Harga Diri: Pengertian, Aspek-Aspek, Faktor-Faktor, Ciri-Ciri, Komponen, Proses Terbentuk, Langkah Meningkatkan Harga Diri

Harga Diri: Pengertian, Aspek-aspek, Faktor-faktor, Ciri-ciri, Komponen, Proses Terbentuk, Langkah Meningkatkan Harga Diri - Harga diri atau dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan self esteem ada pada setiap individu manusia. Harga diri merupakan kehormatan bagi setiap manusia. Dalam bekerja contohnya harga diri seorang yang bekerja yaitu mendapatkan upah yang layak salah satunya. Harga diri ini ialah bukti bahwa insan itu dianggap ada eksistensinya. Untuk memahami lebih jauh mengenai harga diri, telah merangkum dengan lengkap dan akan mengkaji apa itu harga diri pada goresan pena di bawah ini.
 Harga diri atau dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan self esteem ada pada setiap i Harga Diri: Pengertian, Aspek-aspek, Faktor-faktor, Ciri-ciri, Komponen, Proses Terbentuk, Langkah Meningkatkan Harga Diri
Harga Diri Seseorang
Baca juga: Penjelasan Mengenai Pengertian Prososial dan Perilakunya

Pengertian Harga Diri

Menurut Coopersmith (dalam Hartono, dkk, 2005) harga diri ialah evaluasi personal terhadap dirinya sendiri yang mencerminkan seberapa besar dirinya mampu, berarti, sukses dan dihargai yang diekspresikan melalui sikapnya sendiri. Loudon & Bita (dalam Hartono, dkk, 2005) melihat harga diri sebagai perasaan adekuat seseorang terhadap kecukupan dirinya yang memadai dan penghargaan atau harkat terhadap dirinya sendiri.

Cambell (dalam Hartanto, dkk, 2005) menyampaikan harga diri merupakan aspek penting dalam memilih prilaku seseorang khususnya dalam konteks daya tarik dan atribusi penyebabnya. Sunaryo (2002) menyampaikan harga diri ialah evaluasi individu terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisa seberapa jauh prilaku individu tersebut sesui dengan ideal dirinya. Harga diri sanggup diperoleh melalui orang lain dan dirinya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, sanggup disimpulkan bahwa harga diri ialah sejauh mana individu menilai dirinya sebagai orang yang mempunyai kemampuan, berarti, berharga dan berkompeten.

Aspek-aspek Harga Diri

Coopersmith (dalam Hartanto, dkk, 2005) mengemukakan ada empat aspek yang terkandung dalam harga diri yaitu:

a. Power (kekuasaan) dalam arti kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah laris orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya akreditasi dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain dan besarnya sumbangan dari pikiran atau pendapat dan kebenarannya.

b. Significance (keberartian) yaitu adanya kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima individu dari orang lain. Hal tersebut merupakan penghargaan dan minat dari orang lain dan membuktikan penerimaan dan popularitasnya. Keadaan tersebut ditandai dengan kehangatan, keikutsertaan, perhatian dan kesukaan orang lain terhadapnya.

c. Virtue (kebajikan) yaitu ketaatan atau mengikuti standar moral dan etika. Ditandai dengan ketaatan untuk menjauhi tingkah laris yang harus dihindari dan melaksanakan tingkah laris yang diperolehnya atau diharuskan oleh moral, adab dan agama.

d. Competence (kemampuan) dalam arti sukses menuruti tuntutan prestasi. Dilandasi dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan majemuk kiprah dengan baik dan level yang tinggi dan usia yang berbeda.

Mahli & Reasoner (dalam Hartanto, dkk, 2005) memandang bahwa Harga diri seorang individu secara umum (global harga diri) meliputi 3 aspek yakni:

a. Harga diri fisik (physically harga diri) ialah perilaku sesorang untuk sanggup mengahargai diri sendiri berdasarkan evaluasi terhadap karakteristik orang-orang fisiknya.

b. Harga diri prestasi kerja (performance harga diri) ialah perilaku penghargaan terhadap pengalaman prestasi kerja dimasa lalunya.

