Faktorial Analitik Dan Tipologi Biologis Berdasarkan Para Ahli

Teori Faktorial Analitik dan Tipologi Biologis Menurut Para Ahli (Raymond B. Cattel & Hans Eysenck) - Cattell meyakini bahwa kepribadian mempunyai banyak dimensi yang sanggup diukur. Oleh lantaran itu, ia yakin bahwa teknik statistik analisis faktor sanggup dipakai untuk memisahkan variabel-variabel kepribadian tersebut. Sementara Eysenck menyatakan bahwa sifat kepribadian berasal dari keturunan dan semua tingkah laris dipelajari dari lingkungan. Pola tingkah laris itu dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat hal, yaitu kognitif atau intelektual, konatif atau karakter, afektif atau temperamen, dan somatik atau konstitusi.

Faktorial Analitik Menurut Raymond B. Cattell

Cattell meyakini bahwa kepribadian mempunyai banyak dimensi yang sanggup diukur. Oleh lantaran itu, ia yakin bahwa teknik statistik analisis faktor sanggup dipakai untuk memisahkan variabel-variabel kepribadian tersebut.

Teori Faktorial Analitik dan Tipologi Biologis Menurut Para Ahli Faktorial Analitik dan Tipologi Biologis Menurut Para Ahli
Faktorial Analitik dan Tipologi Biologis Menurut Para Ahli

Dapat dikatakan bahwa analisis faktor yaitu mekanisme untuk menganalisis relasi antara banyak sekali skor hasil pengukuran, dengan tujuan untuk memperoleh jumlah trait yang lebih sederhana, dan kemudian diinterpretasi sebagai struktur dasar dari kepribadian itu sendiri. Penggunaan teknik statistik ini menempatkan Cattell sebagai penggagas pemakaian kaidah ilmiah dalam memahami kepribadian manusia.

Tokoh kepribadian lain, pada umumnya menciptakan teori dengan mengemukakan perkiraan dasar, yang secara deduktif dibuat hipotesis untuk diuji. Cattell memakai pendekatan yang berbeda. Ia mengawalinya dengan pengamatan eksperimen kemudian dibuat kesimpulan secara induktif dan disusun hipotesis. Dari hipotesis tersebut disusun deduksi teoritik. Apa yang dilakukan Cattell ini yaitu memakai pendekatan induktif-hipotesis-deduktif.

Struktur Trait

Cattell menolak pendapat Allport bahwa traits merupakan predisposisi di sistem neurofisik. Allport beropini bahwa trait merupakan kesimpulan dari pengamatan objektif terhadap tingkah laku. Cattell yakin bahwa trait yaitu elemen dasar dari kepribadian yang berperan penting dalam meramalkan tingkah laku. Definisi Cattell mengenai kepribadian yaitu struktur kompleks dari trait yang tersusun dalam banyak sekali kategori, yang memungkinkan prediksi tingkah laris seseorang dalam situasi tertentu. Tingkah laris itu meliputi tingkah laris kongkrit atau abstrak.

