Persiapan Dan Memilih Topik Tujuan Berbicara Di Depan Umum

Persiapan dan Menentukan Topik Tujuan Berbicara di Depan Umum - Bagaimana bekerjasama dengan orang lain semoga hidup ini berhasil? Sepandai-pandainya otak ini bisa mengungkapkan gagasan yang akan disampaikan, akan mengalami kendala juga, apabila orang lain tidak sanggup mengerti apa yang kita katakan atau maksudkan akan menjadikan terjadinya kegagalan total. Namun, dalam hal ini dibutuhkan kemampuan yang bisa dikembangkan secara terus menerus atau secara bertahap, memakai setiap kesempatan yang tersedia untuk berbicara. Dengan sering memanfaatkan kesempatan tersebut usang kelamaan memudahkan, gagasan atau ide dipahami pendengar.

Persiapan berbicara dan percaya diri.

 Aristoteles, yang hidup sebelum masehi, menulis retorika  (kepandaian berbicara), bahwa terdapat tiga point utama sebagai dasar dalam berbicara ialah topik yang dibicarakan, siapa yang diajak bicara dan menyusun berdasarkan urutan awal, tengah, dan akhir.

Contoh orang-orang yang mengabaikan tiga point dasar ini selalu berkata:
Kalimat-kalimat tersebut tanpa arah tujuan, pembicaraan mereka melantur kemana-mana, lantaran mereka tidak mengikuti pembicaraan yang mempunyai dasar menyerupai impian Aristoteles.
Fungsi dasar tersebut, bisa memudahkan untuk mengorganisir pembicaraan, yang sanggup membantu bagaimana menekankan point-point yang penting, sanggup mengurangi hal-hal yang tidak perlu, demi mempertahankan minat pendengar terhadap pesan pembicara. Dasar-dasar tersebut akan gampang diterapkan setiap berbicara di depan umum, dan secara otomatis dasar-dasar itu tidak akan terpisah satu sama lain.

Persiapan dan Menentukan Topik Tujuan Berbicara di Depan Umum Persiapan dan Menentukan Topik Tujuan Berbicara di Depan Umum
image source: www.thechangeblog.com
baca juga:

Bagaimana menyusun berdasarkan awal, tengah dan akhir?

  • Bagian awal, berfungsi untuk menarik minat pendengar, dan memperkenalkan topik yang dibicarakan. Tujuannya supaya pendengar tertarik untuk mendengarkan pembicaraan lebih lanjut.
  • Bagian tengah, berfungsi untuk menyajikan, topik yang dibicarakan, secara lebih dalam lagi. Dibagian inilah, semua informasi dituang, untuk mendukung topiknya. Tujuannya supaya pendengar makin berminat untuk mendengarkan pembicaraan hingga selesai.
  • Bagian akhir, berfungsi untuk merangkum topik yang dibicarakan, ke dalam fakta-fakta yang menguatkan. Tujuannya: supaya pendengar terkesan oleh serpihan epilog ini, ada hasilnya, ada kelanjutannya.


Bagaimana membangun kepercayaan diri dan sanggup dipercaya? Kecemasan berkomunikasi berdasarkan Jalaluddin Rakhmat (2000) ialah kerikil sandungan yang besar bagi seorang pembicara. Dia menghilangkan keper-cayaan diri. Kecemasan berkomunikasi amat mempengaruhi dapat dipercaya komunikator. Betapa bagusnya pesan anda ke audiens tanpa percaya diri dan sanggup mengemban amanah sebagai komunikator akan kehilangan efek dan pendengar sekaligus. Gejala-gejala
“Pada kesempatan ini saya akan membicarakan…………… 
“Pertama-tama yang perlu Anda ketahui ialah ………..
“Tetapi sebelum Anda mengetahuinya, sebaiknya Anda harus sudah tahu bahwa kecemasan dalam berbicara yang dijumpai menyerupai demam panggung, kecemasan berbicara, merasa tertekan, lantaran takut dinilai atau diawasi oleh orang lain.

Apa penyebab timbulnya kecemasan berkomunikasi? Ada beberapa hal menjadi
penyebabnya adalah:

  • Tidak tahu apa yang harus dilakukan.
  • Bagaimana memulai pembicaraan?
  • Tidak sanggup memperkirakan apa yang diharapkan pendengar
  • Kecemasan ini bukan saja untuk para pemula, juga berlaku bagi pembicara yang sudah populer sebagai pembicara yang baik. Karena beliau berhadapan dengan situasi absurd dan selain itu, ia tidak siap untuk berbicara.