c. Harga diri sosial (sosial harga diri) ialah perilaku penghargaan terhadap evaluasi orang lain pada dirinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Menurut Papilia & Olds (dalam Hartanto, dkk, 2005) menyebutkan 5 domain karakteristik yang menjadi contoh pengukuran harga diri, yakni meliputi kompetensi akademik, kompetensi dibidang olah raga, penerimaan sosial, penampilan fisik, dan pemilihan tingkah laku.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri berdasarkan Papilia & Olds (dalam Hartanto, dkk, 2005) antara lain:

a. Keadaan psikologis individu

Keadaan psikologis individu yang mempengaruhi tinggi rendahnya Harga diri berafiliasi dengan kesuksesan dan kegagalan yang dialami, sistem prosedur pertahanan diri berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialami terhadap kekuatan kompetisi dan nilai-nilai kebaikan.

b. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi terbentuknya Harga diri lantaran lingkungan keluarga ini sosialisasi pertama bagi anak. Sebab dari keluargalah anak merasa ditolak atau diterima, merasa berharga atau tidak dan merasa dicintai atau dicintai.

c. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial tidak terlepas dari efek lingkungan lantaran Harga diri terbentuk dari interaksi dengan lingkungan khususnya lingkungan sosial sekitarnya.

d. Jenis kelamin

Hal-hal yang sanggup menaikkan Harga diri seseorang ialah dengan keberhasilan yang diperoleh selama dirinya berinteraksi dengan lingkungan.

Ciri-ciri dan Komponen Harga Diri

Maslow (dalam Suryabrata, 2007) mendeskripsikan bahwa ada dua bentuk kebutuhan harga diri antara lain:

a. Kebutuhan untuk mendapatkan akreditasi atau respect dari orang lain

b. Kebutuhan mendapatkan akreditasi dari pribadi sendiri

Self Respect (pengakuan dari diri sendiri) meliputi rasa percaya diri (feeling of confidence), prestasi, kompetensi dan ketidaktergantungan. Penghargaan dan akreditasi dari orang lain mencakup: penerimaan, apresiasi, akreditasi (recognition). Maslow mendasarkan bahwa kalau kebutuhan-kebutuhan ini tidak dipenuhi akan menimbulkan ketidak percayaan diri, ketidakberanian, lemah dan rendah diri atau inferior.

Karakteristik harga diri ditinjau dari kondisinya dibedakan dalam dua kondisi sebagai berikut:

a. Strong (kuat) ialah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi.

b. Weak (lemah) ialah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi, independensi dan kesuksesan. Bentuk kedua ini lebih besar lengan berkuasa lantaran sekali didapat kita tidak akan melepaskanya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain.

Orang-orang yang mempunyai harga diri yang besar lengan berkuasa berdasarkan Branden (dalam Hartanto, dkk, 2005):

a. Self confidence (percaya diri) yaitu menghadapi segala sesuatu dengan penuh percaya diri dan tidak gampang putus asa, menyadari sepenuhnya kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Rasa percaya diri dimanfaatkan untuk bisa mengatasi segala permasalahan yang muncul sehingga tidak gampang putus asa dan bila berhasil juga tidak besar kepala.

b. Goal oriented (mengacu hasil akhir) yaitu saat ingin melaksanakan sesuatu selalu memikirkan langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dengan memikirkan segala konsekuensi yang diperkirakan akan muncul serta mempunyai alternatif lainya untuk mencapai tujuan tersebut.

c. Appreciative (menghargai) yaitu merasa cukup dan selalu bisa untuk menghargai yang ada disekelilingnya serta sanggup membagi kesenangannya dengan orang lain.

d. Contented (puas atau senang) yaitu bisa mendapatkan dirinya apa adanya dengan segala kelebihan dan kelemahanya serta mempunyai toleransi yang tinggi atas kelemahan orang lain. Dia melihat masa depan dengan apa yang ada pada dirinya dan bisa dilakukanya dan bukanya masa depan yang sekedar menjiplak orang lain.

Orang yang mempunyai harga diriyang besar lengan berkuasa akan bisa membina hubungan yang baik dan sehat dengan orang lain, bersikap impulsif dan menjadikan dirinya menjadi orang yang berhasil.