Ada tiga kategori dari trait, yaitu :
  1. Kategori Kepemilikan. Berdasarkan kepemilikan ada dua jenis trait, yaitu common trait dan unique trait. Common Trait, trait yang dimiliki oleh semua orang namun dalam tingkatan yang berbeda. Misalnya, inteligensi, sifat introvert, dan lain-lain. Sifat ini dimiliki semua orang lantaran latar belakang insan yang kurang lebih sama, berada dalam budaya yang sama, atau menghadapi tekanan sosial yang hampir sama. Sudut pandang Cattell mengenai trait ini berbeda dengan sudut pandang Allport. Unique Trait, trait yang dimiliki hanya oleh satu orang saja. Trait ini sanggup dimiliki oleh beberapa orang, namun dengan kombinasi antar trait yang berbeda. Sifat yang unik ini berkaitan dengan minat dan sikap seseorang. 
  2. Kategori Kedalaman. Berdasarkan kedalaman, ada dua jenis trait, yaitu surface dan source. Surface Trait, trait yang tampak di permukaan dan menjadi tema umum dari beberapa tingkah laku. Misalnya remaja energik, lincah, menyenangkan, sanggup dikatakan mempunyai surface trait periang. Source Trait, trait yang tidak sanggup disimpulkan secara eksklusif dari pengamatan tingkah laku, lantaran hanya sanggup diidentifikasi dengan analisis faktor, yaitu dengan mencari relasi antara faktor dari surface trait dan mencari latar belakang surface trait tersebut. Source trait itu sanggup bersifat konstitusional atau dibawa semenjak lahir dan dibuat oleh lingkungan. 
  3. Kategori Modalitas Ekspresi. Berdasarkan modalitas ekspresi, ada tiga jenis trait, yaitu ability, temperament, dan dynamic. Ability, trait yang menunjukkan keefektifan seseorang dalam mencapai tujuan. Misalnya kecerdasan. Temperament, trait yang menunjukkan gaya atau irama tingkah laku. Misalnya ketenangan, keberanian, santai, dll. Dynamic, trait yang menunjukkan motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku. Misalnya dorongan, minat, dan ambisi menguasai sesuatu. 

Penelitian Cattell mengenai source trait dilakukan dengan memakai 4000 sifat insan yang diringkas dengan mengelompokkan sifat, menjadi 200 sifat. Kemudian, dengan analisis faktor, Cattell meringkas lagi menjadi 35 sifat, yang disebut dengan 35 sifat sumber atau sifat primer. 35 sifat primer ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 23 sifat populasi normal dan 12 sifat populasi patologis. Lalu, Cattell melaksanakan kembali analisis faktor terhadap 23 sifat tersebut. Cattell menemukan ada 16 sifat yang saling asing. Akhirnya, 16 sifat primer ini dijadikan dasar untuk menciptakan alat ukur kepribadian yang terkenal, yaitu 16 Personality Questionnaire. Tujuh sifat lainnya, disebut faktor primer non 16PF. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai 16 faktor primer pada 16 PF.

