Perilaku Prososial: Pengertian Dan Faktor Penyebab Sikap Prososial

Perilaku Prososial: Pengertian dan Faktor Penyebab Perilaku Prososial - Seorang relawan atau pekerja sosial dalam bekerja harus mempunyai prilaku prososial, yang mana orang tersebut melaksanakan suatu tindakan untuk menolong orang lain, tanpa memikirkan sedikitpun laba baginya dan bahkan hingga harus melaksanakan pengorbanan walaupun ada resiko. Prososial ialah suatu prilaku yang baik dan sanggup meningkatkan kesejahteraan bagi lingkungan dan masyarakat. Dalam artikel ini akan memabahas dengan lengkap apa itu prososial, prilaku tindakan tersebut, dan faktor yang menimbulkan seseorang melaksanakan tindakan prososial ini.
 Pengertian dan Faktor Penyebab Perilaku Prososial Perilaku Prososial: Pengertian dan Faktor Penyebab Perilaku Prososial
Prilaku Prososial Tidak Memandang Apapun
Baca juga: Kecerdasan dan Penjelasan Tentang Kecerdasan Majemuk

Pengertian Perilaku Prososial

Perilaku prososial ialah suatu tindakan menolong orang lain tanpa harus menyediakan suatu laba pribadi pada orang yang melaksanakan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong (Byrne, 2005). Menurut Clary & Orenstein (dalam Baron&Byrne, 2005) sikap prososial intinya diawali dengan timbulnya rasa tenggang rasa terhadap orang lain. Minat seseorang untuk memperlihatkan pertolongan kepada orang lain bersumber pada motif altruistik yang berdasarkan pada tenggang rasa (empathy). Duan (Baron & Byrne, 2005) menyatakan bahwa tenggang rasa mencakup komponen afektif maupun kognitif, dan Darley (dalam Baron & Byrne, 2005) mengungkapkan secara afektif, orang yang berempati mencicipi apa yang orang lain rasakan, sedangkan secara kognitif orang yang berempati memahami apa yang orang lain rasakan dan mengapa orang-orang mempunyai kadar tenggang rasa yang berbeda-beda (Azar, dalam Baron & Byrne, 2005). Komponen afektif dari tenggang rasa juga termasuk merasa simpatik, tidak hanya mencicipi penderitaan orang lain tetapi juga mengekspresikan kepedulian dan mencoba melaksanakan sesuatu untuk meringankan penderitaan mereka.

Menurut Sears dkk (2000), sikap prososial mencakup segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong, tanpa memperhatikan motif penolongnya. Bartal (dalam Syafriman, 2005) menyebutkan bahwa sikap prososial ialah tingkah laris yang mengakibatkan konsekuensi positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis orang lain. Perilaku tersebut mempunyai pengertian yang luas sehingga perlu adanya suatu batasan yang terperinci mengenai sikap prososial itu sendiri. Perilaku prososial yang dimaksud ialah : mau bekerja sama, menyumbang dan berbagi, serta mempertimbangkan kesejahteraan orang lain.

Pengertian sikap prososial berdasarkan William (dalam Syafriman, 2005) ialah tingkah laris seseorang yang bermaksud untuk merubah keadaan psikis dan fisik si peserta sedemikian rupa, sehingga penolong akan merasa bahwa si peserta menjadi lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis. Pengertian ini menekankan pada maksud dari sikap untuk membuat kesejahteraan fisik maupun psikis.

Berdasarkan beberapa pengertian sikap prososial yang telah diungkapkan oleh beberapa hebat di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa sikap prososial ialah sikap yang menampilkan sikap positif terhadap orang lain, ibarat mau bekerja sama dengan orang lain, menyumbang dan mengembangkan dengan orang lain, serta mempertimbangkan kesejahteraan orang lain.

