Pengertian Motif, Teori Motif Afiliasi, Dan Ciri-Ciri Motif Afiliasi

Pengertian Motif, Teori Motif Afiliasi, dan Ciri-ciri Motif Afiliasi - Banyak dari kehidupan ini insan melaksanakan suatu tindakan berdasarkan motif. Dalam artikel psikologi ini akan membahas hal yang terkait dengan motif, motif afiliasi dan teorinya sampai ciri-ciri dari motif tersebut. Banyak pelajaran mengenai motif yang akan didapatkan sesudah anda membaca artikel di bawah ini.
 Banyak dari kehidupan ini insan melaksanakan suatu tindakan berdasarkan motif Pengertian Motif, Teori Motif Afiliasi, dan Ciri-ciri Motif Afiliasi
Motif Selalu Ada Pada Setiap Tindakan Kecuali Dia Gila
Baca juga: Pembahasan Mengenai Pembelajaran Kontekstual

Pengertian Motif

Sebelum kita membahas secara lengkap mengenai motif afiliasi, terlebih dahulu kita harus mendefenisikan wacana pengertian motif secara menyeluruh. Secara etimologis, berdasarkan Atkinson (1980) motif dalam bahasa Inggris motive berasal dari kata motivation yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Kaprikornus istilah motif erat kaitannya dengan “gerak”, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.

Motif ialah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Motif memperlihatkan kekerabatan yang sistematik antara suatu respon atau suatu himpunan respon dengan keadaan dorongan tertentu. Menurut Atkinson (dalam Ahmadi, 2000) motif didefenisikan sebagai suatu disposisi laten yang berusaha dengan besar lengan berkuasa untuk menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini sanggup berupa prestasi, afiliasi dan kekuasaan.

Menurut Sri Mulyati Martaniah (dalam Ahmadi, 2000) motif didefenisikan sebagai suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibuat oleh pengalaman-pengalaman, yang secara relatif sanggup bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan sikap ke tujuan tertentu.

Dari beberapa defenisi di atas, sanggup diambil kesimpulan bahwa suatu motif ialah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu itu berbuat sesuatu. Semua tingkah laris insan pada hakikatnya mempunyai motif. Salah satu motif yang sangat mempengaruhi tingkah laris individu ialah motif sosial. Sehingga sanggup mengerti dan memahami tingkah laris insan yang lebih sempurna.

Pengertian Motif Afiliasi

Sebagian besar hidup insan dihabiskan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan kecenderungan untuk berhubungan nampaknya mempunyai dasar neurobiologis bagi kehidupan manusia. Afiliasi ialah kebutuhan untuk membina kekerabatan dengan orang lain, dan diterima oleh mereka, dihipotesiskan sebagai hal yang fundamental bagi kebutuhan psikologis, sama ibarat haus dan lapar bagi tampilan fisik kita.

Menurut Chaplin (2005) bahwa afiliasi ialah kebutuhan akan pertalian perkawanan dengan orang lain, pembentukan pesahabatan, ikut serta dalam acara tertentu, menyebarkan kasih sayang dan kooperatif.

Motif afilliasi didefenisikan oleh Mc. Clelland (dalam Anggryani dan Annisa, 2006) sebagai salah satu motif sosial yang diartikan sebagai kebutuhan akan kehangatan dan pinjaman dalam hubungannya dengan orang lain. Motif inilah yang mendorong individu untuk berhubungan sosial, ibarat bergaul, bekeja sama, dihargai, diakui secara sosial dan masuk dalam kelompok. Menurut Mc. Clelland (dalam Ali dan Asrori, 2006) kebutuhan afiliasi ini merupakan kebutuhan faktual pada setiap manusia. Seseorang akan merasa senang, aman, dan berharga saat dirinya diterima dan memperoleh kawasan dalam kelompok. Sebaliknya seseorang akan merasa cemas, kurang berharga saat dirinya tidak diterima bahkan disisihkan oleh kelompoknya.

Setiap orang mempunyai kebutuhan afiliasi yang berbeda-beda dan perbedaan semacam itu membentuk suatu trait (atau disposisi) yang relatif stabil. Individu berguru mencari sejumlah kontak sosial yang optimal bagi mereka, menentukan untuk diri sendiri pada waktu tertentu dan berada pada situasi sosial di waktu lain. Selain itu, situasi yang spesifik sanggup membangkitkan keadaan kebutuhan afiliasi yang sementara.