Skor Rendah

Simbol

Nama Faktor

Simbol

Skor Tinggi

Reserved / tidak ramah

A-

Sizia – Affectia

A+

Outgoing / ramah

Less intelligence 

B-

Intelligence

B+

More Intelligence

Emotional

C-

Ego Strength

C+

Stable 

Submissive

E-

Submissive – Dominance

E+

Dominance

Sober / pemikir

F-

Disurgency - Surgency

F+

Happy go lucky / riang ceria

Expedient / ceroboh

G-

Superego – Strength

G+

Conscientious / cermat

Shy / malu

H-

Threctia – Parmia

H

Bold / berani

Toughminded / keras hati

I-

Harria – Premsia

I+

Tenderminded / lembut hati

Trusting

L-

Alaxia – Protension

L+

Suspicious

Practical / praktis

M-

Praxernia - Autia

M+

Imaginative 

Fortright / jujur

N-

Artlessness – Shrewdness

N+

Shrewd / cerdik

Placid / tenang, aman

O-

Assurance – Guilt Proneness

O+

Apprehensive / khawatir

Traditional 

Q1-

Conservative – Radicalism

Q1+

Experimenting

Group-tied

Q2-

Group Adherence – Self Sufficient

Q2+

Self sufficient / mandiri 

Casual / sembarangan 

Q3-

Low Integration – High Self Concept

Q3+

Controlled / teratur, rapi

Relaxed / santai

Q4-

Ergic Tension

Q4+

Tense / tegang

  • Faktor A (Sizia – Affectia). Faktor ini ibarat dengan tipe schizothemes – cyclothemes dari Kretschmer. Tipe Reserved yaitu tipe orang yang menarik diri, suka halunisasi, cenderung mempunyai bentuk badan tinggi kurus. Tipe outgoing yaitu tipe orang yang ramah, senang tertawa, dan cenderung mempunyai bentuk badan gemuk pendek. 
  • Faktor B (Intelligence). Faktor ini berkaitan dengan kecerdasan dan kemampuan berpikir. Nilai rendah atau tinggi dari faktor ini bekerjasama dengan skor tes inteligensi, tingkat pendidikan, kemampuan berpikir, dan logika. 
  • Faktor C (Ego Strength). Hakekat dari faktor ini yaitu kekuatan untuk mengendalikan dorongan dan menangani duduk kasus dengan realistik.
  • Faktor E (Submissive-Dominance). Orang yang mempunyai skor tinggi pada faktor ini yaitu orang yang percaya diri, sombong, congkak, agresif, bersemangat, bertenaga, berkemauan dan mementingkan diri sendiri. Sedangkan orang yang mempunyai skor rendah pada faktor ini cenderung peragu, rendah hati, lembut, diam, dan penurut. Masing-masing tipe tersebut mempunyai sifat positif dan negatif.
  • Faktor F (Disurgency-Surgency). Cattell menyatakan bahwa faktor ini dipengaruhi oleh faktor keturunan sebesar 55%. Orang yang mempunyai skor rendah biasanya orang yang depresi, pesimis, seklusif, kelelahan, lemah, introspektif, dan gampang khawatir. Sedangkan orang yang mempunyai skor tinggi biasanya periang, ramah, gampang bergaul, responsif, bersemangat, humoris, dan senang bicara. 
  • Faktor G (Superego Strength). Orang yang mempunyai superego kuat, cenderung setia mengejar keinginan dan bisa mengendalikan tingkah lakunya. 
  • Faktor H (Threctia - Parmia). Cattell menyatakan bahwa faktor ini dipengaruhi oleh faktor keturunan sebesar 40%. Threctia yaitu ciri orang yang pemalu, takut, penyendiri, menahan diri. Sedangkan Parmia yaitu orang yang pemberani, senang berkelompok, periang, dan responsif.
  • Faktor I (Harria - Premsia). Harria berkaitan dengan disiplin dari orangtua, sehingga orang dengan Harria menjadi pribadi yang matang, realistik, dan bisa mencukupi diri sendiri. Sedangkan orang yang Premsia menjadi pribadi yang tidak sabaran, banyak tuntutan, tidak matang, sopan, sentimental, imajinatif, kreatif, dan cemas.
  • Faktor L (Alaxia – Protension). Alaxia berasal dari kata relaxation, sehingga orang dengan tipe ini biasanya pribadi yang gampang percaya, paham, dan sabar. Pretension berasal dari kata projection dan tension, sehingga orang dengan tipe ini biasanya gampang curiga, cemburu, dan menarik diri.
  • Faktor M (Praxernia-Autia). Praxernia merupakan campuran dari kata practical dan concerned, sehingga orang dengan tipe ini biasanya konvensional, praktis, sadar tujuan, logis, dan khawatir. Autia berasal dari kata autistic, dimana orang dengan tipe ini yaitu orang kritis, rewel, imajinatif, dan intelektual. 
  • Faktor N (Artlessness – Shrewdness). Artlessness yaitu orang yang naïf, rendah hati, bersahaja, dan spontan. Sedangkan Shrewdness yaitu orang yang cerdik, pandai, dan mempunyai pandangan luas. 
  • Faktor O (Assurance – Guild Proneness). Orang yang mempunyai skor rendah yaitu orang yang percaya diri, ulet, tabah, dan tenang. Sedangkan orang dengan skor tinggi pada faktor ini biasanya selalu khawatir dan merasa berdosa.
  • Faktor Q. Faktor ini mempunyai empat faktor yang menjelaskan wacana diri, saling berkaitan, namun mempunyai bentuk sifat yang berbeda. Orang yang konservatif, pada umumnya akan terikat dengan kelompok, kurang bisa mengatur dirinya, dan cenderung santai dalam memperjuangkan sesuatu. Orang yang radikal biasanya cenderung mandiri, mempunyai konsep diri, percaya diri, dan bersemangat. 