Ciri-ciri orang yang mempunyai harga diri yang lemah (weak) berdasarkan Branden (dalam Hartanto, dkk, 2005) adalah:

a. Critical (selalu mencela) yaitu selalu mencela orang lain, banyak keinginannya dan sering kali tidak terpenuhi, bahagia memperbesar masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mengakui kelemahannya.

b. Self-centered (mementingkan dirinya sendiri) yaitu biasanya egois, tidak peduli dengan kebutuhan atau perasaan orang lain, segala sesuatunya berpusat pada diri sendiri, tidak ada empati dengan lainnya yang jadinya berakibat bisa menjadi frustasi.

c. Cynical (sinis/suka mengolok-olok) yaitu bahagia meledek orang lain dengan omongan yang sinis, sering menyalah artikan pemikiran, kegiatan, kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain tidak bahagia pada dirinya.

d. Diffident (malu-malu) yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak pernah bisa membuktikan kelebihannya dan sering kali gagal dalam melaksanakan sesuatu.

Proses Terbentuknya Harga Diri

Enam faktor yang sanggup mendukung untuk membangun harga diriyang biasanya disingkat dengan G-R-O-W-T-H (dalam Suryabrata, 2007), yaitu:

a. Goal Setting (merencanakan tujuan), yaitu berani memilih tujuan hidup.

b. Risk taking (mengambil resiko), yaitu berani mengambil resiko lantaran seseorang tidak akan pernah mengetahui kemampuan diri sendiri kalau tidak mau mengambil resiko.

c. Opening up (membuka diri), yaitu kalau seseorang mau membuka diri dan membuatkan rasa (sharing) dengan orang lain maka akan gampang baginya untuk mengenali dirinya sendiri.

d. Wise-choice making (membuat keputusan yang bijaksana), yaitu kalau seseorang bisa menciptakan keputusan yang benar maka akan meningkatkan harga diriconfidence dan harga diri.

e. Time sharing (berjalan sesuai dengan waktu), yaitu jangan terlalu memperlihatkan tekanan atau paksaan pada diri.

f. Healing (penyembuhan), yaitu dalam arti fisik dan mental dan hal itu bisa dilakukan dengan cara menciptakan komitmen dan rasa syukur.

Langkah-langkah untuk Meningkatkan Harga Diri

Menurut Atkinson & Raitman (dalam Siregar, 2007) langkah-langkah untuk meningkatkan harga diri yaitu:

a. Memberikan positive stroke (sentuhan positif) pada orang lain, yaitu menghargai orang lain walaupun terhadap hal-hal yang kecil dengan sentuhan dan kata-kata yang diungkapkan secara spesifik serta ekspresi wajah. Sentuhan faktual sanggup membantu meningkatkan dan memperkuat harga diri bagi si peserta dan pemberi sentuhan faktual tersebut. Memberikan sentuhan faktual ialah cara untuk memperlihatkan penghargaan yang sehat kepada orang lain. Bila kita memperlakukan orang lain dengan hormat dan penuh kasih sayang, harga diri secara tidak pribadi ikut terbawa menjadi lebih besar lengan berkuasa lagi. Adapun cara memperlihatkan sentuhan faktual ialah dengan memandang pribadi mata orang yang memperlihatkan sentuhan faktual untuk memperlihatkan keseriusan dan perhatian seseorang serta berkata dengan memakai kata-kata yang lebih jelas, lebih spesifik, hangat dan nada bunyi yang baik.

b. Tidak memperlihatkan plastic stroke (sentuhan palsu/ basa-basi) pada orang lain, penghargaan yang diberikan pada orang hanyalah merupakan basa-basi, dianggap tidak ada artinya sama sekali sehingga menciptakan orang lain merasa tidak nyaman. Puji-pujian yang berlebih atau tidak lapang dada dimasukkan sebagai kategori sentuhan palsu yang tidak berharga dan tidak akan meningkatkan harga diri baik pemberi maupun penerima.

c. Harus bisa mendapatkan dan berguru untuk mendapatkan positive stroke yang diberikan oleh orang lain.

d. Menolak plastic stroke dengan halus dan tanpa pamrih.

e. Bersungguh-sungguh menepati apa yang sedang kita usahakan, alasannya tidaklah akan bernilai kalau tidak disertai perjuangan yang gigih dan sungguh-sungguh.

f. Meminta pemberian hanya kepada Tuhan dan berusaha.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Harga Diri: Pengertian, Aspek-Aspek, Faktor-Faktor, Ciri-Ciri, Komponen, Proses Terbentuk, Langkah Meningkatkan Harga Diri"

Post a Comment