Teori Konsep Diri Dan Dimensi-Dimensi Konsep Diri Berdasarkan Fitts

Teori Konsep Diri dan Dimensi-dimensi Konsep Diri Menurut Fitts - Di artikel sebelumnya kita membahas teori aksi spesialis yang berjulukan Atkinson. Dalam artikel ini akan membahas mengenai teori konsep diri dari Fitts, tidak hanya teori atau pengertiannya tapi juga dimensi-dimensi yang terdapat di dalam konsep diri itu sendiri. Bagi anda yang ingin mendalami teori konsep diri ada baiknya membaca artikel di bawah ini.
 Di artikel sebelumnya kita membahas teori aksi spesialis yang berjulukan Atkinson Teori Konsep Diri dan Dimensi-dimensi Konsep Diri Menurut Fitts
Teori Konsep Diri dan Dimensinya
Baca juga: Pengertian Agresivitas dan Teori Agresi Menurut Atkinson

Terori Konsep diri dari Fitts

Menurut Fitts (1971) konsep diri yaitu merupakan keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri sebagai yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh dirinya sendiri. Bagaimana cara seseorang dalam mempersepsikan dirinya akan berbeda dengan cara orang lain dalam mempersepsikan diri mereka. Diri merupakan serangkaian persepsi-persepsi, keyakinan-keyakinan yang terorganisasi mengenai diri sendiri. Didalamnya termuat kesadaran akan siapa saya, apa yang saya lakukan, yang keseluruhannya akan mewarnai persepsi terhadap dunia luar sehingga pada kesudahannya besar lengan berkuasa terhadap tingkah laris yang muncul. Dengan demikian sanggup dikatakan bahwa semua tingkah laris yang muncul dari individu merupakan hasil proses persepsi bebas yang dibangun dan diarahkan oleh individu sesuai dengan dirinya. Makara diri sekalipun tidak secara eksklusif mensugesti tingkah laris juga berfungsi sebagai proses objek dari perilaku serta perasaan-perasaan, sekaligus juga fungsi sebagai proses yang mengarahkan dan membangun tingkah laku.

Dimensi-dimensi Dalam Konsep Diri Dari Fitts

Fitts (1965) membagi konsep diri kedalam 2 dimensi pokok, yaitu sebagai berikut :

A. Dimensi Internal, terdiri dari:

1. Diri sebagai objek (identity self)
Bagian dimensi internal dari diri yang merupakan identitas diri yaitu aspek konsep diri yang paling mendasar. Konsep ini mempertanyakan “siapakah saya?”. Dalam konsep ini tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri oleh individu untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.

Elemen identitas diri akan terus meluas sejalan dengan semakin berkembangnya kemampuan-kemampuan individu, aktivitas, keanggotaan dalam kelompok serta sumber-sumber identifikasi. Semua alemen-alemen identitas diri lebih lanjut akan mensugesti cara individu mempersepsikan dunia fenomenologisnya, serta observasi dan penilaian terhadap dirinya sendiri sebagaimana ia berfungsi.

Pada kenyataannya diri identitas berkaitan erat dengan diri sebagai pelaku. Identitas diri sangat mensugesti tingkah laris individu, sebaliknya identitas diri juga dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku sebagai contoh, seseorang tidak sanggup menyebut dirinya sebagai seorang wartawan jikalau ia tidak pernah sanggup melaksanakan interview dan menulis hasil liputannya, sebaliknya bagaimana seseorang itu menjalankan fungsinya sebagai wartawan akan mensugesti persepsi dirinya sebagai wartawan. Dengan kata lain, untuk menjadi sesuatu seringkali individu harus melaksanakan sesuatu, dan dengan melaksanakan sesuatu itu maka individu seringkali juga harus menjadi sesuatu.

2. Diri Sebagai Pelaku (behavior self)
Bagian ini berisi segala sesuatu kesadaran mengenai “Apa yang dilakukan oleh diri”. Bagian ini sangat erat kaitannya dengan diri sebagai identitas. Diri yang adekuat akan memperlihatkan adanya keserasian antara diri identitas dengan pelakunya, sehingga ia sanggup mengenali dan mendapatkan dengan baik diri sebagai identitas maupun diri pelaku.

3. Diri Sebagai Penilai (judging self)
Kedudukan diri sebagai penilai yaitu menjadi perantara atau perantara antara diri identitas dan diri pelaku. Diri sebagai penilai berfungsi sebagai pengobservasi, penentu standar serta pengevaluasi.

Manusia cenderung memperlihatkan suatu penilaian terhadap sesuatu yang dipersepsinya. Oleh sebab itu label-label yang dikenakan pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi dibalik itu juga sarat dengan nilai-nilai. Penilaian inilah yang pada kesudahannya lebih memperlihatkan tugas dalam memilih tingkah laris yang ditampilkan. Dengan demikian jelaslah bahwa diri penilai memilih kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh ia sanggup mendapatkan dirnya. Kepuasan diri yang rendah akan menjadikan harga diri yang miskin dan membuatkan ketidakpercayaan yang fundamental kepada diri, sehingga menjadi senantiasa penuh kewaspadaan. Sebaliknya individu yang mempunyai kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu tersebut untuk melaksanakan dirinya dan lebih memusatkan energi serta perhatiannya keluar diri sampai sanggup berfungsi secara lebih konstruktif. Kecenderungan penilaian diri ini tidak saja merupakan komponen utama dari persepsi diri, melainkan juga merupakan komponen utama pembentuk harga diri.

Penghargaan intinya didapat dari dua sumber utama, yaitu : dari diri sendiri (internal) dan dari orang lain (eksternal). Penghargaan ini diperoleh jikalau seseorang berhasil mencapai tujuan-tujuan, nilai-nilai tertentu. Umumnya nilai-nilai, dan tujuan-tujuan pada awalnya dimasukkan oleh orang lain. Penghargaan hanya didapat melalui pemenuhan tuntutan dan cita-cita orang lain. Namun pada ketika diri sebagai pelaku telah bekerjasama dengan tingkah laris aktualisasi diri, maka penghargaan juga sanggup berasal dari dirinya sendiri. Oleh sebab itu, sekalipun harga diri merupakan hal yang fundamental untuk aktualisasi diri, aktualisasi diri juga penting untuk menumbuhkan harga diri

B. Dimensi Eksternal Dari Diri

Dimensi eksternal dari diri merupakan hal yang sangat luas, namun secara umum Fitts (1991) mengemukakan dimensi eksternal ini sebagai berikut:

1. Diri fisik ; bagaimana seseorang memandang penampilan fisiknya.
Misalnya penampilan badan atau kondisi kesehatan tubuh

2. Diri moral-etik; bagaimana seseorang memperlihatkan penilaian diri sebagai
Individu yang bekerjasama dengan nilai-nilai dan adab moral.

3. Diri personal; bagaimana seseorang menilai perihal pribadinya

4. Diri kelurga; bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya sendiri dengan mengacu pada orang-orang yang erat dengannya

5. Diri sosial; bagaimana seseorang mempersepsi dirinya sendiri didalam interaksi sosial dengan orang lain.

Sekian artikel Universitas Piskologi tentang Teori Konsep Diri dan Dimensi-dimensi Konsep Diri Menurut Fitts. Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Teori Konsep Diri Dan Dimensi-Dimensi Konsep Diri Berdasarkan Fitts"

Post a Comment