Dinamika Trait

Pembahasan mengenai dinamika trait yaitu mengenai latar belakang penggerak trait dan relasi antara sifat keturunan, sentimen, dan sikap. Sikap atau Attitude, yaitu konsep wacana tingkah laris spesifik sebagai respon terhadap suatu situasi. Dalam sikap terdapat banyak sekali motif yang melatarbelakanginya. Motif itu tersusun dalam satu mata rantai, dimana motif yang satu berada di bawah motif lain, dan biasanya berakhir pada motif yang sangat dasar dan bersifat bawaan. Motif ini ada dua jenis, yaitu : (1) Erg, yaitu motif atau dorongan primer yang dibawa semenjak lahir. Misalnya, rasa lapar, seks, kasih sayang, rasa ingin tahu, rasa bangga, kenikmatan, marah, kesendirian, dll ; (2) Sentimen, yaitu motif atau dorongan yang dibuat secara sosial dan lantaran hasil belajar.

Dalam pengembangan teorinya, Cattell yang yaitu seorang behavioris, meyakini bahwa psikologi yaitu ilmu yang bertujuan untuk memahami dan meramalkan tingkah laku. Untuk meramalkan tingkah laris dengan akurat, Cattell memakai konsep kalkulus dinamik, yaitu suatu mekanisme yang kompleks untuk memilih kekuatan dan arah tingkah laku. Dalam kalkulus dinamik, erg dan sentimen dianggap sebagai akar dari semua motivasi, yang pada hasilnya menjadikan munculnya sebuah tingkah laku.

Perkembangan Kepribadian

Cattell percaya bahwa kepribadian berkembang lantaran faktor keturunan dan lingkungan sosial. Ada banyak forum sosial yang mempunyai imbas terhadap kepribadian seseorang. Lembaga itu menghipnotis kepribadian seseorang melalui banyak sekali cara, ibarat pembentukkan aksara yang disengaja, contohnya harapan masyarakat terhadap tingkah laris warganya ; atau adanya faktor situasi yang menghipnotis berkembangnya sifat tertentu dalam diri individu. Cattell menyatakan bahwa kepribadian seseorang berkembang dalam tahap-tahap perkembangannya, yaitu :
  1. Infancy, yaitu tahap yang terjadi pada usia 0 – 6 tahun. Periode atau masa ini yaitu masa yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian. Pada masa ini, anak sangat dipengaruhi oleh orangtua dan saudara-saudaranya. Pengaruh-pengaruh tersebut akan membentuk sikap sosial, kekuatan superego, perasaan kondusif dan tidak aman, sikap terhadap otoritas, dan kecenderungan neurotik.
  2. Childhood, yaitu tahap yang terjadi pada usia 6 – 14 tahun. Masa ini disebut periode konsolidasi oleh Cattell, lantaran hanya ada sedikit duduk kasus psikologis yang muncul pada masa ini. Pada masa ini ada kecenderungan awal untuk anak mencar ilmu berdikari dari orangtua dan kecenderungan meningkatnya identifikasi dengan teman sebaya. 
  3. Adolescence, yaitu tahap yang terjadi pada usia 14 – 23 tahun. Masa ini yaitu masa paling menyulitkan dan menekan. Gangguan psikis, neurosis, kenakalan remaja, dorongan mandiri, keyakinan diri dan dorongan seksual, muncul pada masa ini. 
  4. Maturity, yaitu tahap yang terjadi pada usia 23 – 50 tahun. Secara umum, masa ini ditandai oleh kesibukan, kebahagiaan, dan produktivitas. Orang pada masa ini pada umumnya sedang menyiapkan karir, pernikahan, dan keluarga. Pada masa ini, kepribadian cenderung tidak gampang berubah atau lebih mantap, dan tidak banyak perubahan dalam minat dan sikap.
  5. Middle Age, yaitu tahap yang terjadi pada usia 50 – 60/70 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan fisik, psikis, dan sosial. Oleh lantaran itu, pada masa ini akan ada perubahan adaptasi dalam kepribadian sebagai respon terhadap perubahan tersebut, dan uji ulang terhadap nilai yang menjadi pegangan hidup selama ini. 
  6. Senility, yaitu tahap yang terjadi pada usia 60/70 sampai meninggal. Masa ini merupakan masa akhir, dimana seseorang akan melaksanakan adaptasi terhadap sejumlah kehilangan dalam hidupnya, ibarat ajal keluarga, sahabat, pensiun, atau kehilangan status dalam masyarakat. Semua hal ini akan menjadikan perasaan sendiri dan merasa tidak aman. 

