Pengertian, Contoh, Dan Jenis-Jenis Dalam Desan Penelitian

Pengertian, Contoh, dan Jenis-jenis dalam Desan Penelitian - Ayo memahami desain penelitian dengan dengan artikel di bawah ini. Desain penelitian dinilai penting dalam penelitian eksperimen lantaran desain menjawab pertanyaan wacana bagaimana melaksanakan suatu penelitian eksperimental.

Desain penelitian ialah planning atau taktik yang dipakai untuk menjawab problem penelitian (Christensen, 2001). Desain atau perencanaan diperlakukan sebelum kita melaksanakan atau menciptakan sasuatu biar kesudahannya sesuai dengan keinginan atau harapan. Misalnya; dikala akan menciptakan sebuah meja kita harus menciptakan atau mempersiapkan bahan-bahan, menciptakan gambar desain meja, memotong materi sesuai desai biar mejadi bentuk yang diingikan.

Bayangkan apabila kita tidak menciptakan desain, kemungkinan ukurannya akan salah dan tidak sesuai bentuk yang diingiinginkan. Demikian pula, apabila kita tidak menciptakan desain pada penelitia ilmiah terlebih dahulu, penelitian tidak akan berjalan dengan baik, atau bahkan hasil penelitian tidak sesuai dengan tujuan. Penentuan desain penelitian, peneliti mengarahkan jalannya penelitian biar hasil sesuai yang diharapkan.

Desain penelitian eksperimental meliputi perencanaan dan langkah-berurutan dan menyeluruh, serta cara pelaksanaan penelitian eksperimennya. Dengan memakai desain penelitian, peneliti sanggup menganalisis data secara objektif dan mengadakan inferensi yang valid berkenaan dengan problem yang sedang diselidiki. Dengan desain yang baik, pengaturan variable-variabel eksperimen dan kondisi eksperimen sanggup dilakukan secara seksama.
 Ayo memahami desain penelitian dengan  dengan artikel di bawah ini Pengertian, Contoh, dan Jenis-jenis dalam Desan Penelitian
image source: www(dot)lancaster(dot)ac(dot)uk 
Baca juga: Pra, Kuasi, dan Desain Eksperimen Murni

Fungsi Desain Penelitian

Adapun fungsi desain penelitian menyangkut 2 hal yaitu menjawab penelitian dan menguji (Cristensen, 2001):

A. Pertama, problem penelitian sanggup dijawab apabila desain penelitiannya sempurna guna.

Desain penelitian yang sempurna guna memakai teknik analisis statistic yang sempurna untuk menguji hipotesis. Desain penelitian juga berkhasiat untuk menguji kesimpulan hasil penelitian.

B. Kedua, desain penelitian memperlihatkan kontrol terhadap variable sekunder atau variable noneksperimental.

Peneliti berusaha memaksimalkan varians sistematik dan mengakibatkan varians eror, contohnya membandingkan imbas metode pengajaran ceramah dengan diskusi terhadap prestasi berguru siswa. Dengan menciptakan perbandingan dua variasi variable bebas, peneliti berusaha memaksimalkan varians sistematik. Selain itu,membuat pengukuran variable terikat seakurat mungkin. Peneliti berusaha meminimalkan varians kesalahan.

Contoh pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk memilih desain penelitian yang dilakukan oleh Thom, dkk wacana komparasi terapi psikologis untuk subejk yang takut melaksanakan perawatan gigi. Mereka mengunakan benzodiazepine untuk orang yang mengalami fobia perawatan gigi (dental phobia).
  • Berapa anggota kelompok eksperimen yang harus disiapkan disetisp kelompok. 
  • Dari mana sampel diperoleh dan bagaimana cara membagi sampelnya? 
  • Berapa usang perlakuan itu diberikan? 
  • Siapa yang memperlihatkan terapi dan bagimana caranya? 
  • Bagaimana cara menganalisis data?

Jenis-jenis Desain Penelitian

Secara umum desain eksperimen sanggup dikelompokkan menjadi tiga macam;

1. Pra eksperimen (Pre Experimen)

ialah eksperimen tanpa pengendalian variable-variabel yang berpengaruh. Disini kelompok kontrol tidak diharapkan lantaran hal yang diharapkan hanya menguji perlakukan

2. Eksperimen semu (Quasi Exsperimen)

Desain eksperimen semu ialah eksperimen yang pengendaliannya terhadap variable-variabel eksperimental tidak begitu ketat. penentuan sampel tidak dilakukan sacra randomisasi. Biasanya desain eksperimen semu dilakukan apabila desain eksperimen murni tidak sanggup dilakukan.

