Aspek-Aspek Atraksi Interpersonal Berdasarkan Para Ahli

Aspek-aspek Atraksi Interpersonal Menurut Para Ahli - Dalam artikel ini kita akan membahas menyerupai apa saja aspek dalam atraksi interpersonal yang dituturkan oleh para ahli.

Aspek Atraksi Interpersonal

Walster (1978) mengaitkan teori penguatan (reinforcement theory) terhadap atraksi interpersonal yang dituangkan dalam teori ganjaran. Melalui pembagian terstruktur mengenai ihwal teori ganjaran ini Walster mencoba memperlihatkan alasan mengapa seseorang sanggup tertarik dan menyukai orang tertentu. Pada dasarnya insan mempunyai kecenderungan untuk menilai sesuatu (Bercsheid dan Walster, 1978). Byrne dan Clore (dalam Bercsheid dan Walster, 1978) menyampaikan bahwa sebagian besar stimulus sanggup diidentifikasikan sebagai hadiah dan hukuman. Seseorang tertarik kepada orang lain bermula dari adanya reward atau ganjaran yang diberikan oleh orang lain.
aspek Atraksi Interpersonal Menurut Para Ahli Aspek-aspek Atraksi Interpersonal Menurut Para Ahli
image source: calicospanish(dot)com
Baca juga: Divisi Psikologi Menurut APA
Bercsheid dan Walster (dalam Nurfitri 2008) menyampaikan ada lima aspek yang terkait dalam atraksi interpersonal:

Proximity (kedekatan)

Ketertarikan dan kedekatan merupakan dua hal yang tidak sanggup dipisahkan. Alasan pertama, kedekatan menciptakan bertambahnya kemungkinan untuk memperoleh info baik pro ataupun kontra, mengenai orang lain. Newcomb (dalam Berscheid & Walster, 1978) mengatakakan bahwa proximity lebih cenderung menghasilkan perasaan suka dibanding sebaliknya lantaran cenderung memperlihatkan info yang menyenangkan. Alasan kedua ialah munculnya faktor kebersamaan, lantaran intensitas bertemu yang sering cenderung akan menghasilkan rasa kebersamaan sebagai satu kesatuan.

Reciprocity of liking

Penelitian yang dilakukan oleh Newcomb, Mette & Aronson (dalam Berscheid & Walster, 1978) memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa individu akan merasa tertarik pada orang yang menyukainya. Hal ini diakibatkan adanya kecenderungan untuk mencari persetujuan dari orang lain. Persetujuan sosial telah menjadi penguat dari banyak sekali acara insan lantaran social approval (persetujuan sosial), menyerupai halnya uang, merupakan penguat yang bersifat situasional yang sangat kuat. Kebutuhan akan persetujuan sosial itulah yang alhasil menciptakan individu cenderung menyukai orang yang memperlihatkan ganjaran berupa perasaan suka dan sebaliknya. Selain itu, aturan timbal balik atas perasaan suka juga menghasilkan doktrin bahwa orang yang ia sukai juga menyukai dirinya.

Similarity

Manusia cenderung menyukai orang yang mempunyai kesamaan dengan dirinya. Hal tersebut dikarenakan munculnya kepuasan ketika beliau merasa orang lain mempunyai kesamaan perilaku dan doktrin menyerupai yang ia miliki. Kecenderungan untuk menyukai seseorang yang mempunyai kesamaan muncul lantaran adanya dorongan untuk menyukai diri kita sendiri. Adanya rasa suka terhadap diri sendiri, menciptakan insan akan menyukai orang lain menyerupai ia menyukai dirinya sendiri. Selain cenderung tertarik dengan orang yang memperlihatkan kesamaan dengannya, individu juga cenderung merasa mempunyai kesamaan dengan orang yang ia sukai. Hal ini sanggup terlihat dari adanya doktrin bahwa terdapat lebih banyak kesamaan pribadi antara ia dan orang yang ia anggap sebagai teman, dibandingkan orang lain sehingga muncul anggapan bahwa individu menjadi serupa dengan orang lain sebagai akhir dari hubungan yang terjalin diantara keduanya. Terdapat beberapa jenis kesamaan yang mempunyai kaitan dengan ketertarikan, yaitu kesamaan sikap, kesamaan kepribadian, kesamaan karakteristik fisik, kesamaan pendidikan dan kecerdasan, serta ciri-ciri sosial lain menyerupai latar belakang keluarga, agama, dan hobi.

