Eksperimen Faktorial - Keunggulan, Kelebihan, Dan Desain Faktorial

Eksperimen Faktorial - Keunggulan, Kelebihan, dan Desain Faktorial - Dalam penelitian eksperimen selalu ada perlakuan yang sengaja diberikan kepada subjek yang diteliti. Pertanyaan yang sanggup diajukan disini yakni dapatkah peneliti melaksanakan eksperimen dengan memperlihatkan beberapa perlakukan secara simultan kepada setiap kelompok atau unit eksperimen?

Suatu ekperimen intinya tidak hanya sanggup memperlihatkan suatu perlakuan pada subjek, tetapi sanggup pula dengan lebih dari satu perlakuan yang disajikan secara simultan. Jika perlakuan eksperimen lebih dari satu macam berarti perlakuan tersebut perlakuan kombinasi. Misalnya; jenis psikoterapi dan durasi perlakuan, jenis pelatihan, jenis kelamin, dan sebagainya. Eksperimen ini yang disebut eksperimen faktorial.

Eksperimen factorial merupakan eksperimen yang memakai lebih dari satu perlakuan atau lebih dari satu variable bebas.

Eksperimen factorial minimal memakai 2 faktor. Istilah factorial bahwasanya bekerjasama dengan cara factorial itu dibentuk. Karena itu, sejumlah hebat menyampaikan bahwa factorial yakni jenis ekspemen bukan desai eksperimen.

Sejumlah hebat yang lain menyampaikan bahwa factorial merupakan desain yang khusus, dan banyak literature psikologi yang menyebut eksperimen yang memakai sejumlah faktor dengan nama desain factorial.

Sementara itu Nazir dalam Marliani (2013) menegaskan bahwa tidak ada eksperimen desain factorial yang ada ekaperimen factorial dengan majemuk desain. Marliani (2013) tidak ingin berlarut dengan pro kontra istilah, merujuk pada esensi yang sama yaitu salah satu unsure dalam penelitian eksperimental.
 Dalam penelitian eksperimen selalu ada perlakuan yang sengaja diberikan kepada subjek yan Eksperimen Faktorial - Keunggulan, Kelebihan, dan Desain Faktorial
image source: www(dot)exponent(dot)com
Baca juga: Teori-teori dalam Motivasi Kerja

Faktor dan Level

Faktor yakni setiap variable yang bebas lantaran variable itu menjadi faktor atau penyebab terjadinya perubahan pada variable terikat.

Contoh untuk menggambarkan faktor dalam eksperimen yaitu Goldfried dkk dalam Marliani (2013) ia meneliti perbandingan terapi yang terfokus pada Cognitive behavior therapy (CBT) dan interpersonal psikodinamik kepada pasien yang mengalami depresi. Dalam eksperimennya Ia memperlihatkan CBT kepada 30 orang dan terapi interpersonal dinamik pada 27 orang. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi 2 secara seimbang, dan setiap bagiannya diberikan lagi perlakuan secara berbeda.

Bagian pertama dari 2 kelompok diberi terapi selama 8 sesi, sedangkan penggalan kedua diberi terapi 16 sesi. Setelah dihitung hasilnya, pada eksperimen yang Ia lakukan terdapat 2 faktor yaitu faktor CBT dan faktor interpersonal psikodinamik. Eksperimen ini memperlihatkan perlakuan kombinasi lantaran setiap kelompok perlakuan diberi terapi secara berbeda yaitu 8 sesi dan 16 sesi.

Walker dalam Marliani (2013) beropini bahwa setiap levlnya, eksperimen factorial mempunyai level-level. Dikatakan sebagai eksperimen factorial kalau pada perlakuan ada tingkatan (level) perlakuan.

Oleh lantaran itu, eksperimen yang memakai 2 perlakuan belum memadai untuk dikatakan sebagai eksperimen faktorial.

