Peran Seks: Proses Terbentuknya, Pengertian, Jenis-Jenis, Dan Faktornya

Peran Seks: Proses Terbentuknya, Pengertian, Jenis-jenis, dan Faktornya - Edukasi perihal seks di lingkungan masyarakat Indonesia masih dianggap tabu. Padahal pelajaran atau seks edukasi penting bagi kita dalam menghadapi permasalahan yang berafiliasi dengan seks. Banyak upaya pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan seks edukasi, untuk itu juga akan ikut andil dalam membagikan sebuah goresan pena perihal hal tersebut yaitu mengenai kiprah seks di bawah ini.
 Edukasi perihal seks di lingkungan masyarakat Indonesia masih dianggap tabu Peran Seks: Proses Terbentuknya, Pengertian, Jenis-jenis, dan Faktornya
Peran Seks
Baca juga: Pembahasan Tentang Self-Monitoring

Teori Terbentuknya Peran Seks

a. Teori Biologis

Megawangi mengemukakan perbedaan kiprah seks berafiliasi dengan aspek biologis, bahkan tidak lepas dari imbas perbedaan biologis (sex) pria dan perempuan. Perbedaan biologis pria dan wanita yaitu alami (nature), begitu pula sifat kiprah seks (maskulin dan feminin) yang dibentuknya. Perbedaan biologis menjadikan terjadinya perbedaan kiprah antara pria dan perempuan. Oleh alasannya yaitu itu, sifat stereotip kiprah seks antaara pria dan wanita sulit untuk dirubah. Perbedaan fisik antara pria dan wanita memperlihatkan implikasi yang signifikan pada kehidupan umum perempuan, sehingga wanita lebih sedikit kiprahnya dibandingkan laki-laki.

b. Teori Kultural

Megawangi teori ini membedakan antara jenis kelamin (sex) konsep nature, dan gender konsep nurture. Sesuatu yang nature tidak sanggup berubah, sedangkan kiprah seks sanggup diubah baik melalui budaya maupun dengan teknologi. Pandangan teori ini dianut oleh sebagian besar feminis yang menginginkan transformasi sosial, sehingga perbedaan atau dikotomi kiprah seks pria dan wanita sanggup ditiadakan.

c. Teori Freudian

Menurut teori ini, anak berguru perihal kiprah seks dari lingkungan sekitarnya, alasannya yaitu anak mengidentifikasikan perlakuan orang tuanya. Anak pria mengidentifikasi perlakuan ayahnya sehingga bagaimana sikap seorang laki-laki. Demikian juga anak wanita yang berguru dari ibunya. Proses pengidentifikasian ini ditemukan anak dari perbedaan genital jenis kelamin.

d. Teori Belajar Sosial

Teori berguru sosial meletakkan sumber sex typing pada latihan membedakan jenis kelamin dalam komunitas masyarakat, keutamaan dari teori ini yaitu mengimplikasikan perkembangan psikologi pria dan wanita mempunyai prinsip umum sama dengan proses berguru pada umumnya. Jadi, jenis kelamin tidak dipertimbangkan istimewa, tidak ada prosedur atau proses psikologis khusus yang harus dipostulasikan dalam menjelaskan bagaimana bawah umur menjadi sex typed. Karena termasuk klarifikasi bagaimana bawah umur berguru sikap sosial yang lain. Teori ini memperlakukan anak sebagai distributor aktif yang berusaha mengorganisasikan dan memahami dunia sosialnya.

e. Teori Perkembangan Kognitif

Individu sebagai organisme aktif, dinamis serta mempunyai kemauan berpikir. Individu bisa dan berhak menciptakan pertimbangan dan keputusan sesuai dengan kemauan dan kemampuannya sendiri. Sex typing mengikuti prinsip natural dan tidak sanggup dihindari dari perkembangan kognisi. Individu bekerja aktif memahami dunia sosial mereka, dan akan melaksanakan kategorisasi terhadap dirinya sendiri (self-categorization) sebagai pria dan perempuan. Dasar kategorisasi diri ini yang memilih evaluasi dasar. Seorang pria contohnya akan mengidentifikasikan dirinya sendiri sebagai laki-laki, kemudian ia akan menilai objek-objek yang berkenaan dengan jenis kelaminnya secara positif dan bertindak secara konsisten dengan identitas jenis kelaminnya.