Aplikasi

Berdasarkan teorinya, Cattell membuatkan beberapa asesmen kepribadian, yaitu :
  1. 16PF (16 Personality Questionnaire) untuk mengungkap trait normal orang dewasa
  2. PSPQ (Pre School Personality Questionnaire) untuk mengungkap trait anak usia 4 – 6 tahun
  3. ESPQ (Early School Personality Questionnaire) untuk mengungkap trait anak usia 6 – 8 tahun
  4. CPQ (Child Personality Questionnaire) untuk mengungkap trait 8 – 12 tahun
  5. HSPQ (High School Personality Questionnaire) untuk mengungkap trait remaja usia 12 – 18 tahun
  6. CAQ (Clinical Analysis Questionnaire) untuk mengungkap trait patologis
  7. MRQ (Marriage Role Questionnaire) untuk mengungkap kepuasan seks, kebersamaan, peran, dan lain-lain.

Cattell percaya bahwa kondisi neurosis dan psikosis terjadi akhir adanya konflik yang tidak terpecahkan dalam diri individu. Oleh lantaran itu, Cattell menyarankan penggunaan asesmen dalam terapi. Asesmen ini sanggup dipakai untuk melaksanakan diagnosa dan kemudian memilih treatmen, menurut kelemahan yang harus diperbaiki. Cattell sendiri tidak membuatkan mekanisme terapi secara khusus, lantaran ia berpandangan eklektik, yaitu mendapatkan banyak sekali pemahaman mendalam dari psikoanalisa maupun pengubahan tingkah laris dari pendekatan behavior. Penekanan Cattell yaitu dengan memakai pendekatan manapun, yang penting yaitu adanya asesmen untuk mendiagnosa dan memilih model terapi bagi masing-masing individu.

Tipologi Biologis Menurut Hans Eysenck

Ada tiga orang yang besar lengan berkuasa bagi Eysenck dalam membuatkan teori. Cyril Burt dan Charles Spearman menunjukkan bahwa kepribadian itu menjadi baik jikalau diteliti secara psikometrik. Ivan Pavlov mengajarkan bahwa struktur kepribadian mempunyai dasar biologis.

Teori Faktorial Analitik dan Tipologi Biologis Menurut Para Ahli Faktorial Analitik dan Tipologi Biologis Menurut Para Ahli
Faktorial Analitik dan Tipologi Biologis Menurut Para Ahli

Eysenck menyatakan bahwa sifat kepribadian berasal dari keturunan dan semua tingkah laris dipelajari dari lingkungan. Pola tingkah laris itu dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat hal, yaitu kognitif atau intelektual, konatif atau karakter, afektif atau temperamen, dan somatik atau konstitusi.

Hirarki Faktor Kepribadian

Sebagai organisasi tingkah laku, kepribadian mempunyai empat tingkatan hirarkis, mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah, yaitu tipe, trait, habit, dan respon spesifik. Hirarki Tertinggi, yaitu tipe, yaitu kumpulan trait yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas. Eysenck menemukan bahwa ada tiga dimensi tipe, yaitu ekstraversi (E), neurotisme (N), dan psikotisme (P). Ketiga dimensi ini saling asing, sehingga sanggup terjadi kombinasi antar dimensi. Masing-masing tipe merupakan kumpulan dari 9 trait, sehingga jumlah seluruhnya ada 27 trait. Tiga dimensi tipe ini cuilan normal dari struktur kepribadian. Tabel di bawah ini akan menjelaskan tipe dan trait nya masing-masing.

