Pengertian Object Relation Theory Psikologi Kepribadian

Pengertian Object Relation Theory Psikologi Kepribadian - Object relation Theories berdasarkan Melanie Klein, Melanie Reizes Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di Wina, Austria. Ia lahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Dr. Moriz Reizes dan istri keduanya, Libussa Deutsch Reizes. Klein percaya bahwa ia lahir sebagai seorang anak yang kehadirannya tidak direncanakan.

Keyakinan ini membuatnya merasa ditolak oleh orang tuanya. Melanie merasa ada jarak dengan ayahnya, yang lebih mengasihi abang perempuannya, Emilie. Ketika Melanie lahir, ayahnya sudah usang melawan Yahudi Ortodoks dan menolak untuk menerapkan agama apapun dalam kehidupannya. Akibatnya, Klein tumbuh dalam keluarga yang tidak pro agama, namun juga tidak anti agama.

Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya meninggal, tetapi bencana yang lebih besar terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika abang laki-laki yang sangat dicintainya meninggal. Melanie menikahi Arthur Klein, seorang insinyur teman dekat abang laki-lakinya Emmanuel. Sayangnya janji nikah Klein tidak bahagia, ia menghindari korelasi seksual dan tidak ingin hamil. Meskipun demikian ia mempunyai tiga anak dari pernikahannya.
Pengertian Object Relation Theory Psikologi Kepribadian Pengertian Object Relation Theory Psikologi Kepribadian
Psikologi Kepribadian
Baca juga: Pelajaran Psikologi Tentang Ego
Klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919, namun perceraiannya gres terjadi beberapa tahun kemudian. Setelah perpisahannya,iamembangun praktik psikoanalisis di Berlin dan membuat makalah mengenai analisisnya terhadap Erich. Makalah ini merupakan kontribusi pertamanya dalam literatur psikoanalisis. Erich, dalam makalah tersebut, tidak diperkenalkan sebagai anaknya bahkan hingga waktu lamanya sehabis janjkematian klein.

Teori Relasi Objek

Teori kekerabatan objek merupakan potongan dari teori dari Freud mengenai teori insting, tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori kekerabatan objek tidak terlalu menekankan pada dorongan-dorongan biologis dan lebih menekankan pada pentingnya contoh yang konsisten dalam korelasi interpersonal. Kedua, kebalikan dari teori Freud yang bersifat paternalis dan menekankan pada kekuatan dan control sang ayah, teori kekerabatan objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu. Ketiga, teori kekerabatan objek umumnya lebih memandang kontak dan korelasi sebagai motif utama tingkah laris manusia, bukan kesenangan seksual.

Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai dengan jumlahnya. Klein dan teori kekerabatan objek lainnya memulai dari perkiraan dasar yang dikemukakan Freud tersebut. Kemudian, mereka berspekulasi mengenai bagaimana kenyataan atau imajinasi seorang bayi di awal korelasi dengan ibunya atau dengan payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari korelasi interpersonalnya di masa mendatang. Bagaimanapun, korelasi pada orang arif balig cukup akal tidak selalu menyerupai pandangan mereka.

Bagian terpenting dari korelasi ini yakni representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait erat, menyerupai payudara ibunya dan penis ayahnya yang pernah diintroyeksikan atau diambil dari struktur psikis seorang bayi dan kemudian diproyeksikan terhadap pasangan hidupnya. Gambaran-gambaran internal ini bukan representasi akurat dari orang lain, tetapi merupakan potongan atau sisa pengalaman awal setiap orang.Meskipun klein terus menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia melanjutkan teori psikoanalisisnya di luar batasan yang telah ditetapkan oleh Freud. Di lain pihak, Freud sendiri cendrung mengabaikan Klein (Feist, 2010, hlm 165).

Kehidupan Psikis pada Bayi

Jika Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan manusia, maka Klein lebih menekankan pada pentingnya empat hingga enam bulan.