Dalam hubungannya dengan penampilan di depan umum atau pidato, biasanya ada seseorang yang merasa takut dan cemas yang sering disebut dengan istilah demam panggung. Banyak hal yang sanggup menjadi penyebab rasa takut dan cemas ini. Perasaan ini juga tidak hanya dimiliki oleh pembicara pemula, tetapi juga sering dialami oleh pembicara yang telah berpengalaman usang dalam masalah pidato.  Hendrikus (1991: 157) mengemukakan sebab-sebab utama rasa takut dan cemas sebelum tampil di muka umum atau pada ketika berpidato sebagai berikut:
  1. takut ditertawakan
  2. takut berhenti di tengah pembicaraan lantaran kehilangan jalan pikiran
  3. takut akan orang yang lebih tinggi kedudukannya di antara pendengar
  4. takut lantaran tidak menguasai tema
  5. takut menciptakan kesalahan
  6. takut lantaran situasi yang luar biasa
  7. takut menerima kritik
  8. takut kalau tidak bisa dimengerti
  9. takut bahwa ceramah tidak lancar
  10. takut kalau ungkapannya buruk dan tidak jelas
  11. takut kehilangan muka
  12. takut akan menerima pengalaman yang jelek
  13. takut lantaran membandingkan dengan pembicara lain yang lebih baik
  14. takut ditertawakan lantaran aksen yang salah
  15. takut kalau impian pendengar tidak terpenuhi
  16. takut kalau direkam atau difilmkan
  17. takut kalau gerak mimik dan badan tidak sepadan, dsb.

Bagaimana mengendalikan kecemasan berkomunikasi dan mengapa itu terjadi? Karena, kurangnya pengetahuan perihal “public speaking”, tidak ada pengalaman dalam berpidato, dan juga tidak ada persiapan. Dalam menghadapi atau mengendalikan kecemasan berkomunikasi, berdasarkan Jalaluddin Rakhmat ada dua metodenya, yaitu :
  1. Metode jangka panjang, yaitu secara berangsur-angsur membuatkan ketrampilan, meningkatkan pengetahuan “public speaking” dan meningkatkan pengetahuan dengan disiplin ilmu lainya.,
  2. Metode jangka pendek, melalui latihan berbicara, setiap ketika memakai kesempatan yang tersedia berbicara di depan umum.

Rasa takut dan cemas dalam berpidato sanggup diatasi dengan banyak sekali cara. Di antaranya yang terpenting ialah persiapan yang teliti!  Kalimat pertama dan terakhir harus sanggup dihafal!  Oleh lantaran itu seorang pembicara perlu sekali:
  1. membina kontak mata dengan pendengar
  2. mengembangkan kegiatan dari/pada mimbar
  3. jangan melambungkan tujuan terlalu tinggi
  4. menganggap pendengar sebagai kawan, bukan lawan
  5. berpikirlah bahwa Anda niscaya tidak akan bisa memu­as­kan semua orang
  6. anggaplah tugasmu ini sebagai kesempatan untuk mengambarkan diri dan bukan ujian atau percobaan
  7. kegagalan hendaknya dianggap sebagai kemenang­an yang tertunda
  8. berusahalah untuk menenangkan diri dan batin lewat pernapasan yang baik
  9. pilihlah tema yang baik dan sempurna bagi pendengar
  10. pendengar tidak menentang Anda! Mereka tiba ha­nya untuk mendengar ceramah Anda
  11. ingatlah selalu kalimat ini: SAYA HARUS! SAYA MAU!  SAYA SANGGUP!
  12. ingatlah bahwa segala keberhasilan di dalam hidup ini selalu didahului oleh rasa cemas dan takut.

Menentukan Topik dan Tujuan
Sebelum tampil didepan umum, harus diketahui lebih dahulu apa yang akan disampaikan dan bagaimana tingkah laris audiens yang diharapkan. Dengan kata lain dibutuhkan pokok bahasan (topik) dan tujuan. Antara topik dan tujuan terdapat kekerabatan yang erat. Bila Anda berpidato semoga orang diminta menentukan partai X dalam pemilu, dan tentu dibicarakan hal-hal yang ada hubungannya dengan partai X tersebut. Tetapi apabila diberikan topik perihal pentingnya derma pengetahuan
terhadap cukup umur akan ancaman narkotika bagi kelangsungan hidup mereka sebagai penerus generasi bangsa, maka uraian itu diharapkan akan memperlihatkan pengertian kepada cukup umur untuk menjauhi barang terlarang tersebut.

Pada pola pertama, tujuannya menentukan topik dan pada pola kedua sebaliknya.
  1. Menentukan topik.
Menurut Prof.Wayne N.Thompson, secara sistimatika dalam menyusun sumber topik sebagai berikut: pengalaman pribadi; hobi dan ketrampilan; pengalaman pekerjaan atau profesi; pelajaran sekolah atau kuliah; kejadian hangat dan pembicaraan publik; masalah abadi; kilasan biografi; kejadian khusus; minat khalayak.

Kriteria topik berdasarkan Jalaluddin Rakhmat dipergunakan ukuran berikut ini:
topik sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda; menarik minat; menarik minat pendengar; sesuai dengan pengetahuan pendengar; topik harus terang ruang lingkup dan pembatasannya; sesuai dengan waktu dan situasi; sanggup ditunjang dengan materi yang lain.

Merumuskan Judul, judul erat kaitanya dengan topik. Bila topik ialah pokok bahasan yang akan diulas, maka judul ialah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu.

