Pengertian Berfikir Positif, Aspek-Aspek, Efektif, Dan Faktor-Faktor Positive Tihinking

Pengertian Berfikir Positif, Aspek-aspek, Efektif, dan Faktor-faktor Positive Tihinking - Manusia dalam melaksanakan suatu hal niscaya melalui proses berfikir, apalagi hal yang berkaitan dengan perencanaan. Setiap insan yang ingin mendapat sebuah planning yang baik alangkah bagusnya diawali dengan cara berfikir positif. Kali ini akan membagikan klarifikasi yang lengkap seputar pengertian dan cara berfikir positif, serta kajian ilmiah ihwal artikel berfikir postif di bawah ini.
 Manusia dalam melaksanakan suatu hal niscaya melalui proses berfikir Pengertian Berfikir Positif, Aspek-aspek, Efektif, dan Faktor-faktor Positive Tihinking
Berfikir Postif dan Pribadi yang Postif
Baca juga: Pengertian Kebermaknaan Hidup dan Penjelasan Lengkapnya

Pengertian Berpikir Positif

Berpikir merupakan kemampuan insan yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan berpikir insan menemukan hakikat kemanusiaannya. Dengan berpikir insan sanggup menghadapi masalah-masalah hidupnya. Berpikir secara umum yaitu suatu cara adaptasi individu terhadap lingkungannya, baik secara internal maupun eksternal. Berpikir terjadi sebagai respon terhadap kasus yang timbul dari dunia luar, oleh sebab itu dapatlah dikemukakan bahwa orang itu berpikir kalau menghadapi permasalahan atau duduk masalah (Walgito, 1990).

Berpikir positif berdasarkan Peale (1992), yaitu cara seseorang beranjak mengatasi kasus dengan menekankan pada sisi positif dari kekuatan atau diri sendiri. Contohnya, apabila seseorang dihadapkan pada banyak rintangan dalam mencapai tujuan yang diinginkan, maka individu yang berpikir positif akan lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan yang ingin dicapainya. Dengan kata lain, perhatian akan lebih banyak diarahkan pada gambaran-gambaran ihwal kepuasan atau perasaan bahagia pada ketika tujuan telah tercapai, daripada terhadap rintangan yang tengah dihadapi ketika ini. Makara individu memusatkan perhatian lebih banyak pada semua kemungkinan positif yang ada, semoga sanggup mempertahankan semangatnya.

Sementara itu Albert (dalam Susetyo, 1998), memperlihatkan batasan berpikir positif yang berkaitan dengan positive attention (perhatian terhadap segi-segi yang positif) dan positive verbalization (verbalisasi positif). Segi-segi positif yang dimaksud di atas yaitu pengalaman-pengalaman yang menyenangkan, harapan-harapan yang positif, serta sifat-sifat baik yang ada pada diri sendiri, orang lain maupun kasus yang tengah dihadapi. Sedangkan verbalisasi positif menunjuk pada penggunaan istilah-istilah yang positif dalam mengekspresikan pikiran maupun perasaan. Menurut Susetyo (1998), berpikir positif yaitu kemampuan berpikir seseorang untuk memusatkan perhatian pada sisi positif dari keadaan diri, orang lain, dan situasi yang dihadapi.

Berpikir positif merupakan sebuah keterampilan yang harus dipelajari dan diusahakan, dan tidak akan tiba dengan sendirinya. Orang lebih gampang berpikir negatif dari pada tetap mempertahankan tumpuan berpikir positif. Setiap ketika individu harus selalu mengaktifkan kembali perhatiannya pada hal-hal yang positif. Berusaha untuk menemukan aspek positif bukanlah hal yang mudah, terutama pada ketika individu mengalami situasi menekan yang berat dan beruntun. Asumsi ini juga dihasilkan dari penelitian Goodhart (1985), bahwa imbas berpikir negatif terbukti lebih bertahan usang kalau dibandingkan dengan imbas berpikir positif. Hasil pemusatan perhatian pada aspek yang negatif ternyata bertahan usang di dalam ingatan individu, sehingga efeknya pun menjadi lebih lama.

Berdasarkan batasan-batasan di atas, sanggup ditarik suatu pengertian bahwa berpikir positif yaitu kecenderungan kemampuan berpikir seseorang yang telah memusatkan perhatian pada aspek-aspek positif dari keadaan diri sendiri, orang lain maupun yang tengah dihadapi.

