Pengertian Defence Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri) Individu Dan Konsep Keluarga

Pengertian Defence Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri) Individu dan Konsep Keluarga - Setiap individu dalam mempertahankan dirinya supaya terlepas dari rasa stres, cemas, ataupun konflik akan melaksanakan sebuah taktik yaitu prosedur pertahanan dirinya. Dalam artikel ini akan membagikan artikel yang berkaitan dengan hal tersebut. Setiap individu perlu memahami dirinya lebih jauh contohnya dengan cara defence mechanism tersebut, apalagi bagi orang yang bekerja. Selain itu pembahasan wacana pertahanan diri ini akan menyinggung juga mengenai konsep keluarga.

 Setiap individu dalam mempertahankan dirinya supaya terlepas dari rasa stres Pengertian Defence Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri) Individu dan Konsep Keluarga

Baca juga: Perselingkuhan dari Sudut Pandang Psikologi

Pengertian Defence Mechanism

Defence mechanism sanggup diartikan sama dengan prosedur pertahanan diri yaitu bagaimana sebagian cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stres atau pun konflik yaitu dengan melaksanakan prosedur pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar atau pun tidak Freud (1992) dalam Herdina (2009) menggambarkan prosedur pertahanan diri sebagai proses psikologis yang tidak disadari dikala ada perasaan untuk membohongi diri sendiri wacana kemungkinan adanya bahaya. Defence mechanism yaitu cara yang dipakai seseorang supaya sanggup menyesuaikan diri untuk menghilangkan stress dalam kehidupan sehari-hari, termasuk didalamnya kemampuan insan dalam perubahan pertukaran sikap, pikiran, proses memperoleh informasi, pengetahuan dan ingatan (Haber & Runyon, 1984).

Menurut Stuart dan Sundeen (1999) prosedur pertahanan diri yaitu setiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres termasuk upaya penyelesaian kasus eksklusif dan prosedur pertahanan yang dipakai untuk melindungi diri. Menurut Keliat (1999) defence yaitu cara yang dilakukan individu dalam menuntaskan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Sedangkan berdasarkan Lazarus (1984), defence yaitu perubahan kognitif dan sikap secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Dengan demikian defence mechanism merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akhir dari kasus yang sedang dihadapinya dengan cara melaksanakan perubahan kognitif maupun sikap guna memperoleh rasa kondusif dalam dirinya.

Fungsi Defence Mechanism

Menurut Stuart dan Sundeen (1995) individu sanggup mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakkan sumber defence di lingkungan. Sumber defence tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah, proteksi sosial, dan keyakinan budaya. Makara fungsi prosedur defence yaitu untuk mengatasi atau melindungi diri dari serangan atau hal-hal yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan.

Selain itu prosedur defence juga bermanfaat untuk menambah rasa mempunyai kontrol terhadap situasi-situasi yang mencemaskan dan berupaya mengurangi perasaan takut terhadap orang yang tidak dikenal (Friedman, 1998).

Jenis-jenis Defence Mechanism

1) Represi

Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menyebabkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu sanggup dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga sanggup terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, lantaran mereka membuat cita-cita tidak sadar yang menyebabkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu intinya menekankan aspek positif dari kehidupannya.

2) Supresi

Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga supaya impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan supaya sanggup menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).

3) Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)

Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi yaitu ketika ia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan lisan wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut sanggup menghindari diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, contohnya tak jarang dibentuk samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibentuk samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.

4) Fiksasi

Dalam menghadapi kehidupannya, individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya putus asa dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan lantaran tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu teladan pertahanan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melaksanakan prosedur ini.

5) Regresi

Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustasi, setidaknya-tidaknya pada anak-anak. Ini sanggup pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode sikap yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia menunjukkan respon menyerupai individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil).

Contohnya anak yang gres memperoleh adik, akan menunjukkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal sikap demikian sudah usang tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi lantaran kelahiran adiknya dianggap sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu sanggup lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu memakai taktik regresi lantaran belum pernah berguru respon-respon yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau ia sedang mencoba mencari perhatian.

6) Menarik Diri

Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, ia menentukan untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya respon ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

7) Mengelak

Bila individu merasa diliputi oleh stress yang lama, besar lengan berkuasa dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bila saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan memakai metode yang tidak langsung.

8) Denial (menyangkal kenyataan)

Bila individu menyangkal kenyataan, maka ia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.

9) Fantasi

Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan sanggup menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang sanggup menyebabkan kecemasan dan yang menyebabkan frustasi. Individu yang seringkali melongo terlalu banyak kadang kala menemukan bahwa reaksi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsinal dan dalam pengendalian kesadaran yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stress, dengan begitu berfantasi sepertinya menjadi taktik yang cukup membantu.