Tipe Trait
  • Ekstraversi (E) Sociable, lively (lincah), active, assertive, sensation seeking, carefree (riang), dominance, surgent (bersemangat), venture some (berani).
  • Neurotisme (N) Anxious, depressed, guilt feeling, low self esteem, tension, irrational, shy, moody, emotional.
  • Psikotisme (P) Aggressive, cold, egocentric, impersonal, impulsive, antisocial, tidak empatik, creative, toughminded (keras hati).

Konsep Eysenck mengenai ekstraversi dan introversi terkait erat dengan penggunaan istilah itu secara populer. Eysenck meyakini bahwa perbedaan antara ekstraversi dan introversi disebabkan oleh tingkat keterangsangan korteks, yaitu kondisi fisiologis yang bersifat keturunan. Dimensi tipe neurotisme dan stabilitas juga dipengaruhi oleh faktor keturunan. Orang yang skor neurotiknya tinggi cenderung mempunyai rekasi emosi yang berlebihan. Dimensi tipe psikotisme juga ternyata mempunyai unsur genetik yang besar.

Hirarki Kedua, yaitu trait, yaitu kumpulan kecenderungan acara atau respon yang saling berkaitan atau mempunyai kesamaan tertentu. Trait merupakan disposisi kepribadian yang penting dan permanen.

Hirarki Ketiga, yaitu habit, yaitu kumpulan respon spesifik pada insiden yang ibarat terwujud dalam tingkah laris atau acara berpikir.

Hirarki Terendah, yaitu respon spesifik yang sanggup diamati dan muncul sebagai respon terhadap suatu kejadian.

Pembentukkan Kepribadian

Teori kepribadian Eysenck menekankan tugas herediter sebagai faktor penentu dalam munculnya trait. Namun, ia menyatakan bahwa tingkah laris yang ada pada hirarki respon spesifik dan habit dipelajari dari lingkungan. Freud memandang tingkah laris neurosis berkembang dari konflik tidak sadar antara kekuatan instingtif dengan proses pertahanan ego. Eysenck memandang neurosis sebagai reaksi takut yang dipelajari atau terkondisikan. Hal ini terjadi saat stimulus netral diikuti rasa sakit fisik atau psikologis. Jika kondisioning ketakutan atau kecemasan terjadi, maka pemicu rasa takut akan berkembang bukan hanya pada objek atau insiden yang asli, namun akan meluas pada stimulus lain yang ibarat (prinsip generalisasi stimulus). Oleh lantaran itu, kecenderungan orang untuk merespon dengan tingkah laris neurotik semakin usang semakin meluas. Dalam sudut pandang behavioris, jikalau suatu sikap diperoleh dari belajar, maka tingkah laris itu juga sanggup dihilangkan dengan belajar. Dengan demikian, sanggup dikatakan bahwa Eysenck sangat menentang Freud. Ia memandang bahwa terapi psikoanalitik dan psikodinamika tidak efektif dalam menangani simtom neurotik.

Aplikasi

Eysenck membuatkan instrumen untuk asesmen yang berbentuk inventori kepribadian, yaitu Maudley Personality Inventory (MPI), Eysenck Personality Inventory (EPI), Eysenck Personality Questionnaire (EPQ), Eysenck Personality Questionnaire-Revised (RPQ-R). Keempat instrumen ini dipakai untuk mengukur dimensi tipe ekstraversi, neurotis, dan psikotisme.

Sekian artikel tentang Teori Faktorial Analitik dan Tipologi Biologis Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
  • Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang : UMM Press
  • Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika
  • Schultz, D (1991). Psikologi Pertumbuhan, Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
  • Suryabrata, S (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Faktorial Analitik Dan Tipologi Biologis Berdasarkan Para Ahli"

Post a Comment