Teori Konsep Diri Berdasarkan Carl Rogers - Konsep Diri Nyata Dan Negatif

Teori Konsep Diri Menurut Carl Rogers - Konsep Diri Positif dan Negatif - Carl Rogers ialah salah satu tokoh psikologi yang banyak menyumbangkan tenaga pikirannya untuk ilmu dan pengetahuan terutama di bidang psikologi. Carl Rogers juga membahas wacana konsep diri dan membedakannya menjadi negatif dan positif, hal ini berbeda dengan pembahasan artikel konsep diri sebelumnya yaitu berdasarkan Fitts. Untuk lebih jelasnya mengenai ilmu wacana konsep diri ini silahkan disimak artikel di bawah ini.
 Carl Rogers ialah salah satu tokoh psikologi yang banyak menyumbangkan tenaga pikirannya Teori Konsep Diri Menurut Carl Rogers - Konsep Diri Positif dan Negatif
Konsep Diri Positif dan Negatif
Baca juga: Teori dan Dimensi Konsep Diri Fitts

Teori Konsep Diri dari Carl Rogers

Pada teorinya Rogers (1951) memakai pendekatan yang berpusat pada diri klien dan menekankan pada adanya keunikan serta kebebasan dalam bertingkahlaku, sebagaimana persepsi, interprestasi serta pemahaman individu terhadap simulasi dari lingkungan pada dikala itu.

Berikut premis-premis dasar dari pendekatan fenomenologis yang dipakai oleh Rogers:

1. Tingkahlaku merupakan produk atau hasil dari persepsi individu.

2. Persepsi yang dimaksud diatas lebih bersifat “phenomenological” dari pada real atau nyata.

3. Konsep diri merupakan suatu persepsi dan suatu konsep yang mencakup nilai-nilai yang ditanamkan dari tumpuan kebudayaan.

4. Tingkahlaku diatur oleh konsep diri.

5. Konsep diri relatif konsisten sepanjang waktu dan situasi, dan menghasilkan tumpuan tingkah laris yang relative konsisten pula.

6. Strategi defence dipakai untuk mencegah adanya kondisi incongruent.

7. Hanya ada satu dorongan dasar yaitu aktualisasi diri.

Konsep diri merupakan hal pokok yang dimuat dalam teorinya. Diri merupakan serangkaian persepsi-persepsi, keyakinan-keyakinan yang mengorganisir mengenai diri sendiri. Didalamnya termuat kesadaran akan siapa saya, apa yang saya lakukan, yang keseluruhannya akan mewarnai persepsi terhadap dunia luar sehingga pada jadinya kuat terhadap tingkah laris yang muncul. Dengan demikian sanggup dikatakan bahwa semua tingkah laris yang muncul dari individu merupakan hasil proses persepsi bebas yang dibangun dan diarahkan oleh individu sesuai dengan dirinya. Makara diri sekalipun tidak secara eksklusif menghipnotis tingkah laris juga berfungsi sebagai objek dari perilaku serta perasaan-perasaan, sekalipun juga berfungsi sebagai proses yang mengarahkan dan membangun tingkah laku.

Rogers memandang sifat dasar insan pada pokoknya ialah positif, intinya ialah bergerak kearah kedewasaan, sosialisasi dan aktualisasi diri. Pandangan positif wacana insan ini menolak Freud dengan mengemukakan pendapatnya bahwa “…kadang-kadang orang akan bersifat irrasional dalam batinnya, namun pada saat-saat ibarat itu ia sedang neurotic…(Rogers ; 1967). Pada keadaannya ibarat ini insan sedikit sekali berfungsi sebagai makhluk yang sepenuhnya manusiawi. Ketika insan berfungsi dengan bebasnya, ia terbuka terhadap pengalaman, dan bebas bertindak didalam cara positif, sanggup mendapatkan amanah dan konstruktif. Rogers tidak menganggap dorongan-dorongan destruktif sudah menjadi sifat tetapi tetapkan suatu pertumbuhan yang alamiah menuju suatu kepribadian yang sehat, mengaktualisasi diri, dan menyadari dirinya. Manusia senantiasa dalam keadaan menjadi, dimana perubahan merupakan hasil dari pendewasaan dan berguru dan arah perubahan merupakan gerakan menuju “diri yang sebenarnya”. Diri yang bersama-sama ini bukanlah merupakan keberadaan tanpa tegangan yang statis alasannya ialah perubahan-perubahan dan pertumbuhan ibarat itu menyingkap kemungkinan lebih lanjut wacana akan menjadi apa seseorang sesungguhnya. Pemahaman yang diberikan didalam individu mengenai isu-isu dan pilihan-pilihan yang ril, keputusan ini selalu bergerak kedepan. Struktur diri ditinjau kembali untuk mencampurkan pengalaman-pengalaman gres yang tidak konsisten dengan struktur yang telah ada didalam kondisi-kondisi yang benar-benar bebas dari ancaman.