10) Rasionalisasi

Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai perjuangan individu untuk mencari-cari alasan yang sanggup diterima secara sosial untuk mencari-cari alasan yang sanggup diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan sikap yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang jelek yaitu baik, atau yang baik yaitu yang buruk.

11) Intelektualisasi

Apabila individu memakai teknik intelektualisasi, maka ia menghadapi situasi yang seharusnya menyebabkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan bekerjsama supaya tidak terlalu terlibat dengan duduk masalah tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, insan sanggup sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan menunjukkan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.

12) Proyeksi

Individu yang memakai teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam menunjukkan ciri pribadi individu yang lain yang tidak ia sukai dan apa yang ia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin sanggup dipakai untuk mengurangi kecemasan lantaran ia harus mendapatkan kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.

Konsep keluarga

a. Pengertian keluarga

Keluarga yaitu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan (Effendi, 1998).

Keluarga yaitu dua atau lebih individu yang tergabung lantaran relasi darah, relasi perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam kiprahnya masing-masing membuat serta mempertahankan suatu kebudayaan Baylon dan Maglaya (dalam Friedman, 1998)

Menurut Burges dkk, (dalam Friedman, 1998) keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bahu-membahu dalam satu rumah tangga, atau kalau mereka hidup terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga sebagai rumah mereka.

Menurut Friedman (1998) keluarga yaitu kumpulan dua atau lebih insan yang satu sama lain saling terlibat secara emosional dan bertempat tinggal dalam satu tempat berdekatan. Wright, Watson & Bell (1996) menyatakan bahwa keluarga yaitu sekelompok individu yang terbentuk oleh ikatan emosi yang kuat, perasaan saling memiliki, serta hasrat untuk terikat satu sama lainnya dalam kehidupan.

Berdasarkan pemaparan di atas sanggup disimpulkan bahwa, keluarga yaitu kumpulan dua atau lebih insan yang saling berinteraksi dan bersatu dalam satu rumah.

Strategi Defence Keluarga

Defence keluarga merupakan sesuatu yang unik dan berbeda pada setiap keluarga, lantaran setiap keluarga mempunyai kemampuan defence yang berlainan serta dipengaruhi oleh evaluasi keluarga terhadap stresor dan sumber-sumber defence yang tersedia (Stuart & Laraia, 2005). Strategi defence keluarga berfungsi sebagai proses dan prosedur vital dimana melalui proses dan prosedur tersebut fungsi keluarga sanggup menjadi nyata. Defence pada tingkat keluarga jauh lebih rumit lantaran merupakan kombinasi respons-respons individu dalam menurunkan ketegangan atau menuntaskan masalah.

Menurut Pearlin dan Schooler (dalam Friedman, 1998) defence keluarga sanggup dilihat sebagai representasi dari defence yang dipakai anggota keluarga dewasa. Karena defence keluarga merupakan hasil dari rangkaian relasi (pola komunikasi).

Fungsi Keluarga

Friedman (1998) mengidentifikasi fungsi keluarga yaitu:

1) Fungsi afektif

Fungsi afektif bekerjasama erat dengan fungsi internal keluarga dan merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif mempunyai kegunaan untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Komponen yang ada dalam fungsi afektif yaitu saling asuh, saling menghargai, ada ikatan dan identifikasi.

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi yaitu proses perkembangan dan pertumbuhan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan berguru berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai semenjak lahir dimana keluarga merupakan tempat pertama individu untuk berguru bersosialisasi.

3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya insan yang bermutu. Dengan adanya aktivitas keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, menyerupai kebutuhan akan makan, minum, pakaian serta tempat tinggal.

Peran Ayah

Friedman (1998) mengidentifikasi kiprah ayah dalam keluarga sebagai berikut:

1) Menyiapkan lingkungan rumah yang sehat dan menyenangkan sehingga membantu memulihkan kesehatan fisik, psikologis dan sosial yang memuaskan.

2) Mengawasi dan ikut bertanggung jawab atas terlaksananya pengobatan lanjutan di akomodasi kesehatan yang ada dan pengawasan pemberian obat di rumah.

3) Membantu terlaksananya kegiatan sehabis pemulangan pasien dan bertanggung jawab atas kehadiran pasien dalam kegiatan tersebut.

4) Menciptakan relasi yang baik dengan lingkungan keluarga dan tetangga dalam rangka menunjukkan pengertian kepada masyarakat wacana keadaan, sikap dan penyakit pasien sehingga bersifat positif, sportif dan bisa menentramkan apabila pasien berperilaku agresif.

5) Berpartisipasi secara aktif dan konstruktif dalam proses terapi keluarga.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Defence Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri) Individu Dan Konsep Keluarga"

Post a Comment