Judul yang baik memenuhi tiga syarat:
  1. Relevan, artinya ada kekerabatan dengan pokok-pokok bahasan
  2. Provokatif, ialah yang mengakibatkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar.
  3. Singkat, berarti gampang ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya dan
gampang diingatnya.


  1. Menentukan tujuan.
 Tujuan ada dua macam ialah tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan  umum pidato, Jalaluddin Rakhmat mengungkap-kan biasanya dirumuskan dalam
tiga hal :
  1. Memberitahukan (informatif) ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Komunikasi diharapkan akan memperoleh penjelasan, menaruh minat dan mempunyai pengertian perihal dilema yang dibicarakan. Misal, memberitahu beberapa ketentuan penggunaan “Bendera Kebangsaan Indonesia” (PP.no.40/1958)
  2. Mempengaruhi (persuasif), ditujukan kepada orang mempercayainya sesuatu, melakukannya atau terbakar semangatnya. Keyakinan, tindakan dan semangat ialah bentuk reaksi yang diharapkan. Penjual tukang obat dipinggir jalan terang mengharapkan tindakan pribadi dari pendengarnya.
  3. Menghibur (rekreatif). Perhatian, kesenangan, dan humor ialah reaksi pendengar yang diharapkan. Bahasanya enteng, segar dan gampang dicerna.

Hubungan antara topik, judul, tujuan umumdan tujuan khusus sanggup dilihat dalam
pola sebagai berikut :
Topik  : Faedahnya mempunyai sifat pemaaf
Judul  : Pemaaf sumber kebahagiaan
Tujuan Umum : Informatif
Tujuan khusus :  Pendengar mengetahui bahwa:
  1. Sifat dendam mengakibatkan gangguan jas-mani dan rohani
  2. Sifat pemaaf mengakibatkan ketenteraman jiwa dan kesehatan.
Topik  : Keuntungan mengikuti keluarga berencana
Judul  : Keluarga berencana keluarga sejahtera
Tujuan Umum : Mempengaruhi
Tujuan khusus :
  1. a) Pendengar memperoleh keyakinan perihal manfaat KB
  2. b) Pendengar sanggup menghubungi petugas-petugas lapangan
KB
Topik  : Kelucuan orang-orang besar
Judul  : Kalau professor sudah pelupa
Tujuan Umum : Menghibur
Tujuan khusus : Pendengar sanggup menikmati dongeng lucu David Hume, Einstein
Schopenbauer, dan beberapa tokoh yang akrab dengan
pendengar

Menurut G.Sukadi (1995) tujuan memberikan topik sanggup dibedakan dalam 5
tujuan sebagai berikut:

  1. Tujuan memberitahu. Publik mengetahui sesuatu yang akan disampaikan.Penjelasan dari Badan Meterologi dan Geofisika-BMG, mengharapkan masyarakat tetap waspada akan ancaman alam yang akan mengancam.
  2. Tujuan mendorong. Kita memberi semangat, ide dan kegairahan kepada publik, semoga publik bangun semangatnya dan mempunyai keinginan menuntaskan pokok pembicara-an yang disampaikan. Bagaimana mengatasi Lumpur di kawasan Sidoarjo yang tak henti-hentinya, para tokoh masyarakat mendorong masyarakat sekitar untuk menciptakan tanggul secara gotong royong.
  3. Tujuan meyakinkan. Publik yakin perihal kebenaran sesuatu. Misal: cobaan-cobaan yang menimpa Negara kita ialah suatu hikmah, bahwa ada petunjuk yang perlu dipelajari dari malapetaka itu.
  4. Tujuan bertindak. Publik diharapkan berbuat atau bertindak sesuai dengan impian Misal, peragaan sajian suatu masakan oleh ibu Siska melalui televisi. Ia meyakinkan penonton, dengan biaya murah sanggup menciptakan suatu sajian sayuran yang lezat rasanya. Untuk lebih meyakinkan lagi bu Siska didampingi oleh seorang tamu, yang ikut terlibat dalam praktek memasak.
  5. Tujuan menghibur. Yang diharapkan publik terhibur, bergembira, dan senang. Pesan-pesan semoga hidup rukun dan damai, disajikan secara humor, dengan menyajikan beberapa adegan yang mengakibatkan tawa dari yang menonton


Sekian artikel tentang Persiapan dan Menentukan Topik Tujuan Berbicara di Depan Umum. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
  • De Vito, Joseph A. (1994), The Public Speaking Guide. New York: Harper College. 
  • Helena Olli, Public speaking , PT Indeks, Jakarta, 2007 
  • Susanto, Astrid (1975), Pendapat Umum, Bandung, Binacipta 
  • Rakhmat, Jalaluddin (2000, cetakan ke 6) Retorika Modern,Pendekatan Praktis. Bandung, Remaja Rosdakarya.
  • Prochnow, Herbert V (1987), Penuntun menuju sukses dam berpidato, Bandung, CV Pionir

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Persiapan Dan Memilih Topik Tujuan Berbicara Di Depan Umum"

Post a Comment