1. Fantasi

Salah satu perkiraan dasar yang dikemukakan oleh Klein yakni walaupun gres lahir, seorang bayi sudah mempunyai fantasia atau imajinasi kehidupan yang aktif. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketaksadaran insting id; yang tidak bisa dicampuradukkan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh belum dewasa dan orang dewasa. Kelin memang sengaja mengejanya dengan fantasi (phantasy) untuk membedakan dengan kesadaran. Ketika Klein (1932) menulis mengenai dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia menyampaikan bahwa bayi yang gres lahir bisa merangkum pemikirannya melalui kata-kata.

Maksudnya yakni bahkan semenjak masih sangat kecil, bayi mempunyai citra ketaksadaran dari “baik” dan “buruk”. Klein mengemukakan bayi yang tertidur dikala sedang mengisap jarinya sedang berfantasi bahwa ia menghisap puting payudara ibunya yang baik. Bayi yang kelaparan dan menangis serta kakinya menendang berfantasi jelek sedang menendang atau menghancurkan payudara ibunya yang buruk.

Seiring dengan berkembangnya sang bayi, fantasi ketidaksadaran mengenai payudara ini masih berlanjut dan berdampak pada kehidupan psikisnya sehingga muncul fantasi ketidaksadaran lainya. Fantasi ketidaksadaran yang muncul belakangan ini dibuat melalui kenyataan yang dialam dan predisposisi bawaan. Salah satu fantasi ini yakni Oedipus complex atau keinginan anak untuk menghancurkan salah satu orang tuanya untuk terlibat secara seksual dengan orang renta satunya.

2. Objek

Kelin oke dengan Freud bahwa insan mempunyai dorongan bawaan atau insting termasuk insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek. Objek-objek tersebut yakni dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berafiliasi tubuh dan mempunyai organ seksual, juga lainnya. Klein (1948) yakin bahwa semenjak masa bayi awal anak sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal ini, “dan kemudian mulai berminat pada wajah dan tangan yang sanggup memenuhi kebutuhan mereka” (Klein, 1991, hlm 757). Dalam imajinasi aktifnya bayi mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek eksternal; mereka juga berkhayalan dengan menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud konkret. Contohnya, anak mengintroyeksikan sang ibu percaya bahwa ibunya akan selalu ada di dalam dirinya.

3. Posisi

Dalam usahanya untuk menghadapi dikotomi baik dan jelek atau dalam menghadapi objek internal dan eksternal, bayi mengatur pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu. Klein menentukan istilah “posisi” daripada “tahapan perkembangan” untuk mengindikasikan bahwa posisi sanggup maju dan mundur. Posisi bukanlah merupakan periode perkembangan dalam rentang waktu tertentu dalam fase kehidupan manusia.

a). Posisi Paranoid-Schizoid, berdasarkan klein, bayi mengembangkan posisi paranoid-schizoid ketika berusia tiga hingga empat bulan. Pada dikala ini, egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia yang subjektif dan fantastis, bukan objektif nyata. Perasaan terancam pada seseorang bayi merupakan perasaan paranoid, yaitu perasaan yang tidak didasari oleh kenyataan atau ancaman dunia. b). Posisi Depresif, anak yang sedang berada pada posisi depresif sanggup mengenali objek yang dicintainya berubah menjadi menjadi satu di waktu yang sama. Mereka saling mendekati satu sama lain untuk keinginan menghancurkan ibunya dan keinginan untuk memperbaiki atas penyerangan ini. Anak melihat ibunya sebagai suatu kesatuan dan dalam posisi yang berbahaya, jadi mereka bias merasa tenggang rasa terhadapnya. Kualitas ini merupakan faktor yang menguntungkan bagi korelasi interpersonal di masa mendatang.

Mekanisme Pertahanan Psikis

Klein (1955) mengemukakan bahwa semenjak awal masa bayinya, anak sanggup mengadopsi beberapa prosedur pertahanan psikis untuk melindungi perasaan yang berasal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara, payudari sebagai objek yang destruktif dan menyeramkan di satu sisi, namun payudara sebagai objek yang menyenangkan dan sangat membantunya di sisi yang lain. Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi memakai beberapa prosedur pertahanan diri, menyerupai introyeksi (introjection), proyeksi (projection), pemisahan (splitting), dan identifikasi proyektif (projective identification).