3. Eksperimen murni (True Exsperiment)

Eksperimen murni ialah eksperimen yang pengendaliannya secara ketat terhadap variable-variabel yang tidak dikehendai pengaruhnya (yang merupakan sumber invaliditas) terhadap variable terikat. Penentuan sampel dengan randomisasi. Dan dilakukan dengan memakai kelompok kontrol.

Menurut Lichie Seniati (2009), desain penelitian eksperimental sanggup dilihat dari 3 perspektif yaitu perspektif paradigm eksperimental, perspektif kontrol, perspektif teknik kontrol dan dan jumlah kelompok.

Berdasarkan paradigma eksperimental, desain dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Desain Between-Subject

Adalah desain eksperimental yang imbas variable bebas terhadap variable terikatnya sanggup diketahui dari perbedaan skor variabel terikat antarkelompok subjek yang diberikan perlakuan berbeda. Desain ini disebut juga sebagai pendekatan eksperimental N-Besar (large-N).

Ada 3 mekanisme eksperimental berdasarkan Fisher, yang memakai desain between subject yaitu:

1) Kontrol subjek
Dengan memakai lebih dari dua orang dalam penelitian, subjek pemanis sebagai kontrol bagi subjek lain.

2) Memilih subjek
Subjek dipilih biar proactive history sanggup dikontrol dan kesudahannya sanggup digeneralisasikan ke subject lain.

3) Pengujian statistic
Agar perbandingan lebih objektif untuk variable terikat yang diukur antara kelompok subjek dengan kelompok subjek yang mendapatkan variable bebas dilakukan pengujian statistic.

b. Desain Within Subject

Adalah desain eksperimental yang penelitiannya hanya memakai kelompok subjek dan setiap subjek diberi beberapa perlakuan variable bebas yang berbeda.
Desain ini memakai kontrol kondisi dengan memperlihatkan urutan sumbangan variable bebas yang berbeda.

Prinsip Desain Eksperimen

Validitas merupakan hal yang penting dalam hasil penelitian disajikan untuk umum. Walaupun validitas internal lebih diutamakan tetapi validitas eksternal juga dilarang diabaikan.

Ada 3 prinsip dasar yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan validitas eksperimen yaitu:

A. Replikasi

Yaitu frekuensi atau pengulangan perlakuan dalam suatu eksperimen atau penelitian yang sama dengan dilakukan secara berulang-ulang. Dalameksperimen psikologi, replikasi dipakai dalam 2 pengertian. Pertama, replikasi pengulangan pada perlekuan unit-unit eksperimen yang berbeda dengan unit eksperimen yang diujicobakan sebelumnya.

Misalnya; pengujian terhadap metode terapi cognitive-behavior treatment yang dikembangkan Albert Ellis (1994), banyak hebat terapi yang melaksanakan replikasi dengan menerpkan metode ke banyak sekali gangguan.

Replikasi dilakukan untuk menerapkan hasil-hasil eksperimen terdahulu, tetapi dengan cara yang pertama kali dilakukan, khususnya segi kelompok atau unit, waktu, dan tempat. Adapun perlakuan yang diberikan dalam replikasi tetap sama atau sedikit bervariasi sesuai keperluan.

Replikasi merupakan pengulangan perlakuan yang diberikan kepada unit kelompok eksperimen yang sama atau unit berbeda. Dalam penelitian peneliti memberi beberapa kali (minimal 2 kali) pada unit kelompok yang sama atau kelompok berbada. Replikasi bertujuan meningkatkan validitas internal yaitu apakah perubahan benar-benar terjadi lantaran perlakuan atau faktor lain.

Replikasi dalam pengertian kedua ini sanggup berupa frekuensi perlakuan sejumlah unit eksperimen. Jika perlakuan diberikan pada 10 remaja, dalam perlakuan itu terdapat 10 unit eksperimental.

Jika satu perlakuan diberikan pada 10 cukup umur berarti replikasi yang dilakukan terhadap eksperimen sebanyak 10 kali lantaran setiap subjek mendapatkan 1 kali perlakuan.

Tata cara menghitung jumlah replikasi yang diingikan untuk mencapai ketelitian sanggup dilihat di buku Psikologi eksperimen oleh Rosleny Marliani, M.Si.