Aspek-aspek Berpikir Positif

Peale (1992), menyatakan bahwa aspek-aspek berpikir positif terdiri dari:

a. Harapan yang positif

Harapan yang positif yaitu dalam melaksanakan sesuatu lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, pemecahan kasus dan menjauhkan diri dari bayang-bayang kegagalan, serta memperbanyak penggunaan kata-kata yang mengandung harapan.

b. Afirmasi diri

Afirmasi diri yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat secara lebih positif dengan dasar pikiran bahwa setiap individu sama berartinya dengan individu lain.

c. Pernyataan yang tidak menilai

Pernyataan yang tidak menilai yaitu suatu pernyataan yang lebih bersahabat pada menggambarkan keadaan dari pada menilai keadaan tidak kaku dan fanatik dalam berpendapat.

d. Penyesuaian diri terhadap kenyataan

Penyesuaian diri terhadap kenyataan yaitu mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri, menuntaskan kasus secara terpola dan efektif.

Efektif Berpikir Positif

Menurut Albert (dalam Susetyo, 1998), dalam proses berpikir sadar terdapat tiga bahasan berpikir, yaitu arahan verbal, arahan visual dan arahan kinestetik. Isyarat ekspresi berupa kata-kata yang dihasilkan oleh pikiran individu. Misalnya seseorang berusaha mengkonsentrasikan pikirannya pada suatu masakan yang lezat, maka individu tersebut akan menyebutkan nama masakan tersebut di dalam pikirannya. Kemudian arahan visual yaitu kelanjutan dari arahan ekspresi yang terjadi dalam bentuk bayangan, citra atau imajinasi ihwal apa yang tengah dipikirkan individu tersebut. Makara kalau individu tersebut menyebutkan masakan lezat, maka dalam pikirannya akan tergambar pula bentuk masakan tersebut, kemudian yang terakhir yaitu arahan kinestetik yang berupa sensasi keseluruhan yang sanggup menjadikan respon fisik maupun psikis, contohnya individu tersebut menjadi lapar, terbentuk air liur, timbul suatu keinginan untuk membeli hingga pada sikap untuk mewujudkan keinginannya tersebut.

Efek berpikir positif sanggup dijelaskan berdasarkan proses berpikir sadar. Misalnya seseorang memusatkan perhatiannya pada kesuksesan, akan timbul suatu bayangan ihwal situasi yang menggambarkan kesuksesan dan menjadikan pada suatu sensasi keseluruhan menyerupai rasa bangga, puas, senang, keinginan untuk sukses, serta semangat untuk memperjuangkannya. Makara pada prinsipnya dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang positif, individu akan mengalami sensasi keseluruhan yang positif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Positif

Menurut Vinacke (1990), secara garis besar sanggup dikatakan bahwa ada faktor utama yang mempengaruhi cara berpikir seseorang yaitu:

a. Faktor Etnosentris

Faktor etnosentris yaitu sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu kelompok atau suatu area yang menjadi ciri khas dari kelompok atau ras tersebut yang berbeda dengan kelompok atau ras lainnya. Faktor etnosentris ini berupa keluarga, status sosial, jenis kelamin, agama, kebangsaan dan budaya. Hal-hal tersebut akan membentuk kecenderungan cara berpikir yang sama di antara individu-individu dalam kelompok sosial yang sama.

b. Faktor Egosentris

Faktor egosentris yaitu sifat-sifat yang dimiliki tiap individu yang didasarkan pada fakta bahwa tiap langsung itu lain. Faktor egosentris ini akan membedakan cara berpikir individu yang satu dengan lainnya, sebab adanya keunikan langsung masing-masing individu.

Disamping kedua faktor tersebut, berdasarkan Albert (dalam Susetyo, 1998), bahwa berpikir positif juga dipengaruhi oleh harapan-harapan individu yang positif, yaitu dalam melaksanakan sesuatu lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, pemecahan kasus dan menjauhkan diri dari bayangan-bayangan kegagalan, serta memperbanyak penggunaan kata-kata yang mengandung harapan, menyerupai “saya sanggup melakukannya”, “ mengapa tidak”, “mari kita lakukan”, dan sebagainya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Berfikir Positif, Aspek-Aspek, Efektif, Dan Faktor-Faktor Positive Tihinking"

Post a Comment