Internalisasi

Ketika teori kekerabatan objek berbicara mengenai internalisasi, hal ini berarti bahwa orang melaksanakan introyeksi, yaitu memasukan aspek eksternal kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologi. Toeri kleinian menekankan tiga internalisasi penting, yaitu ego, superego, dan Oedipus complex.

1. Perkembangan Oedipal pada Perempuan

Pada awal perkembangan Oedipal Feminim, yaitu selama bulan pertama dalam kehidupan seorang anak perempuan melihat payudara ibunya sebagai objek “baik dan buruk”. Kemudian sekitar usia 6 bulan ia mulai melihat payudara lebih sebagai objek yang positif daripada negatif. Setelah itu, ia mulai melihat ibunya secara keseluruhan sebagai objek yang penuh dengan kebaikan dan sikap ini membuatnya berimajinasi mengenai bagaimana hadirnya seorang bayi. Ia juga berkhayal bahwa penis ayahnya memberi ibunya banyak sekali hal, termasuk bayi-bayi. Oleh alasannya yakni anak perempuan kecil ini melihat penis ayahnya sebagai pemberi bayi, maka ia mengembangkan korelasi positif terhadap penis ayahnya dan berkhalayl bahwa ayahnya akan memenuhinya dengan bayi-bayi. Jika proses perkembangan Oedipus Feminin ini berjalan dengan mulus, maka anak perempuan akan menempatkan dirinya pada posisi feminism dan mengembangkan korelasi yang positif dengan kedua orang tuanya.

2. Perkembangan Oedipal pada Laki-laki

Seperti pada anak perempuan, anak laki-laki juga memandang payudara ibunya sebagai objek baik dan jelek (Klein,1945). Kemudian selama bulan-bulan pertama perkembangan Oedipal, anak laki-laki mengganti hasrat oralnya, yang semula pada payudara ibunya diganti menjadi hasrat terhadap penis ayahnya. Pada masa ini, anak laki-laki sedang berada pada posisi feminine di mana ia mengadopsi sikap homoseksual pasif terhadap ayahnya. Kemudian, ia bergerak menuju korelasi hetroseksual dengan ibunya. Oleh alasannya yakni perasaan homoseksual terhadap ayahnya yang pernah dimilikinya, maka ia tidak takut ayahnya akan mengebirinya. Klein percaya bahwa posisi homoseksual pasif ini merupakan faktor awal terbentuknya korelasi hetroseksual yang sehat dengan ibunya. Sederhananya, seorang anak laki-laki harus mempunyai perasaan yang baik terhadap penis ayahnya terlebih dahulu, sebelum ia sanggup menilai miliknya.

Object Relation Theories Menurut Margaret Mahler

Schönberger Margaret Mahleradalah seorang dokter Hungaria, yang kemudian menjadi tertarik dalam psikiatri. Dia yakni seorang tokoh utama di panggung dunia psikoanalisis. bunga utamanya yakni dalam pembangunan masa kecil yang normal, tetapi ia menghabiskan banyak waktunya dengan belum dewasa jiwa dan bagaimana mereka tiba di "diri." Mahler mengembangkan teori Pemisahan-Individuasi perkembangan anak.

Margaret Schönberger lahir pada 10 Mei 1897 dalam sebuah keluarga Yahudi di Sopron, sebuah kota kecil di Hungaria barat. Dia dan seorang adik perempuan mempunyai masa kecil yang sulit sebagai akhir dari perkawinan bermasalah orangtua mereka. Ayah Margaret, bagaimanapun, mendorongnya untuk unggul dalam matematika dan ilmu-ilmu lainnya. Setelah menuntaskan Sekolah Tinggi Daughters, ia menghadiri Vaci Utcai Gimnazium di Budapest, meskipun itu tidak biasa pada waktu bagi seorang perempuan untuk melanjutkan pendidikan formal. Budapest yakni efek besar terhadap kehidupan dan karir. Dia bertemu psikoanalis besar lengan berkuasa Hungaria Sándor Ferenczi, menjadi terpesona oleh konsep alam bawah sadar, dan didorong untuk membaca Sigmund Freud.