f. Teori Skema Seks

Menurut Bem (dalam Byrne dan Baron, 2004) teori ini merupakan kombinasi dari teori berguru sosial dan teori perkembangan kognitif. Pengaruh lingkungan sosial dan kiprah individu keduanya dipadukan dalam pembentukan kiprah seks melalui denah seks. Teori denah seks berasumsi bahwa sex typing yaitu fenomena yang dipelajari, oleh alasannya yaitu itu sanggup dihindari atau dimodifikasi. Skema seks merupakan sejumlah persepsi (kognisi) dan proses berguru individu terhadap atribut-atribut dan sikap yang sesuai jenis kelaminnya atau berdasarkan label yang diberikan komunitas sosial atau kebudayaan kepadanya. Dengan teori ini sanggup pula diketahui bahwa jenis kelamin tidak selalu berafiliasi dengan kiprah seksnya. Kebudayaanlah yang menciptakan kiprah seks yang menjadi kognisi penting di antara banyak sekali kategori sosial yang ada (ras, etnik, dan religiusitas).

Bem menggambarkan mayoritas kebudayaan mengajarkan perkembangan individu yaitu: pertama, mengajarkan jaringan subtansi dari asosiasi-asosiasi yang sanggup dilayani sebagai denah kognisi. kedua, mengajarkan dikotomi tertentu perihal pria dan wanita secara intensif dan ekstensif dalam setiap tempat pengalaman manusia. Manusia memperlihatkan pentingnya fungsi perbedaan seks sebagai dasar perbedaan adanya norma, tabu dan susunan kelembagaan.

Pengertian Peran Seks

Setiap individu dalam proses perkembangan mengalami berguru berperan sesuai dengan jenis seksnya masing-masing. Women Studies Ensiklopedia menjelaskan bahwa seks yaitu suatu konsep kultural, berupaya menciptakan perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara pria dan wanita yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Sandra Bem seks merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh kiprah seks yang dimilikinya. Bem mengelompokkannya menjadi 4 penjabaran yaitu maskulin, feminin, androgini dan tak terbedakan.

Secara definitif Hurlock (1990) menyatakan kiprah seks sebagai rujukan sikap individu masing-masing jenis seks, yang disetujui dan diterima kelompok dengan siapa individu diidentifikasikan. Kualitas yang tercakup dalam kiprah seks tidak hanya berupa tipe aktifitas tertentu, tetapi juga karakteristik kepribadian sejumlah kemampuan dan sikap serta segala hal yang dipandang sanggup membedakan kedua jenis seks.

Santrock (2004) menyatakan bahwa kiprah seks yaitu ibarat apa seharusnya dan bagaimana seharusnya dilakukan, dirasakan dan dipikirkan oleh individu sebagai maskulin, feminin dan androgini.

Setiap kebudayaan berdasarkan Santrock dan Berry mendefinisikan kiprah seks dari banyak sekali tugas, aktivitas, sifat kepribadian yang dianggapnya pantas bagi seorang individu (laki-laki dan perempuan).

Block (dalam Hurlock, 1990) mengemukakan dengan spesifik bahwa kiprah seks yaitu campuran sejumlah sifat yang oleh seseorang diterima sebagai karakteristik pria dan wanita dalam budayanya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Word (dalam Hurlock, 1990) bahwa kiprah seks yang ditentukan secara budaya mencerminkan sikap dan sikap yang umumnya disetujui sebagai maskulin atau feminin dalam suatu budaya tertentu. Harber dan Runyon (dalam Hurlock, 1990) juga menyatakan atribut-atribut yang dilekatkan pada rujukan kiprah seks sangat dipengaruhi oleh budaya dimana individu bersosialisasi, dan sepanjang masa perkembangan individu kiprah seks tersebut akan mensugesti cara pandang terhadap diri sendiri, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan apa yang akan dilakukan dalam hidupnya.