Menurut hanafiah dalam Rosleny (2013), penentuan jumlah replikasi dipengaruhi 3 hal yaitu:
  • Tingkat ketelitian, semakin tinggi tingkat ketelitian yang diingikan dari eksperimen, semakin besar jumlah replikasi yang dibutuhkan. 
  • Keragaman bahan, alat, media dan lingkungan eksperimen. Semakin heterogen faktor-faktor tersebut, semakin besar pula replikasi yang diperlukan. 
  • Jika biaya penelitian cukup besar replikasinya semakin kecil 

Replikasi berkhasiat meminimalkan kesalahan eksperimen, replikasi juga bertujuan mempertinggi ketepatan eksperimen. Semakin banyak replikasi dilakukan, semakin tinggi ketepatan eksperimen..

B. Randomisasi

Tujuan randomisasi ialah biar pengelompokan subjek ke dalam kelompok ekperimen dan kontrol menjadi lebih objektif.
Penentuan anggota sampel dengan randomisasi disebut random assignment.
Randomisasi bertujuan mengurangi bias yang disebabkan oleh kesalahan sistematis (systematic error) yang dilakukan secara sengaja oleh peneliti dalam memilih subjek-subjek yang akan diteliti.

Misalnya: sampel dikelompokkan berdasarkan pertimbangan subjektif tertentu dari peneliti dengan alasan kedekatan emosional, kedekatan domisili, dll. Penelitian ini tentu akan menghasilkan penelitian yang subjektif dan tidak sanggup menjadi dasar generalisasi.

Randomisasi tidak sepenuhnya menjamin sanggup melahirkan sampel yang benar2 objektif. Ada kemungkinan ketidak beimbangan yang berimbangan kondisi subjek. Akan tetapi, randomisasi sanggup meminimalkan subjektifitas lantaran ketidakberimbangan terjadi lantaran kebetulan. Jadi, randomisasi sanggup mengubah kesalahan sistematis menjadi kesalahan acak dengan demikian sanggup ditoleransi.

Beberapa cara untuk melaksanakan proses randomisasi, diantaranya memakai table bilangan random, penarikan undian, atau penggunaan table bilangan random di computer.

C. Kontrol Internal

Adalah mengendalikan kondisi lapangan dari heterogen menjadi homogeny. Caranya dengan membagi unit-unit eksperimen dalam kelompok-kelompok, sehingga antarkelompok mempunyai homogenitas dan perimbangan, kecuali perlakuan yang harus dibuat secara berbeda.imbang, kesalahan sanggup diminimalkan dan dikendalikan.

Kontrol internal berkhasiat untuk menciptakan mekanisme uji lebih kuat, lebih efisien, dan lebih sensitive. Hal ini lantaran pengelompokan yang homogen dan berimbang, kesalahan sanggup diminimalkan dan dikendalikan.

Pengelompokan dengan cara membagi unit ke dalam beberapa kelompok, sehingga antarkelompok menjadi homogeny. Setiap unit dalam kelompok yang sama harus menerima perlakuan yang sama.

Dalam melaksanakan pengelompokan, seorang peneliti harus memerhatikan aspek keseimbangan (balancing), yaitu kesamaan jumlah unit eksperimen dalam setiap kelompok.

Kontrol internal berkhasiat untuk mengurangi imbas adonan (confounded effect) yaitu, imbas variable yang diamati lantaran adanya interaksi (pengaruh bersama) faktor perlakuan dan variable nonekperimental. Pengelompokan berdasarkan faktor yang terkait pribadi dengan variable yang harus dihindari.

Misalnya: apabila melaksanakan eksperimen wacana imbas kata-kata bermakna dan kata yang tidak bermakna terhadap daya ingat anak SD, IQ dilarang dijadikan dasar pengelompokan. Jika dikelompokkan berdasarkan IQ maka adanya perbedaan mengingat hanya lantaran faktor IQ.

D. Perlakuan Pembanding

Pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen mutlak dilakuka. Peneliti sengaja memperlihatkan pemaparan kepada subjek yang diteliti wacana perlakuan kemudian mempelajari efeknya. Untuk mempelajari bahwa penelitian sudah memperlihatkan imbas tertentu pada subjek yang diteliti, diharapkan kelompok pembanding yang berfungsi sebagai kelompok kontrol. Suatu penelitian dianggap sebagai penelitian eksperimen apabila memakai kelompok kontrol atau KK sebagai pembanding.