Pada bulan September 1916, Schonberger mulai studi Sejarah Seni di University of Budapest, tapi dalam Januari 1917 ia beralih ke Medical School. Tiga semester kemudian ia mulai pembinaan medis di University of Munich, tetapi terpaksa meninggalkan alasannya yakni ketegangan terhadap Yahudi. Pada demam isu semi 1920 ia dipindahkan ke Universitas Jena dan di sanalah beliau mulai menyadari betapa penting dan bermain cinta yakni untuk bayi semoga mereka sanggup tumbuh sehat secara mental dan fisik. Schönberger lulus cum laude pada tahun 1922.

Dia berangkat ke Wina untuk mendapatkan lisensi untuk praktek kedokteran. Di sana ia berpaling dari pediatri ke psikiatri dan, pada tahun 1926, mulai analisis pelatihannya dengan Helene Deutsch. Tujuh tahun kemudian, Margaret diterima sebagai seorang analis. Schonberger senang bekerja dengan anak-anak. Dia menyukai cara belum dewasa mereka memperlihatkan perhatiannya dan memperlihatkan kegembiraan mereka dalam bekerja sama dengan dia.

Pada tahun 1936 ia menikah dengan Paul Mahler. Setelah meningkat Nazi berkuasa, pasangan ini pindah ke Inggris dan kemudian, pada tahun 1938, ke Amerika Serikat. Setelah mendapatkan lisensi New York medis, Schönberger Mahler membuka praktek swasta di ruang bawah tanah dan mulai membangun kembali klien-nya. Pada tahun 1939 beliau bertemu Benjamin Spock, dan sehabis memperlihatkan seminar anak analisis pada tahun 1940, ia menjadi guru senior analisis anak. Dia bergabung dengan Institute of Human Development, Lembaga Pendidikan dan New York psikoanalitik Society. 

Pada tahun 1948 ia bekerja pada studi klinis Kasus jinak dan ganas dari Anak Psikosis. Barnard College, pada tahun 1980 yang upacara dimulainya, diberikan Schönberger Mahler kehormatan tertinggi, Medali Barnard dari Perbedaan. Schönberger Mahler meninggal dunia pada tanggal 2 Oktober 1985.KaryaMargaret Mahler bekerja sebagai psikoanalis terganggu dengan belum dewasa muda. Pada tahun 1950 ia dan Manuel Furer mendirikan Masters Children's Centre di Manhattan. Di sana ia mengembangkan Tripartit Pengobatan Model, di mana ibu berpartisipasi dalam pengobatan anak. Mahler memulai eksplorasi lebih konstruktif gangguan parah di masa kanak-kanak dan menekankan pentingnya lingkungan pada anak. Dia khususnya tertarik pada dualitas ibu-bayi dan hati-hati mendokumentasikan dampak pemisahan dini belum dewasa dari ibu mereka. Dokumentasi ini pemisahan-individuasi yakni kontribusi yang paling penting bagi perkembangan psikoanalisis.

