Teori Kelahiran Psikologis Dan Teori Kedekatan Berdasarkan Ahli

Teori Kelahiran Psikologis dan Teori Kedekatan Menurut Ahli - Margaret Mahler populer dengan Teori Kelahiran Psikologis. Menurut Mahler, untuk mencapai kelahiran psikologis, maka seorang anak akan melewati proses yang terdiri dari tiga tahap perkembangan mayor dan empat subtahap. Sedangkan teori kedekatan berasal dari pengamatan Bowlby bahwa bayi akan bereaksi dengan urutan yang jelas, ketika terpisah dari pengasuh utama mereka.

Kisah Margaret Schönberger Mahler (1897 – 1985)

Aku lahir di Sopron, Hongaria. Aku menerima gelar kedokteran dari University of Vienna pada tahun 1923. Pada tahun 1938, saya pindah ke New York dan menjadi konsultan di Children’s Service of the New York State Psychiatric Institute. Lalu, saya menyebarkan pengamatanku di Masters Children’s Center New York. Pada tahun 1955 hingga 1974, saya menjadi profesor psikiatri klinis di Albert Einstein College of Medicine. 

image source: www.sopronmedia.hu

baca juga:

• Teori Psikologi Konstitusi dan Teori Personologi Menurut Para Ahli

• Memahami Teori Relasi Objek Menurut Melanie Reizes Klein

• Memahami Teori Psikologi Interpersonal (Harry Sullivan)

Awalnya saya tertarik dengan kelahiran psikologis individual yang terjadi pada tiga tahun awal dari kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan karena, pada masa tiga tahun awal kehidupan yaitu waktu dimana seorang anak mengubah rasa kondusif menjadi rasa otonomi, secara bertahap. Asumsiku ini berasal dari pengamatanku terhadap sikap anak yang terganggu dalam interaksi dengan ibunya. Kemudian, saya melaksanakan pengamatan terhadap bayi-bayi normal yang sudah mulai akrab dengan ibunya selama tiga tahun pertama dalam kehidupannya.

Menurutku, psikologis individu muncul pada ahad awal kehidupan sesudah kelahirannya, kemudian berlanjut hingga tiga tahun dan seterusnya. Selain itu, menurutku, kelahiran psikologis yaitu waktu dimana seorang anak bisa menjadi individu yang terpisah dari pengasuh utama, yaitu ibunya. Kemampuan ini yang mendorong munculnya kepekaan akan identitas (sense of identity).

Teori Kelahiran Psikologis dari Mahler

Margaret Mahler populer dengan Teori Kelahiran Psikologis. Menurut Mahler, untuk mencapai kelahiran psikologis, maka seorang anak akan melewati proses yang terdiri dari tiga tahap perkembangan mayor dan empat subtahap. Tiga tahap perkembangan mayor yang dimaksud yaitu :

1. Normal Autism. Tahap perkembangan ini berlangsung dari lahir hingga usia tiga atau empat minggu. Untuk menggambarkan tahap ini, Mahler memakai analogi Freud wacana telur burung yang tidak menetas. Freud menyampaikan bahwa burung tersebut bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya secara autis, lantaran asupan makanan terdapat pada cangkang telur. Konsep ini sama dengan bayi yang gres lahir, yang memenuhi banyak sekali kebutuhannya dari pengasuhan ibu yang sangat kuat. Bayi gres lahir merasa mempunyai kekuatan sendiri lantaran kebutuhannya tersedia secara otomatis, tanpa harus melaksanakan banyak sekali usaha. Penekanan Mahler pada tahap ini yaitu bahwa bayi berada pada periode tidur panjang, dimana ia tidak menyadari kehadiran orang lain. Itu sebabnya, tahap ini disebut tahap autisme normal atau tahap tanpa objek lain.
2. Normal Symbiosis. Tahap perkembangan ini dimulai pada usia empat atau lima ahad hingga usia empat atau lima bulan. Pada tahap ini, bayi mulai menyadari bahwa mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga mulai mencoba mengenal dan membina hubungan dengan pengasuh utama mereka. Pada tahap ini, bayi berperilaku dan berfungsi layaknya ia dan ibunya yaitu sistem omnipotent, yaitu satu kesatuan dalam satu batasan umum. Hubungan yang terjalin antara ibu dan bayi tidak benar-benar hubungan simbiosis. Hubungan ini ditandai dengan munculnya sinyal dari bayi kepada ibu, ibarat lapar, sakit, dan senang, yang kemudian direspon oleh ibu dengan menyusui, memegang, atau tersenyum kepada bayinya. Mahler menyatakan bahwa pada tahap ini, hubungan objek belum dimulai, lantaran ibu atau objek lainnya hanya praobjek bagi bayi. 
3. Separation Individuation. Tahap ini berlangsung pada usia lima bulan, hingga pada usia 36 bulan. Pada tahap ini, anak akan mengalami pemisahan secara psikologis dari ibu, mencapai perasaan individuasi, dan mulai menyebarkan identitas personal. Pada masa ini, anak mencicipi bahwa dunia luar yaitu dunia yang berbahaya dari yang mereka ketahui di dua tahap sebelumnya. Menurut Mahler, tahap ini terbagi atas empat subtahap yang saling tumpang tindih, yaitu :
   