Pada eksperimen yang dilakukan Golfried selain terdapat 2 faktor yaitu CBT dan interpersonal psikodinamik terapi, juga terdapat level pada setiap faktor yaitu pinjaman 8 sesi terapi dan 16 sesi terapi. Jadi, eksperimen tersebut mempunyai 2 faktor dan setiap faktor menpunyai 2 level.

Pada pola perkara penelitian diatas contohnya sanggup dilambangkan dengan 2 X 2, artinya eksperimen tersebut terdiri atas 2 faktor yang masing masing faktor terdiri atas 2 level. Dengan demikian, pada eksperimen 2 X 2 terdapat empat perlakuan yaitu:
  • terapi cognitive-behavioral (8 sesi) 
  • terapi interpersonal psikodinamik (8 sesi) 
  • terapi cognitive behavioral (16 sesi) 
  • terapi interpersonal psikodinamik (16 sesi)

Suatu eksperimen dilambangkan dengan 3X 2 yakni eksperimen factorial yang terdiri atas 3 faktor yang masing-masing terdapat 2 level. Ini berarti eksperimen factorial itu dilakukan dengan 6 perlakuan (variable bebas), yang terdiri atas faktor X1, X2, dan X3 yang masing-masing X terdapat 2 level perlakuan.

Variasi kombinasi faktor dan level pada eksperimen sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya perlakuan yang diberikan peneliti, termasuk cara peneliti menyebarkan level-level pada setiap faktornya.

Desain eksperimen factorial bisa dilambangkan dengan 3X3X4, artinya ada 3 faktor (misalnya, 3 jenis terapi), masing-asing faktor terdiri atas 3 level (misal dibagi dalam 3 kelompok usia), dan setiap level ada 4 perlakuan yang berbeda (4 macam sesi). Jumlah keseluruhan perlakuan yakni faktor dikali level dikali perlakuan. Contoh diatas jumlah perlakuan untuk factorial 3x3x4 yakni 24 perlakuan.

Peneliti mempunyai kebebasab untuk merancang berapa perlakuan yang hendak diberikan dalam suatu eksperimen. Jumlah perlakuan ini bergantung pada kombinasi perlakuan yang dirancang oleh peneliti. Desai factorial sederhana yakni 2x2, dan peneliti bisa menciptakan desai lebih variatif. Menurut Walker dalam Marliani (2013), dalam penelitian psikologi jarang memakai lebih dari 3 level.

Keunggulan Eksperimen Faktorial

Dengan eksperimen sanggup diketahui imbas interaksi antarfaktor, selain imbas masing-masing faktor pada variable yang diamati.

Jika eksperimen dilakukan secara terpisah, misalnya, suatu waktu dilakukan eksperimen cognitive behavioral dengan 2 perlakuan (8 sesi dan 16 sesi), kemudian dilakukan komparasi keduanya, peneliti hanya sanggup menganalisis perbandingan efektivitas dua perlakuan pada CBT dan efektifitas dua perlakuan pada interpersonal psikodinamik terapi dengan waktu yang relative panjang.

Pada eksperimen tersebut tidak tampak adanya imbas interaksi antara metode terapi dan jumlah sesi yang gres sanggup dihitung dengan memakai eksperimenfaktorial. Dengan demikian, dalam eksperimen factorial ini ingin dipelajari imbas beberapa variable bebas pada variable terkait secara sendri-sendiri ataupun interaktif.

Secara filosofis, eksperimen factorial ini muncul dalam dunia penelitian eksperimental yang dilatarbelakangi pandangan bahwa tanda-tanda psikologis yang komplek tidak hanya bekerjasama dengan satu variable, tetapi juga bekerjasama dengan sejumlah variable yang berinteraksi secara simultan.

Seorang peneliti mustahil membatasi eksperimen hanya satu variable lantaran hal ini sma dengan menyederhanakan tanda-tanda psikologis yang bahwasanya menjadikan imbas berbeda dan kompleks. Memang masuk akal kalau suatu variable tersebut berinteraksi dengan variable bebas lain.