Reduction of fear, stress and isolation

Pada dasarnya insan tidak menyukai kesendirian, adanya pengasingan sosial menyerupai dalam penjara niscaya menjadikan ketidaknyamanan lantaran semenjak kecil individu telah menumbuhkan rasa kebutuhan untuk ditemani oleh orang lain. Kebutuhan akan keberadaan orang lain inilah yang menciptakan keterasingan dari orang lain menjadi situasi yang memberatkan. Bahkan, ketika seseorang benar-benar terisolasi, banyak ditemukan kasus bahwa mereka dengan sengaja berhalusinasi mengenai kehadiran orang lain. Hasil penelitian Scachter (dalam Berscheid & Walster, 1978) memperlihatkan bahwa ketika kita merasa cemas, takut dan kesepian maka kehadiran orang lain menjadi sebuah hadiah. Ketakutan sanggup menjadi penguat untuk berhubungan dengan orang lain. Berscheid & Walster (1978) menambahkan hal tersebut diakibatkan oleh beberapa alasannya menyerupai harapan untuk mencari solusi untuk keluar dari ketakutan, hanya sekedar membuatkan pengalaman, kebutuhan pengalihan atau ketakutan yang ia rasakan, serta kebutuhan untuk mengevaluasi emosi serta perasaan yang ia rasakan, sehingga ketika seseorang mencicipi adanya ketakutan, maka kehadiran orang lain menjadi reward yang positif.

Cooperation

Seringkali orang lain tidak memberi ganjaran secara langsung. Ganjaran nyata seringkali dirasakan lewat sumbangan yang diberikan. Bantuan dinilai nyata jikalau sanggup memudahkan tercapainya suatu tujuan. Sebaliknya, menghalangi kemajuan akan cenderung diartikan sebagai ganjaran negatif (Brekowitz & Danels, Goranson & Brekowitz dalam Berscheid & Walster, 1978). Hubungan antara kerjasama, kompetisi dan daya tarik interpersonal telah diteliti oleh Sherif dkk (dalam Berscheid & Walster, 1978). Dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa individu cenderung mempunyai tingkat daya tarik interpersonal yang lebih tinggi terhadap orang lain dalam grup yang sama, dibanding anggota dari grup lain yang berkompetisi dengannya. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang terjalin sehingga menjadikan munculnya ganjaran positif. Penelitian itu juga menemukan bahwa ketika dua grup bergabung menjadi satu dalam menyelenggarakan sebuah program sehingga tidak lagi terjadi kompetisi, maka tingkat daya tarik interpersonal terhadap orang yang mulanya tidak berada satu grup meningkat, walaupun tetap tidak sebesar tingkat daya tarik interpersonal terhadap orang yang memang semenjak awal bekerja sama dengannya.

Manusia ialah makhluk yang akan selalu berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pada ketika berinteraksi dengan orang lain maka reward yang diterima dari orang lain secara kognitif akan diinterperetasikan sebagai ganjaran nyata ataupun ganjaran negatif. Penilaian terhadap stimulus akan menumbuhkan perasaan nyata maupun negatif, sedangkan penilaian reward sebagai eksekusi akan menumbuhkan perasaan negatif. Perasaan inilah yang alhasil akan memunculkan rasa suka ataupun tidak suka lantaran secara naluriah insan berguru untuk mendekati hadiah dan menghindari stimulus yang sanggup memperlihatkan hukuman. Proses inilah yang alhasil menjelaskan proses ketertarikan (Bersheid dan Walster dalam Nurfitri, 2008).

Penjelasan mengenai proses munculnya ketertarikan akhir reward sanggup diartikan bahwa apabila ganjaran yang diberikan orang lain diinterpretasikan sebagai ganjaran nyata maka akan timbul rasa suka yang memunculkan ketertarikan dan kemauan untuk mendekat, sebaliknya ketika ganjaran yang diberikan orang lain diinterpretasikan sebagai ganjaran negatif maka perasaan yang muncul ialah rasa tidak suka dan alhasil menghasilkan kecenderungan untuk menjauh (Bersheid dan Walster Nurfitri, 2008).

Sekian artikel tentang Aspek-aspek Atraksi Interpersonal Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Aspek-Aspek Atraksi Interpersonal Berdasarkan Para Ahli"

Post a Comment