Mahler menjelaskan pada fitur normal dan abnormal psikologi perkembangan ego. Dia bekerja dengan belum dewasa psikotik, sedangkan psikosis yang belum dicakup dalam pengobatan psikoanalitik belum. psikosis anak simbiotik memukulnya. simtomatologi itu beliau melihat sebagai penggelinciran proses normal dimana diri-representasi (representasi diri seseorang) dan-objek representasi (representasi dari seseorang yang akrab) menjadi berbeda. Karyanya yang paling penting yakni Kelahiran Psikologis dari Bayi Manusia: Simbiosis dan Individuasi, ditulis pada tahun 1975 dengan Fred Pine dan Anni Bergman.
Pemisahan-IndividuasiTeori perkembangan anakDalam teori Mahler's, perkembangan anak berlangsung secara bertahap, masing-masing dengan beberapa sub fase:
  • Tahap Normal Autistic - beberapa ahad pertama kehidupan. Bayi dilepas dan diri diserap. Menghabiskan sebagian besar / tidurnya waktunya. Mahler kemudian ditinggalkan tahap ini, berdasarkan temuan gres dari penelitian bayinya. Dia percaya itu menjadi tidak ada. fase ini masih muncul di banyak buku perihal teori nya. 
  • Tahap Normal Simbiotik - Berlangsung hingga sekitar 5 bulan. Anak kini menyadari / ibunya tapi tidak ada rasa individualitas. Bayi dan ibu yakni satu, dan adapenghalang antara mereka dan seluruh dunia. 
  • Tahap Pemisahan Individuasi - Kedatangan fase ini menandai tamat Tahap Symbiotic Normal. Pemisahan mengacu pada perkembangan batas, perbedaan antara bayi dan ibu, sedangkan individuasi mengacu pada perkembangan ego bayi, rasa identitas, dan kemampuan kognitif. Mahler menjelaskan bagaimana seorang anak dengan usia beberapa bulan istirahat dari sebuah "shell autis" ke dunia dengan koneksi manusia. Proses ini, berlabel pemisahan-individuasi, dibagi menjadi subphases, masing-masing, yang hasil onset sendiri dan risiko. The subphases berikut dilanjutkan dalam rangka ini, tetapi tumpang tindih jauh. 
  • Penetasan - bulan pertama. Bayi berhenti tidak peduli terhadap perbedaan antara dirinya dan ibu. "Pecahnya shell". Peningkatan kewaspadaan dan bunga dunia luar. Menggunakan ibu sebagai titik orientasi. 
  • Berlatih - 9-sekitar 16 bulan. Dibawa oleh kemampuan bayi untuk merangkak dan kemudian berjalan secara bebas, bayi mulai mengeksplorasi aktif dan menjadi lebih jauh dari ibu. Anak itu pengalaman sendiri masih sebagai salah satu dengan ibunya. 
  • Persesuaian -15-24 bulan. Dalam subphase ini, bayi sekali lagi menjadi dekat dengan ibu. Anak menyadari bahwa mobilitas fisik memperlihatkan keterpisahan psikis dari ibunya. balita tersebut sanggup menjadi tentatif, ingin ibunya harus terlihat sehingga, melalui kontak mata dan tindakan, ia bisa menjelajahi dunianya. Risiko yakni bahwa ibu akan salah membaca kebutuhan ini dan menanggapi dengan sabar atau tidak tersedianya. Hal ini sanggup mengakibatkan rasa takut cemas ditinggalkan pada balita tersebut. 'Mood kecenderungan' Suatu dasar sanggup dibuat pada dikala ini. Persesuaian dibagi menjadi beberapa sub tahap: 
  • a). Awal - Termotivasi oleh keinginan untuk inovasi membuatkan dengan ibu. 
  • b). Krisis - Antara tinggal dengan ibu, secara emosional dekat dan menjadi lebih berdikari dan mengeksplorasi. 
  • c). Solusi - solusi individu yang dimungkinkan oleh perkembangan bahasa dan superego. Gangguan dalam proses pemisahan fundamental-individuasi sanggup mengakibatkan gangguan dalam kemampuan untuk mempertahankan rasa yang sanggup dipercaya identitas individu di masa dewasa. 
  • d). Obyek Constancy, tahap ini ketika anak memahami bahwa ibu mempunyai identitas terpisah dan benar-benar individu yang terpisah. Ini mengarah pada pembentukan Internalisasi, yang merupakan representasi internal bahwa anak telah terbentuk dari ibu. Internalisasi ini yakni apa yang memperlihatkan anak dengan gambar yang membantu memasok mereka dengan tingkat tak sadar membimbing kontribusi dan kenyamanan dari ibu mereka. Kekurangan dalam Internalisasi positif mungkin bisa mengakibatkan rasa tidak kondusif dan dilema harga diri yang rendah pada usia dewasa. 

Object Relation Theories berdasarkan Heinz Kohut

Heinz Kohut (1913-1981) lahir di Wina dari orangtua Yahudi yang terpelajar dan penuh bakat (Strozier, 2001). Ayah Kohut, Felix (w. 1937) yakni seorang pianis yang handal dan ibunya, Else Lampl Kohut (w. 1972). Di permulaan Perang Dunia II, beliau bermigrasi ke Inggris, dan satu tahun kemudian pindah ke Amerika Serikat, kawasan beliau menghabiskan sebagian besar kehidupan profesionalnya.