   1. Subtahap Diferensiasi, yang terjadi sekitar usia lima atau tujuh bulan hingga sepuluh bulan. Tahap ini ditandai dengan bagaimana respon bayi terhadap ibunya, sebagai penentu bagaimana hubungan bayi dengan orang lain. Bayi yang sehat secara psikologis akan memperluas dunia mereka dengan menjalin hubungan dengan orang lain selain ibu, namun di sisi lain tetap waspada dengan keberadaan orang asing. Sedangkan bayi yang tidak sehat secara psikis akan merasa takut dengan orang abnormal dan menghindarinya. 
   2. Subtahap Pemisahan Individuasi, yang terjadi sekitar usia tujuh atau sepuluh bulan hingga 16 bulan. Pada masa ini, bayi mulai berlatih memisahkan diri dari ibunya, dengan cara mulai merayap atau berjalan. Bayi merasa dunia luar sebagai hal menyenangkan. Walau demikian, bayi tidak nyaman jikalau tidak sanggup melihat ibunya, sehingga mata mereka selalu mengikuti kemanapun ibu pergi. 
   3. Subtahap Rapprochment, yang terjadi sekitar usia 16 hingga 25 bulan. Pada masa ini, anak mulai mendekatkan diri kembali dengan ibunya, baik secara fisik maupun psikologis. Hal ini dilakukan anak, lantaran anak ingin menunjukkan setiap pencapaian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh anak kepada ibunya. Hal ini tidak selalu berhasil sepenuhnya, sehingga anak sering bertengkar dengan ibunya. Kondisi ini disebut dengan Raprochment Crisis. 
   4. Subtahap Libidinal Object Constancy, yang terjadi sekitar usia tiga tahun. Pada masa ini, anak menciptakan representasi ibu secara konstan dalam diri mereka. Hal ini dilakukan biar anak sanggup memaklumi perpisahan dari ibunya secara fisik. Jika anak tidak menyebarkan obyek kesetiaan konstan ini, maka anak akan tergantung dan terus memerlukan kehadiran ibunya secara fisik biar tetap merasa aman. 

Kekuatan teori kelahiran psikologis ini yaitu berdasarkan pengamatan empiris Mahler pada hubungan ibu dan anak. Asumsi Mahler dalam teorinya ini menunjukkan bahwa jikalau ada orang cukup umur yang belum mencapai pemisahan diri dengan ibu dan belum paham dengan identitas dirinya, maka ada kesalahan yang dibentuk pada tiga tahun pertama dari kelahiran psikologis.

Kisah Heinz Kohut (1913 – 1981)

Aku lahir di Wina, dari orangtua Yahudi yang berbakat dan berpendidikan. Pada ketika Perang Dunia II, saya pindah ke Amerika Serikat, untuk menjalani profesi sebagai dosen di Department of Psychiatry, Universitas Chicago.

Aku juga merupakan anggota Chicago Institute for Psychoanalysis. Sebagai seorang neurolog dan psikoanalis, saya banyak menyinggung psikoanalis lain dengan menerbitkan buku The Analysis of the Self. Buku ini mengganti konsep ego dengan konsep diri sendiri.

Pandangan Heinz Kohut

Kohut menekankan bahwa proses diri atau self itu berkembang dari suatu citra yang kurang jelas menjadi identitas diri yang terang dan tepat. Sama ibarat tokoh pelopor teori hubungan objek lainnya, Kohut memfokuskan bahwa hubungan awal antara ibu dan anak yaitu kunci pengembangan insan di kemudian hari. Kohut percaya bahwa inti kepribadian insan yaitu hubungan antar manusia, bukan sekedar insting bawaan.

Kohut menyatakan bahwa bayi memerlukan pengasuhan orang cukup umur untuk memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis. Orang cukup umur akan memenuhi kebutuhan anak atau bayi ini melalui proses interaksi di antara mereka. Interaksi yang terjalin di antara mereka yang akan membentuk struktur kepribadian anak tersebut.