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Prososial

Fakta bahwa aspek dari kepribadian terlibat dalam sikap prososial telah menimbulkan para hebat menyatakan bahwa suatu kombinasi dari faktor-faktor yang relevan menentukan apa yang disebut sebagai kepribadian altruistik. Kepribadian altruistik ialah suatu kombinasi variabel disposisional yang bekerjasama dengan sikap prososial. Menurut Byrne (2005) faktor disposisional yang menyusun kepribadian altruistik (altruistic personality) ialah sebagai berikut:

a. Empati

Mereka yang menolong mempunyai tenggang rasa yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak menolong. Partisipan yang paling altruistik menggambarkan diri mereka sebagai orang yang bertanggung jawab, bersosialisasi, menenangkan toleran, mempunyai self-control, dan termotivasi untuk membuat impresi yang baik.

b. Mempercayai dunia yang adil

Orang yang menolong mempersepsikan dunia sebagai daerah yang adil dan percaya bahwa tingkah laris yang baik diberi imbalan, dan tingkah laris yang jelek diberi hukuman. Kepercayaan ini mengarah pada kesimpulan bahwa menolong orang yang membutuhkan ialah hal yang sempurna untuk dilakukan dan adanya pengharapan bahwa orang yang menolong akan mendapat laba dari melaksanakan sesuatu yang baik.

c. Tanggung jawab sosial

Mereka yang paling banyak memperlihatkan pertolongan mengekspresikan kepercayaan bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk melaksanakan yang terbaik untuk menolong orang yang membutuhkan.

d. Locus of control internal

Locus of control internal merupakan kepercayaan individual bahwa ia sanggup menentukan untuk bertingkah laris dalam cara memaksimalkan hasil selesai yang baik dan meminimalkan yang buruk. Mereka yang menolong mempunyai locus of control internal yang tinggi. Mereka yang tidak menolong sebaliknya, cenderung mempunyai locus of control eksternal dan percaya bahwa apa yang mereka lakukan tidak relevan, lantaran apa yang terjadi diatur oleh keuntungan, takdir, orang-orang yang berkuasa, dan faktor-faktor yang tidak terkontrol lainnya.

e. Egosentrisme rendah

Mereka yang berperilaku prososial tidak bermaksud untuk menjadi egosentris, self-absorbed, dan kompetitif.

Byrne (2005) menyampaikan bahwa sikap prososial terdiri dari banyak sekali komponen penting yang terlihat melalui:

a) Perilaku menolong

Perilaku menolong tidak hanya ditujukan kepada orang yang dikenal tetapi juga kepada orang yang tidak dikenal. Artinya, memperlihatkan pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan.

b) Suka bekerja sama

Suka menjalin kolaborasi dan mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan sendiri (rasa egosentrisme rendah).

c) Berani menanggung resiko 

Dari apa yang telah dilakukan untuk orang lain; baik resiko tenaga, pikiran dan resiko finansial.

d) Mempunyai rasa tenggang rasa yang tinggi

Merasakan apa yang dirasakan orang lain (aspek afektif) dan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain (aspek kognitif).

e) Bertanggung jawab

Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi baik kepada orang lain maupun tanggung jawab untuk diri senrdiri.

Menurut Sears, dkk (2000) faktor penentu sikap prososial yang spesifik sanggup diuraikan dari tiga sudut pandang yaitu, dari sudut pandang situasi, si penolong, dan orang yang membutuhkan pertolongan. Berdasarkan sudut pandang situasi ada beberapa faktor penentu sikap prososial, diantaranya:

a. Kehadiran orang lain

Menurut Latane (dalam Sears dkk, 2000) kehadiran orang lain yang begitu banyak mungkin telah menjadi alasan bagi tiadanya perjuangan untuk memperlihatkan pertolongan. Semakin banyak orang lain yang hadir, semakin kecil kemungkinan seseorang benar-benar memperlihatkan pertolongan dan semakin besar rata-rata rentang waktu pemberian bantuan.

b. Kondisi Lingkungan

Keadaan fisik juga mempengaruhi kesediaan untuk membantu, imbas cuaca terhadap pemberian pinjaman diteliti dalam dua lapangan yang dilakukan oleh Cunningham (dalam Sears dkk, 2000). Faktor lingkungan yang sanggup mempengaruhi sikap prososial ialah kebisingan. Beranjak dari gagasan umum bahwa kebisingan sanggup menurunkan daya tanggap orang terhadap semua kejadian di lingkungan, beberapa peneliti menyelidiki apakah kondisi yang mengurangi kecenderungan untuk menolong orang absurd yang mengalami kesulitan.

c. Tekanan Waktu

Bukti aktual dari imbas ini berasal dari penelitian Darley dan Batson pada tahun 1973, tekanan waktu mengakibatkan dampak yang berpengaruh terhadap pemberian bantuan.