Kohut berguru kedokteran di Universitas Wina dan lulus pada tahun 1938.Dia tidak mempunyai minat khusus dalam Freud, tetapi mencari beberapa psikoterapi pada tahun 1937 dari seorang psikolog berjulukan Walter Marseilles.Kemudian Kohut masuk ke analisis dengan psikoanalis populer yang juga teman Freud yaitu Agustus Aichhorn.Kohut menikah dengan Elizabeth Meyers pada 1948 dan mempunyai seorang putra, Thomas Agustus pada tahun 1951 (satu-satunya anak).

Ia menerbitkan sejumlah artikel penting, terutama psikologi musik, namun kontribusi terbesarnya yakni esai perihal “empati” yang pertama kali disajikan pada tahun 1956 dan diterbitkan pada tahun 1959. Di dalamnya Kohut menyatakan bahwa cara mengetahui penting diri dalam psikoanalisis yakni melalui empati, yang didefinisikan sebagai pengganti introspeksi.

Dia diangkat sebagai profesor tetap di Departemen Psikiatri University of Chicago, menjadi anggota fakultas Chicago Institutefor Psychoanalysis, dan menjadi profesor tamu bidang psikoanalisis di University of Cincinnati. Sebagai neurolog dan psikoanalis, Kohut membuat banyak psikoanalis murka karena penerbitan bukunya, The Analysis of the Self (1971), yang menggantikan konsep ego dengan konsep diri (self). Sebagai suplemen buku ini, aspek – aspek lain psikologi self-nya bisa ditemukan dalam The Restorationof the Self (1977) dan The Kohut Seminars (1987) yang diedit Miriam Elson dan diterbitkan sehabis Kohut meninggal.

Apa itu Psikologi Self

Kohut mengemukakan suatu teori relatif gres yang disebut self psychology. Psikologi diri psikoanalitis merupakan sekolah teoretis Heinz Kohut, MD (1913-1981), dan menyediakan dasar teoritis untuk sebagian besar manfaat terapi psikoanalisis kontemporer. Sementara menolak pentingnya utama bawaan drive seksual Freudian dalam organisasi jiwa insan , psikologi diri yakni psikoanalitik gerakan besar pertama di Amerika Serikat untuk mengakui tugas penting tenggang rasa dalam menjelaskan pembangunan insan dan perubahan psikoanalitik.

Sejak 1959 Kohut dan pengikutnya telah mengubah praktik psikoanalisis dan psikoterapi dengan memperdalam empatik attunement terapis untuk pasien dan menjelaskan kebutuhan dasar insan untuk perkembangan yang sehat, khususnya idealisasi, mirroring, dan twinship (atau "alterego") .Kohut telah berkembang menjadi studi perihal pengalaman selfobject, pengalaman (biasanya dengan orang lain) yang memelihara dan yang menentukan pengalaman diri untuk harga diri.

Psikoanalisis

Psikoanalisis yakni ilmu yang berbasis pada individu. Perkembangan umat insan sangat menyerupai dengan perkembangan individu. Freud kemudian membuat generalisasi bahwa individu bergotong-royong merepresentasikan peradaban manusia. Manusia primitif, misalnya, terdiri dari individu-individu yang melaksanakan sepenuhnya kepuasan sesuai dorongan insting yang dimilikinya, sementara insan juga selalu mempertahankan insting-insting yang menjadi potongan seksualitas primitifnya. Dengan demikian, insan primitif, meski telah melaksanakan dan memuaskan semua dorongan instingtifnya, mereka tetap saja bukan pencipta peradaban. Manusia membuat peradaban sesuai dengan perkembangan sejarah (namun Freud tidak menjelaskan mata rantainya).

Peradaban mendorong insan untuk menahan pemuasan atas insting-insting secara eksklusif dan sepenuhnya. Insting yang tidak terpenuhi inilah yang selanjutnya berubah menjadi energi mental dan psikis non-seksual, yang selanjutnya bergulir kembali menjadi dasar pembentukan peradaban. Freud menyebut perubahan dari energi seksual menjadi energi non-seksual ini sebagai sublimasi. Semakin cepat dan besar perkembangan peradaban, akan semakin tinggi harkat manusia, namun semakin besar pula represi terhadap dorongan-dorongan libidonya.