Kohut menggambarkan bahwa diri yaitu sentra alam semesta psikologis individu, yang berfokus pada hubungan antar pribadi, dan membentuk bagaimana individu akan berafiliasi dengan orang lain kelak. Kohut percaya bahwa setiap bayi atau anak mempunyai sifat narsistik alami. Sifat ini menimbulkan mereka berpusat pada diri sendiri secara eksklusif, dan berharap dikagumi orang lain atas apa yang mereka lakukan.

Diri terbentuk di seputar kebutuhan narsistik, yaitu kebutuhan untuk menampilkan kemegahan diri dan mencapai citra ideal mengenai salah satu atau kedua orangtuanya. Kedua citra diri narsistik ini merupakan penggalan penting bagi pengembangan kepribadian yang sehat. Namun, kedua hal itu harus berubah seiring tumbuhnya anak menjadi dewasa. Sebenarnya, citra ini tidak hilang sama sekali, hanya mengalami perubahan. Jika tidak berubah, maka akan muncul kepribadian orang cukup umur yang narsistik secara patologis. Orang cukup umur yang narsistik secara patologis ini tetap menjadi pribadi yang berpusat pada diri sendiri. Oleh lantaran itu, untuk menjadi pribadi yang sehat, maka citra kemegahan diri harus bermetamorfosis suatu pandangan yang realistis terhadap diri sendiri atau mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri. Selain itu, citra orangtua yang ideal harus tumbuh menjadi citra realistis dari orangtua atau tetap melihat kualitas yang baik pada diri orangtua.

Kisah John Bowlby (1907 – 1990)

Aku lahir di London. Ayahku yaitu spesialis bedah yang terkenal. Sejak kecil saya tertarik pada ilmu pengetahuan alam, kedokteran, dan psikologi. Oleh lantaran itu, saya berguru di Cambridge University. Setelah mendapatkan gelar kedokteran, saya memulai praktik di bidang psikiatri dan psikoanalisis pada tahun 1933.

Pada tahun 1933 itu juga, saya mengikuti pembinaan Melanie Klein di bidang psikiatri anak. Selama perang Dunia II, saya mengabdikan diri sebagai psikiater pada angkatan bersenjata. Pada tahun 1946, saya ditetapkan sebagai administrator Department for Children and Parents di Tavistock Clinic. Selama simpulan tahun 1950an, saya berguru ilmu sikap di Standford’s Center for the Advanced Study.

Pada tahun tersebut, saya tidak puas dengan pandangan teori hubungan objek, terutama pada kurangnya teori motivasi dan kurang empirisnya teori tersebut. Dengan bekal teori etologi dan teori evolusioner mengenai kedekatan awal pada sosok ibu, saya menyadari bahwa teori hubungan objek sanggup terintegrasi dalam satu pandangan yang evolusioner. Dengan membentuk integrasi itu, saya berpikir bisa memperbaiki kurang empirisnya teori hubungan objek dan memperluasnya. Teori Kedekatan yang saya kemukakan berdasar dari aliran psikoanalisis dengan masa kanak-kanak sebagai titik awal dan meramalkan kemungkinan di masa dewasa. Oleh lantaran itu, saya percaya bahwa proses kedekatan pada masa kanak-kanak mempunyai dampak terhadap masa dewasa.

Teori Kedekatan (Attachment Theory) dari John Bowlby

Teori ini berasal dari pengamatan Bowlby bahwa bayi akan bereaksi dengan urutan yang jelas, ketika terpisah dari pengasuh utama mereka. Bowlby mengamati tiga tahap kecemasan dari perpisahan, yaitu :

1. Protest, suatu tahap dimana ketika pengasuh utama mereka tidak terlihat, maka bayi akan menangis dan menolak untuk ditenangkan oleh orang lain, dan akan terus berusaha mencari pengasuh utama tersebut. 
2. Despair, suatu tahap frustasi yang menunjukkan reaksi bayi ketika terpisah dari pengasuh utamanya, ibarat diam, pasif, sedih, lesu, dan bersikap masa bodoh. 
3. Detachment, suatu tahap melepaskan dimana bayi mulai bisa melepaskan orang lain secara emosional, termasuk kepada pengasuh utamanya. Anak-anak yang berguru melepaskan sudah tidak lagi merasa kecewa jikalau ibu meninggalkan mereka, bisa berafiliasi dengan orang lain, bisa membawa dirinya, walaupun kemampuan emosinya masih terbatas. 