Sebagai contoh, adanya hubungan kombinatif beberapa variable terhadap variable terikat, contohnya efektivitas metode diskusi dalam pembelajaran bergantung pada sejumlah variable, diantaranya profesionalitas guru, kesiapan mencar ilmu siswa, minat siswa mengikuti diskusi.

Efektivitas terapi bergantung pada sejumlah variable antara lain, kecerdasan klien, keterampilan konselor, iklim terapi, dan faktor kepribadian klien (Hedley dan Strupp dalam Marliani, 2013)

Misalnya: eksperimen factorial sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menciptakan pertimbangan tertentu berkenaan denga relevansi penggunaan majemuk terapi. Terapi behavioral lebih efektif bagi klien bawah umur daripada klien orang dewasa, sedangkan jenis terapi psikoanalisa lebih sesuai untuk subjek yang dewasa.

Apabila penelitian eksperimen, sebagaimana pola di atas, memakai desain satu variable, eksperimen tersebut tidak sanggup memakai imbas interaktif antara metode terapi dengan kecerdasan ini. Informasi yang diberikan oleh sebuah eksperimen sanggup ditingkatkan secara kasatmata dengan cara menegaskan simultan untuk menyidik e masing-masing terhadap variable terikat, di samping imbas yang disebabkan oleh interaksi antara beberapavariabel itu.

Dalam eksperimen factorial, prinsip randomisasi, pengulangan (replikasi), dan blocking juga harus diterapkan. Dengan demikian kemungkinan terjadi kesalahan sanggup diukur.

Jenis Eksperimen Faktorial

Ada 2 jenis eksperimen factorial yaitu; salah satu variable bebas dimanipulasi, dan semua variable bebas dimanipulasi.

A. Salah Satu Variable Bebas Dimanipulasi

Seorang peneliti boleh tertarik pada imbas dari satu variable bebas, tetapi harus mempertimbangkan variable-vaiabel lain yang mungkin sanggup mempengaruhi variable terikat.

Variable tersebut yakni variable atribut ibarat jenis kelamin, kecerdasan, ras, status sosial, ekonomi, hasil belajar, dsb.
Selain diteliti imbas variable atribut tersebut juga sanggup dikendalikan dengan cara memasukkan variable atribut dalam eksperimen factorial. Pada setiap tingkatan variable terikat atribut, peneliti menilai imbas variable bebas.

Tingkat variable atribut akan terbentuk secara alami. Helenggeler dkk dalam Marliani (2013), melaksanakan penelitian perihal pengguaan multisystemic therapy dengan menyertakan keluarganya untuk mengatasi bawah umur yang suka melaksanakan tindak kekerasan kronis. Dalam eksperimennya, Henggeler membandingkan penggunaan Multisystemic Theraphy dengan terapi biasa sebagai kontrol. Dalam terapi ini, satu kelompok anak dan keluarganya diberi perlakuan “model baru”, sedangkan kelompok lainnya sebagai kelompok kontrol.

Ia memasukkan variable asal daerah tinggal sampel, yaitu berasal dari desa atau kota. Artinya, dalam eksperimen ini juga disertakan variable atribut ke dalam eksperimen factorial. Fungsinya bukan hanya meningkatkan ketepatan eksperimen melainkan juga meningkatkan kemampuan generalisasi hasil eksperimen tersebut. Peneliti telah menetapkan perlakuan itu mempunyai imbas yang sebanding pada semua tingkat ataukah tidak, yang pada akibatnya akan meningkatkan wilayah generalisasi hasil-hasil eksperimen.

B. Semua Variable Bebas Dimanipulasi

Ketika eksperimenter tertarik pada 2 variabel bebas dan ia ingin menilai pengaruhnya terhadap variable terikat, baik secara terpisah maupun bersama-sama, kedua variable bebas dimanipulasi secara eksperimental.

Eksperimen factorial yang paling sederhana yakni perlakuan 2x2. Biasanya pada eksperimen factorial sederhana, variable bebas yang dimanipulasi (faktor) merupakan variable eksperimen, sedangkan variable bebas (level) yang kedua merupakan variable atribut. Pengaruh perlakuan eksperimental terhadap variable terikat dinilai pada setiap level variable.

Eksperimen factorial bisa dikembangkan menjadi eksperimen yang lebih kompleks, yaitu eksperimen yang mempunyai beberapa variable bebas.

Eksperimen komplek terdiri atas beberapa faktor dn beberapa level. Misalnya, eksperimen factorial 2x3x4 memperlihatkan bahwa jumlah variable bebas pada eksperimrn tersebut 2 faktor, 3 level, dan 4 perlakuan tiap level.

Eksperimen semacam ini contohnya memakai 2 metode terapi, 3 tingkatan usia, dan empat kelompok latar belakang keluarga.

Akan tetapi apabila terlalu banyak faktor dan level yang dikombinasi tentu analisa statistiknya menjadi sulit dianalisa.

Kelebihan Eksperimen Faktorial

Kelebihan eksperimen factorial antara lain:
  • Lebih efisien lantaran sanggup dilakkan hanya satu kali eksperimen. 
  • Memberi ruang kepada peneliti untuk menyidik banyak sekali bentuk interaksi dalam penelitian perilaku 
  • Pengujian hipotesis menjadi lebih kuat 
  • Pengendalian variable lebih baik lantaran dilakukan dengan beberapa perlakuan sekaligus. 
  • Hasil eksperimen sanggup digenealisasikan terhadap beberapa variable bebas. Hal ini memperlihatkan bahwa hasil eksperimen lebih valid pada beberapa situasi dan subjek penelitian. 

Pertanyaannya yakni bagaimana mendesain penelitian eksperimental dengan melibatkan labih dari satu variable bebas? Sebagai contoh: seorang peneliti ingin mengetahui ada-tidaknya perbedaan imbas bentuk iklan terhadap ingatan produk yang diiklankan pada anak pria dan perempuan.

Jika problem tersebut ingin diteliti dengan desain 2 kelompok peneliti perlu melaksanakan 2 penelitian eksperimental. Pertama, membandingkan 2 kelompok anak pria . satu kelompok diberi iklan berbentuk humor dan satu kelompok lain diberi iklan berbentuk netral. Kedua, membandingka 2 kelompok anak wanita ibarat halnya kelompok laki-laki.

Akan tetapi, penelitian dilakukan dengan desain anavar, diharapkan penelitian eksperimental dengan 4 kelompok, yaitu 1) kelompok anak pria yang diberi iklan humor 2) kelompok anak pria yang diberi iklan netral 3) kelompok anak wanita yang diberi iklan humor 4) kelompok anak wanita yang diberi iklan netral. Kemudian dilakukan analisis statistic memakai uji-F anavar satu jalur.

Desain yang sempurna untuk menjawab problem di atas yakni desain factorial. Hal ini lantaran sebagaimana telah dijelaskan, desain eksperimen factorial yakni desain penelitian yang melibatkan lebih dari satu variable bebas.

Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan desain khusus dari penelitian eksperimental (Christensen dalam Seniati dkk, 2011). Desain factorial bukan hanya sebuah desain, melainkan merupakan sekelompok desain (Robinson dalam Seniati dkk., 2011). Meskipun berbeda pendapat, keduanya sependapat bahwa desain factorial dipakai untuk penelitian eksperimental yang melibatkan lebih dari sebuah variable bebas.

Desain factorial menyangkut 2 hal: pertama, variable bebas yang terlibat. Desain factorial dua-faktor (two factor factorial design) dipakai untuk penelitian yang mempunyai 2 variabel bebas. Desain penelitian tiga-faktor dipakai pada penelitian dengan tiga variable bebas, dan seterusnya.

Kedua, menyangkut jumlah level, tingkat, atau variasi dari masing-masing variable bebas yang terlibat. Penamaan ini selain memperlihatkan jumlah variable yang terlibat, juga memperlihatkan jumlah variasi VB1 sejumlah A dan variasi VB2 sejumlah B.
  • Jumlah variable Bebas terlibat
  • Jumlah Variasi variable bebas 
  • Desain Faktorial 2 faktor 
  • Desain factorial A x B 
  • Desain factorial 3 faktor 
  • Desain factorial A X B X C 
  • Desain factorial 4 faktor 
  • Desain factorial A x B X C X D 

Contoh:

 Dalam penelitian eksperimen selalu ada perlakuan yang sengaja diberikan kepada subjek yan Eksperimen Faktorial - Keunggulan, Kelebihan, dan Desain Faktorial

Tabel diatas merupakan pola penelitian factorial 2 faktor lantaran mempunyai duia VB atau disebut juga penelitian factorial desain 3 X 2 lantaran warna ruangan VB1 mempunyai 3 variasi dan iklan VB2 mempunyai 2 variasi. Dengan demikian penelitian tersebut membutuhkan enam kelompok.

Penggunaan

Desain factorial merupakan satu-satunya desain yang memakai teknik kontrol variable sekunder dengan menjadikannya sebagai variable bebas kedua. Desain factorial sanggup dipakai apabila ada sebuah atau beberapa variable sekunder yang dikontrol dengan memasukkan dalam penelitian dan dijadikan variable bebas.

Misalnya: seorang guru ingin meneliti imbas perbedaan metode pengajaran ceramah dan diskusi terhadap prestasi mencar ilmu siswa pad mata pelajaran Kewarganegaraan. Kedua metode ceramah dan diskusi dilaksanakan di ruang yang berbeda. Metode ceramak di ruangan ber AC dan metode diskusi tidak di ruang ber AC. Ketika muncul variable suhu udara sebagai variable sekunder yang akan kuat terhadap prestasi belajar. Karena variable suhu tidak sanggup dikonstansi lebih baik suhu dijadikan variabelbebas kedua sehingga kesimpulan penelitian lebih cepat dn akurat.

Dalam klarifikasi mengenai penelitian eksperimental telah diungkapkan bahwa penelitian eksperimental dilakukan apabila VB penelitian sanggup dimanipulasi. Karena itu, penelitian eksperiemen terbatas penggunaanya, lantaran tidak semua variable sanggup dimanipulasi. Pada desain factorial tidak semua VB terlibat harus dimanipulasi.

1. Masalah yang sanggup dijawab dalam desain eksperimen factorial meliputi:
Pertama, imbas utama (main effect) dari masing-masing variable bebas terhadap variable terikat
Kedua, imbas interaksi (interaction effect0 antar variable bebas yang terlibat terhadap variable terikat.

2. Pertanyaan yang muncul:
Apakah VB1 sanggup mempengaruhi VT ?
Apakah VB 2 sanggup mempenggaruhi VT?
Apakah interaksi antara VB1 dan VB2 sanggup mempengaruhi VT?

Adapun jenis desain factorial:

1. Randomized Factorial Desain
Menggunakan lebih dari Variabel bebas yang terlibat, memakai teknik kontrol randomisasi.

2. Randomized Blocked Factorial design
Desain ini lebih bnayak memakai teknik kontrol dibandingkandengan teknik sebelumnya. Desain ini memggunakan teknik kontrol konstansi terhadap variaber sekunder dengan blocking.

3. Statistical Control with factorial desain
Penggunaan kontrol statistic untuk VB mempunyai kelebihan yaitu kontrol sanggup dilakukan apabila pelaksanaan penelitian sudah selesai yaitu dengan mengontro hasi statistic.

Sekian artikel tentang Eksperimen Faktorial - Keunggulan, Kelebihan, dan Desain Faktorial. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

  • Marliani, Roslenty. Psikologi Eksperimen. Bandung: Pustaka Setia 
  • Seniati, Liche; Yulianto, Aries; dan Setiadi, B.N. 2011. Psikologi Eksperimen. Jakarta : PT Indeks.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Eksperimen Faktorial - Keunggulan, Kelebihan, Dan Desain Faktorial"

Post a Comment