Analis lain yang kritis terhadap Psikoanalisis Freud yakni Heinz Kohut. Kohut mengkritik konsep narsisisme Freud yang semata-mata dimaknai sebagai kondisi negatif yang merugikan. Freud, berdasarkan Kohut, berambisi menghilangkan narsisisme, tetapi teorinya yang menganggap bahwa narsisisme selalu eksis dalam setiap fase perkembangan insan membuat Freud terjebak dalam situasi yang membingungkan. Jelas sangat tidak mungkin menghendaki individu tumbuh menjadi pribadi yang sehat ketika lensa pandang yang dipakai hanya bisa melihat sisi-sisi jelek individu tersebut.Berangkat dari posisi itulah, Kohut kemudian menemukan bahwa pada kondisi-kondisi tertentu, narisisisme itu sanggup dikatakan normal.

Kohut melihat narsisisme, atau cinta diri, atau cinta objek, tidak berada dalam garis lurus, namun melihatnya sebagai dua jalur perkembangan yang berbeda dan tetap ada seumur hidup, di mana masing-masing mempunyai karakteristik dan patologinya sendiri-sendiri. Kohut memperlihatkan pementingan pada aspek yang sehat dari narsisisme, melihat fenomena-fenomena menyerupai cinta orang renta terhadap anaknya, kegembiraan anak terhadap dirinya sendiri dan dunianya, serta harapan-harapan, aspirasi, ambisi, dan tujuan-tujuan normal sebagai aspek-aspek yang termasuk dalam narsisisme positif. Dalam model ini, dikala perkembangan berlangsung, narsisisme tidak digantikan oleh cinta objek, namun diperlunak oleh kekecewaan sedikit demi sedikit sehingga di masa arif balig cukup akal ia tetap menjadi dasar dari harga diri yang baik dan tujuan-tujuan realistik.

Teori Kohut

Lebih daripada teoritokus hubungan-hubungan objek lain, Kohut menekankan proses yang mengakibatkan diri (self) dari citra yang samar – samar dan tak terdiferensiasi hingga pada suatu perasaaan identitas individual yang terang dan tepat.

Kohut berpendepat bahwa konsep diri seseorang yakni pengaturan utama perkembangan psikologi. Pendekatannya terhadap kepribadian berpusat pada pematangan perasaan perihal self dari keadaan ringkih dan terpisah-pisah menjadi suatu struktur arif balig cukup akal yang kohesif dan stabil. Self berperan sebagai kekuatan perkembangan psikologi dan bukan dorongan seksual dan agresif, (seperti yang dikemukakan oleh Freud). Kohut beropini bahwa gangguan psikologis terjadi bila ada kekurangan- kekurangan yang penting dalam struktur self. Pengalaman-pengalaman awal yang tidak menyenangkan, contohnya pengauhan dan perhatian yang tidak tepat, sanggup mengganggu perkembangan self.

Namun menyerupai teoretisi kekerabatan objek lainnya, beliau berfokus kepada kekerabatan ibu-anak di usia dini sebagai kunci untuk memahami perkembangan selanjutnya. Kohut percaya bahwa saling-keterhubungan insan menjadi inti dari kepriadian manusia, bukannya dorongan – dorongan instingtual bawaan. Menurut Kohut, bayi memerlukan pengasuhan orang arif balig cukup akal bukan hanya untuk memuaskan kebutuhan – kebutuhan fisiknya namun, juga untuk memuaskan kebutuhan – kebutuhan psikologis dasarnya. Untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis ini, orang dewasa, atau objek-diri (selfobjects), memperlakukan bayi seperti mereka sudah mempunyai rasa kedirian (sense of self). 