Keberadaan kelompok kontrol sangat penting dalam penelitian eksperimental. Hal ini lantaran eksperimen yang dilakukan tanpa kelompok komparasi, tidak pribadi menyimpulkan bahwa akhir yang terjadi merupakan hasil dari perlakuan.

Kondisi kelompok kontrol harus sama dengan kondisi subjek pada kelompok perlakuan. Kondisi yang sama ini menyangkut kelompok satatis, menyerupai usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, tingkat pendidik dll. Jika kondisi tersebut homogeny antara subjek kelompok perlakuan dan kontrol, hasil yang dicapai sanggup disimpulkan bahwa suatu intervensi yang diberikan mempengarui variable tergantung.

Kelompok kontrol sanggup dilakukan dengan 2 cara yaitu, kelompok kontrol merupakan kelompok sanggup bangkit diatas kaki sendiri terhadap kelompok perlakuan, dan kelompok kontrol sebagai kelompok sama dengan kelompok perlakuan.

Kelompok kontrol dalam eksperimen sanggup dibuat sebagai berikut:
  • Kelompok tidak memperoleh perlakuan dari peneliti 
  • Kelompok memperoleh perlakukan dalam bentuk placebo (perlakuan palsu/tidak sebenarnya. 
  • Kelompok yang memperoleh perlakuan secara konvensional diberkan kepada subjek. 
  • Perlakuan kurang variatif 

Adapun fungsi kelompok kontriol adalah:
  • Pembuatan desain eksperimen menjadi efektif 
  • Uji signifikasi lebih sensitive 
  • Meningkatkan power test lantaran perlakuan pada kontrol akan mengurangi besarnya kasalahan eksperimental. 

Model Perlakuan Kontrol

Berdasarkan bentuk kelompok kontrol, ada 4 model dalam sumbangan perlakuan subjek, yaitu;

A. Perlakuan lawan tanpa perlakuan

Model ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (X) yang mendapatkan intervensi dan kelompok kontrol (-) yang tidak memperoleh perlakuan. Perbedaan hasil pengukuran (O) pada kedua kelompok dianggap sebagai perlakuan:
  • Kelompok perlakuan: (X) > O 
  • Kelompok kontrol: (-) > O 

Model ini merupakan alternative model yang paling usang dikembangkan dalam eksperimen psikososial. Pola perlakuan ini tidak selalu harus dibagi dalam 2 kelompok perlakuan yang berbeda dengan satu kelompok tanpa perlakuan sebagai kontrol.

B. Perlakuan lawan perlakuan lain (komparasi perlakuan)

Dalam model ini terdapat 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan intervensi dan kelompok kontrol (Z) yang memperoleh perlakuan dalam bentuk intervensi yang lain. Perbedaan hasil pengukuran pada kedua kelompok dianggap sebagai akhir perlakuan:
  • Kelompok perlakuan: (X) > O 
  • Kelompok kontrol: (-) > O 

Sebagai bentuk pengembangan dari pola pertama, terutama lantaran faktor etis, subjek-subjek yang bermaslah tidak menjadi anggota kelompok kontrol yang dibiarkan tanpa adanya perlakuan sehingga dikembangkan desain untuk membandingkan perlakuan.

C. Perlakuan lawan plasebo

Model ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan intervensi dan kelompok kontrol yang memperoleh perlakuan berupa placebo.

Perbedaan hasil pengukuran pada kedua kelompok dianggap sebagai akhir dari perlakuan:
  • Kelompok perlakuan: X) > O 
  • Kelompok kontrol: (p) > O

Pola perlakuan placebo pada mulanya dikembangkan pada bisdang farmakoterapi untuk pengujian obat.

D. Perlakuan lawan perlakuan bervariasi

Model ini terdapat 2 kelompok yaitu, kelompok perlakuan ynag mendpatkan intervensi lebih banyak atau bervaiasi disbanding dengan kelompok yang memperoleh perlakuan kurang.

Model ini disebut pula dismantling. Perbedaan hasil pengukuran pada kedua kelompok dianggap sebagai hasil perlakuan.
  • Kelompok perlakuan: (XXX) > O 
  • Kelompkk kontrol: (X) > O 

Sekian artikel wacana Pengertian, Contoh, dan Jenis-jenis dalam Desan Penelitian. Semoga bermnafaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian, Contoh, Dan Jenis-Jenis Dalam Desan Penelitian"

Post a Comment