Sudut pandang yang kedua dari faktor penentu sikap prososial ialah dari penolong. Menurut penelitian-penelitian terdahulu, bahwa beberapa orang tetap memperlihatkan pinjaman meskipun kekuatan situasional menghambat pemberian bantuan, dan yang lain tidak memperlihatkan pinjaman meskipun berada dalam kondisi yang sangat mendukung.

Karakteristik kepribadian yang relatif menetap maupun suasana hati dan psikologis yang lebih gampang berubah, diantaranya:

a. Faktor Kepribadian

Karakteristik kepribadian tertentu mendorong orang untuk memperlihatkan pertolongan dalam beberapa jenis situasi dan menghambat memperlihatkan pertolongan dalam situasi yang lain. Penelitian yang dilakukan Satow (dalam Sears dkk, 2000) bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara sosial, lebih cenderung menyumbangkan uang bagi kepentingan amal dari pada orang yang mempunyai tingkat kebutuhan yang rendah untuk diterima secara sosial, tetapi hanya kalau orang lain menyaksikannya.

b. Suasana Hati

Ada sejumlah bukti menyatakan bahwa orang lebih terdorong untuk memperlihatkan pinjaman kalau mereka berada dalam suasana hati yang baik. Ada batasan yang penting penting untuk imbas “merasa baik” tersebut. Pertama, imbas suasana hati yang positif tidak berlangsung lama. Kedua, suasana hati yang baik sanggup menurunkan kesediaan untuk menolong kalau pemberian pinjaman akan mengurangi suasana hati yang baik tersebut, Isens (dalam Sears dkk, 2000).

c. Rasa Bersalah

Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi khusus dengan sikap prososial ialah rasa bersalah, perasaan gelisah yang timbul kalau kita melaksanakan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah sanggup menimbulkan kita menolong orang yang kita rugikan, atau berusaha menghilangkannya dengan melaksanakan tindakan yang baik.

d. Distres Diri dan Rasa Empatik

Distres diri (personal distress) ialah reaksi pribadi kita terhadap penderitaan orang lain (perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan apapun yang dialami). Sikap empatik (emphatic concern) ialah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk banyak sekali pengalaman atau secara tidak pribadi mencicipi penderitaan orang lain (Sears dkk, 2000).

Sudut pandang ketiga, faktor penentu sikap prososial ialah dari orang yang membutuhkan pertolongan. Seorang altruistis sejati tidak mempertimbangkan apapun kecuali kebutuhan orang yang mengalami kesulitan, sikap prososial sehari-hari sering dipengaruhi oleh karakteristik orang yang membutuhkan, diantaranya:

a. Menolong orang yang disukai

Berdasarkan penelitian Emswiller (dalam Sears dkk, 2000), tingkat kesamaan antara orang yang akan menolong dan orang yang membutuhkan pertolongan juga penting, individu cenderung lebih menentukan memperlihatkan pertolongan pada individu yang mendekati karakteristik yang sama dengannya.

b. Menolong orang yang pantas ditolong

Pertolongan yang diberikan faktor kelayakan kebutuhan juga menjadi pertimbangan, orang yang akan menolong menarik kesimpulan wacana sebab-sebab timbulnya kebutuhan orang tersebut.

Selanjutnya, terkait dengan faktor yang mempengaruhi sikap prososial Situmeang (2004) menyampaikan bahwa, ada efek daerah tinggal anak terhadap sikap prososial individu dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas maka faktor-faktor penyebab sikap prososial ialah empati, karakteristik kepribadian si penolong, situasi lingkungan, dan seberapa besar kebutuhan orang yang ditolong tersebut terhadap pinjaman orang lain.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perilaku Prososial: Pengertian Dan Faktor Penyebab Sikap Prososial"

Post a Comment