasan sewaktu berbicara. Penyanyi memikirkan nada, sedangkan pembicara memikirkan ide. Suara pembawa program secara otomatis mengeluarkan nada-nada yang sesuai dengan inspirasi yang dikandungnya. Nada itu akan dikeluarkan dengan bunyi yang beresonansi dan lezat didengar, apabila bunyi itu dikeluarkan dengan gerakan yang bebas. Semakin terang idenya, semakin terang pula citra vokalnya. Pergunakanlah kesempatan untuk memperbaiki kebiasaan yang menghalangi perkembangan kualitas resonansi suara. Suara vokal merupakan tindakan mental daripada fisik. Pada waktu berbicara, konsentrasikan pikiran pada ide, yang akan diungkapkan. Hindarilah memerhatikan prosedur vokalnya. Dengan kata lain, janganlah memikirkan bunyi pada waktu berbicara, tetapi pikirkanlah idenya.

D. Aplikasi latihan olah suara
  • Lion Face : melemaskan otot wajah
  • Urut rahang 
  • Lipat pengecap – atas bawah : untuk melenturkan lidah
  • Putar pengecap : untuk melenturkan lidah
  • Katup gigi 
  • Motor boat : melenturkan pengecap sekaligus melatih pernafasan
  • Putar leher : melemaskan otot rahang
  • Urut leher : melemaskan otot rahang
  • Putar bahu
  • Nafas panjang
  • Reaching for the star

Cara Mengatur Kecepatan
  • Sebuah riset memperlihatkan kecepatan ideal berbicara dalam bahasa Indonesia yaitu 104 - 144 kata per menit 
  • Riset psikologi memperlihatkan tingkat kebosanan insan mendengar bunyi yang monoton yaitu 7,7 detik 
  • Kecepatan ini diibaratkan not-not pada lagu 
  • Kecepatan mempengaruhi emosi 

Tekanan Kata / Aksentuasi
  • Ibarat sebuah bahasa tulis pengutamaan sama dengan cetak tebal 
  • Tujuannya biar lebih dimengerti, memberi kesan lebih kuat, meluruskan maksud, mempercepat impact 

Latihan Volume Suara
  • Ucapkan ; “Siapa yang tertawa sendiri disana” 5X dengan bunyi yang semakin keras tetapi dengan nada tetap 
  • Ucapkan ; “Kamu betul-betul hebat” 5X dengan bunyi yang semakin pelan tetapi dengan nada tetap 

Latihan Artikulasi
  • Ucapkan 10 kali ; “Kepala diurut kelapa diparut” 
  • Ucapkan ; “Saya naik sedan ke Surabaya” dan “Saya tersedu sedan mendengar isu itu” 

Latihan Ekspresi
  • GEMBIRA : Horee…saya sanggup hadiah seratus juta 
  • SEDIH : Uang seratus juta yang kudapat dari hadiah itu dirampok orang 
  • MARAH : Uang ini milikku!, Bukan milikmu! 
  • TAKUT : Jangan! Jangan bunuh aku! Ambil saja semua uang yang ada di tas ini 

Latihan Aksentuasi
  • Saya dari rumah sakit jiwa
  • Siapa dari rumah sakit jiwa?
  • Saya dari rumah sakit jiwa
  • Anda dari rumah sakit mana?

Latihan Nada

  • Ucapkan kalimat ; “Es teh manis” yang maksudnya rasa teh itu manis 
  • Ucapkan kalimat ; “Es teh manis” yang maksudnya si lawan bicara berwajah manis 

Latihan Warna Suara
  • Ucapkan kalimat; “Sehari serasa setahun” dengan warna bunyi Asli, Lebih besar, Lebih kecil, Parau, Sengau, Nenek-nenek, dll.

Latihan Pernafasan Diafragma

Ucapkan dengan satu tarikan nafas :
  • Indonesia tanah daerah saya dilahirkan, daerah saya dibesarkan, daerah saya berbakti, daerah mengenyam suka dan duka, daerah saya merasa kondusif dan bahagia, daerah saya memuja namanya dan tanah tempatku selama-lamanya

Sekian artikel tentang Unsur-Unsur dalam Mengolah Suara Ketika Tampil di Muka Umum. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
  • Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
  • De Vito, Joseph A. (1994), The Public Speaking Guide. New York: Harper College.
  • Hadinegoro, Luqman. 2003. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta: Absolut.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Unsur-Unsur Dalam Mengolah Bunyi Saat Tampil Di Muka Umum"

Post a Comment