Rogers juga menekankan akan adanya prinsip konsistensi dan kesesuaian antara diri dan pengalaman. Individu akan berusaha untuk berada dalam kondisi yang sesuai antara diri dan pengalaman serta diri idealnya.

Konsep diri merupakan predisposisi untuk bertingkah laku. Sikap yang dihasilkan melalui proses persepsi terhadap diri akan memberi imbas pada seseorang dalam memandang dan menilai dunia sekelilingnya, dan berdasarkan penilaian inilah seseorang akan bertingkah laku.

Rogers membedakan konsep diri menjadi dua kutub yang berlainan satu dengan lainnya, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negative.

Konsep Diri Positif

Individu yang mempunyai konsep diri positif artinya ia memandang dirinya secara positif. Ia merasa bahwa dirinya berharga, disukai dan diterima. Ia akan menjadi lebih percaya diri dan ini akan membantunya untuk sanggup beradaptasi dengan lingkungan diluar dirinya. Inti dari konsep diri yang positif ini ialah bahwa ia mendapatkan keberadaan dirinya. Dan penerimaan ini lebih mungkin mengarah pada kerendahan hati dan kedermawanan diri pada keangkuhan dan keegoisan. Orang dengan konsep diri yang positif sanggup memahami dan mendapatkan sejumlah fakta yang majemuk wacana dirinya sendiri.

Ada beberapa karakteristik yang memperlihatkan seseorang yang mempunyai konsep diri yang positif, yaitu:

1. Mampu menjadi dirinya sendiri.

2. Mampu memenuhi harapan-harapannya sendiri dari pada impian individu lain.

3. Memiliki penerimaan yang lebih besar terhadap orang lain.

4. Memiliki penerimaan yang lebih besar terhadap diri sendiri.

5. Mampu mengarahkan kehidupannya.

6. Lebih terbuka untuk mendapatkan pengalaman-pengalamannya.

Konsep Diri Negatif

Individu yang mempunyai konsep diri negatif artinya ia memandang dirinya secara rendah, ditolak, dan ia sendiri juga menjadi kurang bisa mendapatkan dirinya. Dalam hubungannya dengan lingkungan sosial di luar diri, individu dengan konsep diri yang negatif akan lebih tergantung dan menghipnotis oleh lingkungan di luar dirinya. Konsistensi tingkah lakunya juga akan menjadi lebih rendah dan sangat bergantung kepada impian diluar lingkungan di luar dirinya.

Individu merasa bahwa kekuatan yang lebih besar ialah diluar dirinya. Jika ketergantungan pada penguatan dari luar diri menjadi lebih besar, maka ia akan menggantungkan penilaian dirinya kepada orang lain. Hal ini pada jadinya akan menyebabkan kebutuhan akan legalisasi terhadap keadekuatan diri menjadi semakin besar, alasannya ialah diri sendiri tidak bisa memberikannya.

Ada beberapa karakteristik yang memperlihatkan seseorang yang mempunyai konsep diri yang negative, yaitu:

1. Menjadi sangat sensitive terhadap kritik, alasannya ialah kritik menjadi penguat bagi perasaan inferiornya .

2. Sikap terlalu mengkritik orang lain sebagai perjuangan untuk menutupi citra diri yang bersama-sama alasannya ialah dengan demikian berusaha mengarahkan perhatian pada orang lain dan bukan pada dirinya.

3. Kegagalan yang dialaminya akan diproyeksikan pada orang lain sehingga kekurangan diri sanggup dihindari.

4. Terlalu berlebihan terhadap kebanggaan yang diberikan kepadanya.

5. Kurang mempunyai minat dalam berkompetisi, dan cenderung menjaga jarak dalam lingkungan sosialnya.

Konsep diri sanggup juga berkaitan dengan anxiety atau kecemasan. Individu dengan konsep diri yang negatif cenderung akan lebih gampang mengalami kecemasan melalui cara:

1. Adanya ketidakstabilan dan kurang terintegrasinya citra diri akan menciptakan seseorang menjadi gampang cemas.

2. Adanya penghargaan terhadap diri yang rendah akan membuatnya menjadi sensitif terhadap tragedi yang memantapkan tidak-adekuatan diri. Hal ini sanggup menyebabkan kecemasan.

3. Adanya kebutuhan yang berlebihan akan legalisasi dari luar diri, menciptakan seseorang cenderung tampil berpura-pura, tampil berdasarkan impian lingkungan bukan sebagai dirinya. Hal ini sanggup menyebabkan ketegangan yang pada jadinya menciptakan cemas.

4. Perasaan tidak berharga dan tidak adekuat menghasilkan adanya isolasi, baik secara fisik maupun emosional dengan orang lain. Ia akan menjadi kesepian, senantiasa terancam dan terisolisir.

Sekian artikel tentang Teori Konsep Diri Menurut Carl Rogers - Konsep Diri Positif dan Negatif. Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Teori Konsep Diri Berdasarkan Carl Rogers - Konsep Diri Nyata Dan Negatif"

  1. Artikel ini sangat membantu, apabila penulis berkenan membagi sumber referensi tulisan ini

    ReplyDelete