Contohnya orang renta akan bertindak dengan hangat, dingin, atau tidak senang sebagian bergantung kepada sikap bayi itu sendiri. Melalui proses interaksi yang empatis, bayi memasukkan respon-respon objek diri sebagai rasa bangga, rasa bersalah, ras malu, atau rasa cemburusemua sikap yang kesannya membentuk blok-blok bangunan diri (self).Kohut (1997) mendefinisikan diri/self sebagai :
“pusat alam semesta psikologis individu”. Diri/self meberikan kesatuan atau konsistensi bagi pengalaman – pengalaman seseorang, masih relatif stabil untuk beberapa waktu.
“pusat inisiatif sekaligus peserta impresi – impresi”. Diri/self juga menjadi fokus anak bagi korelasi antarpribadi, membentuk bagaimana beliau menjalin korelasi dengan orangtua dan objek-diri lainnya.

Kohut (1971, 1977) percaya bahwa bayi secara alamiah bersifat narsistik. Mereka yakni pribadi yang berpusat pada diri sendiri (self-centered), yang mencari secara khusus kesejahteraan mereka sendiri dan berharap dikagumi atas siapa diri mereka dan apa yang sudah mereka lakukan. Diri paling dini menjadi terkristalkan di sekitar dua kebutuhan yang narsisistik dasar:a).Kebutuhan untuk memamerkan diri-nya yang hebat. b) Kebutuhan untuk mencapai citra ideal dari salah satu atau kedua orangtuanya.

Diri yang hebat dan ingin dipamerkan (grandiose-ex-hibitionistic self) ini terbentuk ketika bayi yang berafiliasi dengan objek-diri yang “menjadi cermin” (mirroring self-object) memperlihatkan persetujuan atas perilakunya. Bayi kemudian membentuk sebuah gambar diri dasar (rudimentary elf-image) dari pesan-pesan semacam: “Jika orang lain melihatku sempurna, maka sempurnalah aku”. Sementara itu, citra orangtua yang ideal (idealized parent image) bertentangan dengan diri yang-hebat (grandiose-self) alasannya yakni beliau menyiratkan bahwa seseorang yang lain itulah yang sempurna. 

Meskipun begitu, hal ini juga memuaskan salah satu kebutuhan narsisistiknya alasannya yakni bayi mengambil sikap, “Kamu memang tepat namun, saya potongan darimu.Kedua gambar-diri narsisistik bayi semacam ini diperlukan bagi perkembangan kepribadian yang sehat. Namun keduanya tetap harus berubah ketika anak tumbuh dewasa. Jika mereka masih tidak bisa membedakan dirinya, maka mereka akan berkembang menjadi pribadi arif balig cukup akal yang narsistik secara patologis. Kehebatan diri harus berubah menjadi sebuah pandangan yang realistik mengenai diri, dan gambar orangtua yang ideal harus tumbuh menjadi gambar orangtua yang realistik.

Dua gambar diri ini tidak akan hilang sepenuhnya. Manusia arif balig cukup akal yang sehat akan meneruskan sikap yang positif terhadap dirinya sembari terus melihat kualitas-kualitas yang baik pada orangtua dan figur-figur lain pengganti orangtua. Tetapi insan arif balig cukup akal yang narsistik tidak mentransendensikan kebutuhan-kebutuhan infantilnya ini dan terus memusat pada diri sendiri. Akibatnya, beliau terus ingin melihat sisa dunia sebagai penonton yang terkagum-kagum kepada dirinya. Freud percaya bahwa pribadi narsistik menyerupai itu tidak bisa disembuhkan oleh psikoanalisis namun, Kohut yakin bahwa psikoterapi sanggup menyembuhkan secara efektif pasien-pasien menyerupai ini.

Narsisisme

Narsisisme yakni perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Istilah ini pertama kali dipakai dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narcissus, yang dikutuk sehingga ia mengasihi bayangannya sendiri di kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia karam dan tumbuh bunga yang hingga kini disebut bunga narsis.Sifat narsisisme ada dalam setiap insan semenjak lahir, bahkan Andrew Morrison beropini bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang mempunyai persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme mempunyai sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, sanggup menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis.

Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, dimana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berafiliasi dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang mempunyai sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk sanggup berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya mempunyai rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut sanggup digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, alasannya yakni hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain.

Sekian artikel tentang Pengertian Object Relation Theory Psikologi Kepribadian. Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Object Relation Theory Psikologi Kepribadian"

Post a Comment