Ciri-ciri Motif Afiliasi

Menurut Mc. Clelland (dalam Anggriany dan Annisa, 2006), orang yang mempunyai motif afiliasi tinggi mempunyai ciri-ciri yaitu:

1. Menunjukkan performa lebih baik saat insentif afiliatif tersedia.

Kebutuhan afiliasi yang ada dalam diri individu tergantung dari situasi yang dialaminya. Seorang individu akan bisa memperlihatkan performa lebih baik saat insentif dari afiliasi tersedia. Individu akan merasa percaya diri saat ia bisa diterima didalam kelompoknya, dan individu tersebut bisa meningkatkan keleluasaan dalam kelompoknya.

2. Menjaga kekerabatan interpersonal.

Tujuan utama kebutuhan afiliasi mengacu pada keakraban dalam berhubungan dengan orang lain. Setiap individu harus sanggup mengembangkan suatu yang pribadi satu sama lain dan mengkomunikasikan perasaan secara pribadi kepada orang lain. Berkomunikasi dengan ramah tamah, wajar, menghargai secara positif satu sama lain melalui respon yang tidak bersifat menilai. Individu harus bisa mempertahankan suatu hubungan, maka hal yang paling menentukan ialah kesan pertama terhadap orang lain. Hubungan seseorang tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah dan untuk memelihara dan mempertahankan kekerabatan tersebut seseorang harus mempunyai sifat bersahabat dengan orang lain. Seorang individu juga harus bisa untuk fokus pada perjuangan untuk meningkatkan kemampuan prososial mereka dengan tenggang rasa yang baik dan tenggang rasa yang baik.

3. Mampu bekerja sama dengan orang lain.

Kebutuhan afiliasi terkait dengan kecenderungan untuk membentuk pertemanan, untuk bersosialisasi, untuk berinteraksi secara dekat dengan orang lain, untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang bersahabat. Setiap individu berusaha mencapai dan mengharapkan tingkah laris sosial yang bertanggung jawab. Sebagi remaja harusnya sanggup berpartisipasi sebagai orang remaja yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan bisa menunjang nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.

Proses untuk mengikat diri individu ke dalam kelompok sosialnya telah berlangsung semenjak individu lahir. Sejak lahir anak diminta untuk menjalin kekerabatan baik dengan kelompok, berpartisipasi sebagai anggota kelompok sebaya dan berguru bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompok. Individu butuh dihargai oleh orang lain, semoga menerima kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Selain itu, individu juga harus bisa menghargai dan menghormati orang lain, sehingga individu mencicipi kebersamaan dalam kelompoknya.

4. Perilaku kepemimpinan.

Seorang pemimpin yang baik bisa untuk mengambil keputusan dan mempunyai inisiatif dalam kehidupannya. Perilaku kepemimpinan pada remaja tergantung dari bagaimana lingkungan membentuk remaja tersebut sehingga membentuk suatu kekerabatan yang baik dengan orang-orang disekitarnya.

5. Menghindari persaingan.

Perilaku menghindari persaingan bisa untuk membentuk suatu persahabatan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Seseorang berhubungan untuk mencapai kegembiraan dan berusaha untuk menghindari konflik-konflik interpersonal yang mungkin terjadi di dalam kehidupannya.

6. Rasa takut akan penolakan.

Sejalan dengan pertumbuhan kita, kebutuhan individu semakin rumit dan beraneka ragam. Kita berhubungan untuk menerima kegembiraan, memperoleh pertolongan dan penerimaan dari kelompok. Tetapi jikalau seorang individu melibatkan dirinya kedalam situasi yang dinilainya sendiri, maka ia akan mengakibatkan dirinya sebagai patokan. Hal ini dilakukan alasannya ialah orang mempunyai dorongan untuk mengevalusi dirinya sendiri. Individu ingin mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam melaksanakan hal-hal tertentu. Setiap remaja ingin menjadi terkenal bahkan berusaha keras untuk menjadi populer. Remaja yang terkenal menawarkan dukungan, kesediaan untuk menjadi pandangan yang baik dan terbuka dengan sahabat sebaya, perhatian kepada orang lain dan percaya pada diri sendiri. Bagi remaja yang ditolak, mempunyai persoalan pembiasaan dalam masa yang akan datang. Kaprikornus remaja harus sanggup fokus kepada perjuangan meningkatkan kemampuan prososial mereka dengan tenggang rasa yang lebih baik, menjadi pendengar yang baik, mempunyai kemampuan komunikasi yang lebih baik atau berusaha menurunkan tingkah laris yang mengganggu dan meningkatkan kontrol akan diri.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Motif, Teori Motif Afiliasi, Dan Ciri-Ciri Motif Afiliasi"

Post a Comment