Dari pengamatan akan tahap ini, Bowlby menyebarkan teori kedekatan yang dipublikasikan dalam trilogi yang berjudul “Attachment and Loss”. Teori Bowlby ini mempunyai dua perkiraan utama, yaitu :

1. Tanggung jawab dan hubungan pengasuh utama harus menimbulkan rasa kondusif bagi anak. Anak atau bayi perlu mengetahui bahwa mereka sanggup bergantung dan mengandalkan pengasuhnya. Jika rasa bergantung ini sanggup diciptakan, maka anak akan bisa menyebarkan rasa percaya diri dan rasa kondusif untuk menjelajahi dunianya.
2. Suatu hubungan yang mengikat pada pengasuh dan anak, akan terinternalisasi dalam diri anak, dan menjadi pola bagi hubungan persahabatan dan cinta yang akan dibangun anak di masa depannya. Kedekatan terikat pertama kali merupakan kedekatan yang penting untuk membangun hubungan lain. Hubungan di awal kehidupan haruslah merupakan hubungan dua arah, dimana baik anak maupun pengasuh utamanya harus responsif terhadap satu sama lain dan mempengaruhi sikap satu sama lain. 

Kisah Mary Ainsworth (1919 – 1999)

Nama lengkapku Maria Dinsmore Salter Ainsworth. Aku lahir di Glendale, Ohio, sebagai putri pengusaha barang aluminium. Aku memperoleh gelar BA, MA, dan PhD di University of Toronto, suatu universitas tempatku bekerja sebagai pelatih dan dosen.

Selama masa karir yang panjang, saya mengajar dan melaksanakan penelitian di beberapa universitas dan institut di Kanada, Amerika Serikat, Inggris, dan Uganda. Pengaruh Teori Kedekatan dari Bowlby menimbulkan saya menyebarkan suatu teknik untuk mengukur jenis gaya kedekatan yang ada antara pengasuh dan bayinya. Teknik ini dikenal dengan Situasi Asing.

Teknik ini mempunyai mekanisme yang mencakup sesi laboratorium selama 20 menit dengan situasi dimana seorang ibu dan bayi pada awalnya hanya berdua di suatu ruang bermain. Kemudian, masuklah orang abnormal ke dalam ruangan tersebut. Setelah beberapa menit, orang abnormal tersebut memulai interaksi singkat dengan bayi. Lalu, ibu akan meninggalkan bayi itu dua kali atau dua periode, dengan masing-masing waktunya yaitu dua menit. Pada periode pertama, si bayi ditinggalkan sendiri bersama orang asing. Pada periode kedua, si bayi akan benar-benar ditinggalkan seorang diri.

Hal yang menjadi dasar pengukuran skala gaya kedekatan yaitu sikap yang ditunjukkan bayi ketika ibu kembali padanya. Aku dan teman-temanku menemukan bahwa ada tiga skala gaya kedekatan yang muncul, yaitu :

1. Rasa Aman. Pada gaya kedekatan ini, bayi merasa besar hati dan antusias ketika ibu kembali padanya. Bayi akan mendatangi ibu mereka dan ingin dipegang oleh ibu. Bayi yang menyebarkan kedekatan dengan rasa kondusif yakin bahwa pengasuhnya gampang didatangi dan bertanggung jawab atas dirinya. Prasaan kondusif dan bergantung pada pengasuhnya ini menjadi dasar bagi anak untuk bermain, bereksplorasi, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. 
2. Cemas-menolak. Pada gaya ini, bayi akan bersifat ambivalen. Pada ketika ibu meninggalkan dirinya, bayi akan merasa kesal. Oleh lantaran itu, ketika ibu kembali, ia merasa bingung. Di satu sisi, ia ingin mendekat kepada ibunya, namun di sisi lain, ia menolak untuk mendekat kepada ibu atau tidak mau didekati oleh ibunya. 
3. Cemas-menghindar. Pada gaya ini, bayi tetap hening ketika ibu meninggalkan mereka, dan mereka bisa mendapatkan keberadaan orang asing. Ketika ibu kembali, bayi atau anak akan cenderung mengabaikan dan menghindari ibunya. Gaya kedua dan ketiga ini termasuk dalam gaya kedekatan yang diikuti perasaan tidak aman, sehingga kelak, anak akan kurang bisa untuk terlibat dalam permainan, dalam bereksplorasi, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. 

Sekian artikel tentang Teori Kelahiran Psikologis dan Teori Kedekatan Menurut Ahli. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

• Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang : UMM Press
• Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika
• Schultz, D (1991). Psikologi Pertumbuhan, Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
• Suryabrata, S (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Tweet

Subscribe to receive free email updates: