Hal Yang Harus Di Perhatikan Dalam Melaksanakan Sebuah Penelitian

Hal yang Harus di Perhatikan Dalam Melakukan Sebuah Penelitian - Artikel psikologi ini akan membahas wacana moral dalam penelitian, penggunaan placebo dalam eksperimen penelitian, dan tata prilaku serta hal penting lainnya yang mesti diperhatikan dalam melaksanakan sebuah penelitian.

Aspek Etika Penelitian

Aspek etik perlu diperhatikan dalam penelitian khususnya eksperimen pada manusia. Oleh lantaran itu, tidak semua cara sanggup dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dan memanfaatkan hasil-hasil penelitiannya.

Hal ini berkaitan dengan acara dan hasil penelitiannya yang mempunyai hak-hak yang harus dilindungi peneliti.

Banyak aspek kemanusiaan yang harus diperhatikan dalam acara eksperimen. Isu-isu penting yang terkait dengan acara eksperimen diantaranya yakni risiko, privasi, dan izin persetujuan subjek.

Dalam banyak kasus, isu-isu tersebut kurang memperoleh kawasan lantaran kesadaran peneliti ataupun yang diteliti belum begitu tinggi, sehingga peneliti ataupun orang yang diteliti tidak peduli dengan semua proses eksperimen.

Idealnya peneliti yang melaksanakan eksperimen berpegang pada prinsip etik yang dijunjung tinggi olrh ilmu pengetahuan dan masyarakat, sehingga hal-hal yang diteliti tidak membawa kerugian pada pihak yang terlibat dalam penelitian maupun pihak yang memanfaatkan hasil penelitian. Kendalanya.

Prinsip-prinsip eksperimen ini belum tersosialisasi sebagai mana mestinya.
Hal yang Harus di Perhatikan Dalam Melakukan Sebuah Penelitian Hal yang Harus di Perhatikan Dalam Melakukan Sebuah Penelitian
image source: www(dot)theemotionmachine(dot)com
Baca juga: Pengertian Eksperimen Faktorial
Etika bukanlah pengertian kaku, sehingga mustahil dibentuk suatu garis tegas wacana tindakan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Hal ini juga berlaku dalam proses penelitian eksperimen.

Etika akan menuntun peneliti dalam menjalankan kiprah dan kewajibannya, baik sebagai ilmuwan yang bertanggung jawab terhadap perkembangan ilmu ataupun sebagai pribadi yang bertanggung jawab terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Eksperimen pada insan di semua bidang, termasuk bidang kedokteran, psikologi, dan pendidikan, menuntut kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi dari peneliti sendiri.

Secara tertulis bersama-sama telah banyak ditemukan teks-teks wacana moral penelitian pada manusia, ini akan mempunyai kegunaan bila peneliti sanggup melaksanakan acara eksperimennya atas dasar prinsip kesadaran dan tanggung jawab.

Dalam sejumlah eksperimen banyak dijumpai secara-cara eksperimen yang menimbulkan polemic dari segi etika. Meskipun secara keilmuan kemungkinan sangat berguna, tetapi bila suatu eksperimen itu Nampak cukup berbahaya dan dipandang kurang menghargai hak-hak pribadi, maka eksperimen tersebut perlu dipertimbangkan.

Contoh masalah polemik:

Salah satu eksperimen pernah menimbulkan konflik yang dilakukan Milgram pada tahun 1974, yaitu penelitian wacana penolakan pada otoritas. Secara singkat penelitian Milgran digambarkan oleh Coolican (1994)

Ada 2 pihak yang diambil untuk berpartisipasi dalam eksperimen. Seorang volunteer memperkenalkan kepada “partisipan” yang sesungguhnya bahwa ia juga penerima eksperimen. Volunteer menjadi seorang guru yang diberi kiprah untuk mengatur alat “kejutan elektronik” dengan meningkatkan tegangan sebesar 15 Volt, setiap kesalahan yang dilakukan partisipan. 375 volt dinyatakan sebagai “bahaya kejutan barat”.

Sebuah tape recorder dipakai untuk merekam jeritan dan penolakan guru-partisipan yang mengalami rasa sakit dan harapannya untuk menghentikan proses eksperimen dari awal hingga akhir.

Guru dan partisipan ditekan terus menerus untuk melanjutkan eksperimen dengan ungkapan: “eksperimen mengharuskan kau untuk terus” atau “kamu tidak mempunyai pilihan tetapi jalan terus”.

Terhadap kejutan Milgran, 65% partisipan memberikan keterkejutannya (shock) pada simpulan skala (450 volt) meskipun lebih dhulu partisipan dilarang merespon pada 315 volt.

Milgran telah dinasihati oleh kolega-koleganya menurut pengalaman-pengalaman sebelumnya , yang diprediksi bahwa tidak lebih dari 0,1% partisipan akan mengikuti hingga akhir.

Guru dan partisipan sering memperlihatkan rasa cemas yang amat sangat, seorang bahkan a menderita serangan secara tiba-tiba (seizure).

Observer mencatat: partisipan pada mulanya memperlihatkan sebagai orang yang hening dikala pada masuk ke laboratorium, dengan senyum dan percaya diri. Dalam waktu 20 menit, mereka mulai mereduksi perasaanya, Nampak gugup, dan secepatnya mendekati angka “nervus collapse”. Partisipan ini secara konstan memperlihatkan ketegangan dengan menggenggam tangannya dan menyampaikan “oh tuhan, hentikan ini…”.

Persoalan yang timbul dengan eksperimen Milgram ini,
  • Bolehkah eksperimen yang penuh kecemasan, ketakutan, dan kejutan-kejutan listrik dilakukan pada manusia? 
  • Dimana letak penghargaan peneliti pada hak-hak subjek atas informasi dan kesediaan partisipan untuk melanjutkan keterlibatannya dalam eksperimen? 
  • Adakah jaminan dari peneliti atas keselamatan, ketidakrugian partisipan?

Aspek Perlakuan

Dalam eksperimen kelompok yang konvensional, banyak dilakukan perbandingan antara beberapa kelompok, salah satu kelompoknya tidak memperoleh perlakukan. Aspek etik ini muncul dalam penelitian eksperimen lantaran peneliti secara sengaja membagi subjek dalam kelompok yang memperoleh perlakuan secara berbeda. Perbedaan ini sebagaimana telah diuraikan menyangkut tindakan yang sanggup dikategorikan sebagai berikut:
  • Memberikan perlakuan pada subjek dengan keinginan akan terjadi perubahan (perbaikan atau penyembuhan) kondisi pada satu kelompok, sementara membiarkan kelompok lain 
  • Menekan berlangsungnya faktor yang merugikan individu pada suatu kelompok, sementara membiarkan faktor yang sama tetap kuat secara negative pada kelompok lain 
  • Mencoba suatu perlakuan yang belum diketahui secara niscaya efeknya pada manusia 

Persoalan etik yang perlu diperhatikan bahwa peneliti bersama-sama dituntut untuk memberi perlakuan yang sama terhadap subjek-subjek yang bermasalah. Ia tidak dibenarkan membiarkan orang bermasalah mengalami gangguanatau membiarkan kondisi kuat negative kepada suatu kelompok.

Tanggung jawabnya yakni memperlihatkan dukungan kepada semuapihak yang terlibat. Memberikan satu kelompok dalam keadaan yang merugikan lantaran tidak memperoleh perlakuan yakni kurang etis.

Jika suatu eksperimen harus membandingkan kelompok perlakuan dengan kelompok tanpa perlakuan, sebaiknya subjek-subjek yang tidak memperoleh perlakuan selama studi diberi perlakuan sehabis berakhirnya periode eksperimen.

Terbatas dari Resiko

Eksperimen kepada insan adakalanya berakibat risiko tertentu bagi subjek yang dieksperimen. Partisipan harus dilindungi, baik dari ancaman secara fisik maupun psikologi yang bekerjasama denga keterlibatan mereka pada eskperimen .

Hal ini merupakan tanggungjawab peneliti untuk menjamin bahwa subjek terlindungi dari bahaya.

Peneliti harus menjamin bahwa subjek yang terlibat diberi informasi sebelum brpartisipasi mengenai risiko dari ancaman tanggapan partisipasinya.

Subjek dilindungi bukan hanya dari risiko ancaman fisik, melainkan dari kemungkinan risiko ancaman apapun baik secara fisik, psikologis, atau sosial dari partisipasinya dalam penelitian.

Oleh lantaran itu, bergantung pada peneliti wacana hal-hal semestinya dilakunan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan kepada subjek. Karena disadari bahwa suatu eksperimen berbeda dengan penelitian lain dalam hal pertimbangan keselamatan dan tidak ada kerugian subjek, evaluasi etik akan lebih proporsional apabila dilakukan tinjauan masalah per kasus.

Beberapa pertanyaan berikut sanggup membantu peneliti untuk menilai penelitian yang akan dilakukan sanggup dipertanggungjawabkan secara etik atau secara simpel bagaimana keselamatan dan tidak ada kerugian subjek sanggup dijamin oleh peneliti.
  • Kemungkinan resiko apa yang akan terjadi apabila perlakuan dikenakan pada individu dan resiko apa yang akan terjadi bila perlakuan yang dikenakan tersebut gagal.? 
  • Sejauhmana pengalaman eksperimen sebelumnya atau eksplorasi praklinis (pada hewan) benar-benar telah dilakukan, dan bagaimana hasil eksplorasi tersebut dalam hal kekuatan paengaruh (khasiat) ataupun kemananannya? 
  • Seberapa jauh individu perlu diberi tahu wacana perlakuan yangdiberikan kepadanya dan akibat-akibatnya yang sanggup terjadi? 

Izin Eksperimen

Setiap orang mempunyai hak untuk mengikuti agenda penelitian. Hak untuk menyatakan persetujuan harus diberikan kepada setiap calon penelitian atau wakilnya yang sah (biasanya orangtua atau walinya), sehingga ada kebebasan menentukan untuk bersedia atau tidak menjadi subjek penelitian, tanpa bujukan, tanpa paksaan, penipuan, ataupun bentuk ketidakbebasan dan kekerasan lain.

Unsur-unsur yang diharapkan bagi persetujuan semacam itu meliputi:
  • Keterangan yang jujur mengenai mekanisme yang akan ditempuh beserta tujuannya, dan setiap penyebutan mekanisme yang bersifat eksperimental 
  • Gambaran mengenai keadaan tidak menyenangkan dan risiko yang layak diperkirakan akan terjadi 
  • Gambaran mengenai manfaat yang layak diharapkan terjadi 
  • Pengungkapan mekanisme lain yang sempurna dan mungkin lebih menguntungkan subjek 
  • Tawaran kepada subjek untuk mengajukan pertanyaan mengenai mekanisme yang sudah dijelaskan. 
  • Pemberitahuan bahwa subjek bebas untuk menarik kembali persetujuannya serta menghentikan partisipasinya dalam proyek penelitian setiap dikala tanpa ada prasangka terhadapnya. 

Memaksa orang lain untuk ikut serta sebagai subjek penelitian yakni melanggar etika. Peneliti harus berusaha supaya tidak menciptakan rencana penelitian yang akan melanggar kebebasan menentukan bagi seseorang, termasuk staff dibawahnya, lantaran mereka juga mempunyai kebebasan untuk terlibat atau tidak dalam penelitian.

Hak-hak Privasi

Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian, termasuk dalam eksperimen, mempunyai hak-hak tertentu dan peneliti mempunyai tanggung jawab dan kewajiban terhadap mereka.

Subjek penelitian mempunyai hak atas privasinya, kerhasiaan, informasi wacana hal-hal yang terkait dengan penelitian, yang merugikan atau membahayakan secara fidik atau psikologis lantaran partisipasi mereka.

Subjek juga mempunyai hak menarik diri sebagai partisipan dari eksperimen setiap dikala bila mereka mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan, baik secara fisik maupun psikologis atas partisipasinya dengan alasan apapun.

Subjek membutuhkan kerahasiaan pada banyak sekali bentuk informasi mengenai dirinya. Untuk itu hendaknya memastikan bahwa hal-hal yang bersifat pribadi dari subjek tidak akan dicampuri atau dilanggar. à contohnya dengan memakai jawaban tanpa nama, dan peneliti tidak menyebutkan identitas lengkap subjek dalam laporan penelitian.

Dalam hal subjek penelitian menuntut peneliti mengetahui identitas subjek, ia harus mendapat persetujuan subjek yang bersangkutan, serta mengambil langkah-langkah pengamanan yang perlu untuk melindungi kerahasiaan jawaban tersebut.

Masalahnya yakni bagaimana dengan penelitian yang dilakukan dengan observasi, biasanya subjek yang diamati tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diselidiki. Hal ini lantaran dalam penelitian demikian, peneliti tidak meminta izin terlebih dahulu kepada subjek yang diteliti bahwa dirinya sedang dalam pengamatan dan diteliti. Sekalipun demikian bila nama subjek akan disebutkan dalam lapotan harus seizin subjek penelitian.

Pemberian Informasi

Untuk menjamin bahwa partisipan diberi informasi secara memadai mengenai aspek-aspek penting dari eksperimen, sebelum berpartisipasi kedua belah pihak sanggup menandatangani lembar kontrak atau persetujuan yang memuat informasi nama, anggota penelitian, daftar lengkap aspek potensial yang menimbulkan resiko pada subjek, dan deskripsi wacana tanggung jawab peneliti.

Jika eksperimen tersebut menyangkut topinc-topik yang sensitive menyerupai agresifitas, kejujuran, altruism, dan imbas suatu obat, hal-hal demikian mustahil diberikan informasi sepenuhnya kepada subjek mengenai hal-hal yang bekerjasama dengan eksperimen lantaran sanggup menghipnotis hasil.

Misalnya, peneliti tertarik untuk meneliti kemauan seseorang untuk berbohong. Bagaimana peneliti menjamin bahwa subjek akan mendapat informasi yang cukup wacana tujuan penelitian dan resiko tanpa menghipnotis hasil penelitian? Jika demikian penelitian sanggup melaksanakan debriefing, yaitu memperlihatkan informasi sehabis eksperimen selesai.

Jadi, dalam keadaan biasa, peneliti harus memberi tahu subjek wacana tujuan peneliti harus memberi tahu subjek wacana tujuan penelitian. Dalam kasus-kasus tertentu apabila pengetahuan subjek mengenai tujuan penelitian sanggup menghipnotis hasil penelitian, peneliti diperkenankan menunda pemberitahuan itu hingga data selesai dikumpulkan. Dalam masalah ini subjek diberi tahu bahwa mereka akan diberi klarifikasi sehabis selesai penelitian.

Tanggung Jawab Peneliti

Tanggung jawab peneliti yang utama:
  • Perlindungan terhadap subjek dari kerugian legalisasi terhadap hak mereka mengethui sifat dan tujuan penelitian, serta hak mereka untuk menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan berpartisipasi 
  • Pengakuan terhadap hak merek untuk mengetahui sifat dan tujuan penelitian, serta hak mereka untuk menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan partisipan 
  • Penghormatan terhadap hal-hal yang bersifat pribadi. 

Peneliti juga mempunyai tanggung jawab kepada para pemakai hasil penelitian. Kebanyakan hasil penelitian dipublikasikan dalam bentuk jurnal, buku, atau media lain yang akan dipakai pihak lain. Oleh lantaran itu, laporan tidak boleh menyesatkan pihak lain, laporkan sesuai jalannya penelitian.

Penggunaan Placebo

Istilah placebo diambil dari bahasa latin artinya “ I shall please “ (sekedar menciptakan orang senang). Placebo yakni perlakuan akal-akalan (sham treatment).

Dalam penelitian psikologi khususnya eksperimen di bidang psikoterapi dan intervensi lainnya, konsep placebo mulai dikenal dalam beberapa tahun terakhir sebagai penyesuaian dari model yang dikembangkan pada bidang farmakologi. Penggunaan placebo dalam psikologi berawal dari pandangan bahwa perubahan-perubahan sikap subjek sehabis mengikuti psikoterapi ukan disebabkan oleh faktor psikoterarapi tetapi lantaran imbas placebo.

Dalam pengertian psikoterapi, placebo dimaknai sebagai seluruh proses acara yang diberikan pada unit eksperimental, tetapi acara tersebut tidak memberi imbas apa-apa pada sikap yang diamati.

Placebo disebut sebagai faktor-faktor yang tidak spesifik yaitu elemen-elemen yang ada pada semua bentuk intervensi. Atau hanya kepingan dari prosedur.

Elemen-elemen ini misalnya, keinginan untuk berhasil, kepecayaan pada konselor(terapis), peningkatan semangat sehingga mau melaksanakan dan mencoba cara-cara adaptif dalam hidupnya.

Prosedur Placebo

Pada prinsipnya placebo sama dengan kondisi kontrol yang tidak spesifik. Dalam pelaksanaannya, eksperimen dilakukan dengan cara membandingkan antara kondisi spesifik berupa psikoterapi dengan kondisi yang tidak spesifik yang disebut placebo.

Kelompok kontrol mendapat perlakuan placebo ini yang jumlah sesinya sama dengan ke lompok eksperimen. Kelompok perlakuan memperoleh materi sama dengan mekanisme terapi yang semestinya, sedangkan pada kelompok kontrol konselor tidak memberi terapi.

Problem Etik dalam Placebo

Problem etik yang dihadapi dalam penggunaan placebo diantaranya ketidakmengertian subjek pada acara yang sedang berlangsung. Bahkan tampak bahwa subjek dibohongi bahwa mereka mendapat terapi yang bersama-sama tidak memberi khasiat apa-apa.

Apalagi bila memakai teknik double blind, subjek subjek tidak mengetahui proses yang sedang dijalankan. Padahal subjek mempunyai hak untuk mengetahui, bertanya wacana acara yang diikuti, dan bahkan boleh meninggal/keluar bila ia tidak setuju.

Sekian artikel wacana Hal yang Harus di Perhatikan Dalam Melakukan Sebuah Penelitian. Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hal Yang Harus Di Perhatikan Dalam Melaksanakan Sebuah Penelitian"

Post a Comment