Jenis-jenis Peran Seks

Hurlock (1990) mengelompokkan kiprah seks sebagai berikut:

A. Peran Seks Androgini (Egalitarian/sederajat)

Stereotip dari kiprah seks androgini didasarkan atas prinsip dasar bahwa perbedaan antara jenis kelamin jauh lebih sedikit daripada yang diperkirakan sebelumnya dan bahwa perbedaan yang ada tidak penting dalam masyarakat di mana teknologi telah menggantikan kiprah yang sebelumnya dipegang tenaga fisik. Kedua jenis kiprah seks (maskulin dan feminin) diperlukan sanggup memperlihatkan sumbangan yang berarti bagi kesejahteraan dan kemajuan kelompok, untuk itu masing-masing individu harus bebas berbagi minat dan kemampuannya dan harus diberi kesempatan yang sama dan hal tersebut tidak bisa diperlukan ada pada kiprah seks non-androgini.

Secara umum kiprah seks androgini menghapuskan pengutamaan pada perbedaan ekstrem antara jenis kelamin. Penekanan ini khas bagi stereotip kiprah seks non-androgini. Peran seks non-androgini dimodifikasi sedemikian rupa sehingga kiprah seks feminin condong ke arah kiprah seks maskulin dan sebaliknya kiprah seks maskulin ke arah kiprah seks feminin, akhirnya kedua kiprah seks ini bertemu ditengah dengan lebih banyak unsur persamaan daripada perbedaan.

Pengertian

Androgini berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu: andro (laki-laki) dan gyne (perempuan). Bem (dalam Sears, 1991) mengemukakan bahwa seks androgini merupakan tingginya kehadiran karakteristik maskulin dan feminin yang diperlukan pada satu individu secara bersamaan. Bem menekankan bahwa seorang androginus bukanlah orang moderat yang berada di tengah-tengah antara maskulinitas dan feminitas yang ekstrem, tetapi seorang androginus memandang dirinya mengkombinasikan ciri-ciri maskulin dan feminin yang kuat.

Block (dalam Santrock, 2004) menyatakan bahwa kiprah seks androgini merupakan suatu keseimbangan orientasi agency dan communion, yaitu suatu proses pembiasaan dalam menghadapi tuntutan masing-masing dimensi. Sejalan yang dikemukakan oleh Romana (dalam Santrock, 2004) menegaskan bahwa individu dengan kiprah seks androgini bisa meleburkan karakteristik feminin dan maskulin, orientasi instrumental dan ekspresif, serta orientasi agency dan communion.

Brown (dalam Santrock, 2004) menggambarkan individu androgini sebagai orang yang memilki temperamen feminin dan maskulin dalam kadar yang tinggi, sehingga bebas dan fleksibel untuk menampilkan acara dan keterampilan sesuai tuntutan keadaan bagi sejumlah kapabilitas dan sensitifitas yang unik.

Karakteristik kiprah seks androgini

Bem (dalam Byrne dan Baron, 2004) mengemukakan bahwa karakteristik kiprah seks androgini meliputi karakteristik maskulin sekaligus feminin antara lain: mempertahankan keyakinan sendiri, mandiri, tegas, berkepribadian teguh, suka memaksakan kehendak sendiri terhadap orang lain, mempunyai kemampuan untuk memimpin, berani mengambil resiko, dominan, berani mengambil sikap, penuh inisiatif, percaya diri sendiri, sportif dan suka bersaing, suka menganalisa, cepat mengambil keputusan, berdikari, suka melaksanakan segala sesuatu tanpa pemberian orang lain, suka bersaing untuk mencapai harapan tinggi, suka memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang, simpatik, peka terhadap kebutuhan orang lain, penuh pengertian, penyayang, suka menghibur orang lain yang berduka, hangat dalam pergaulan, bahagia pada anak-anak, lemah lembut, suka mengalah, periang, pemalu, suka dirayu, setia, suka berbicara dengan lemah lembut, gampang terpengaruh pada keadaan orang lain, manja, dan tidak suka berbahasa kasar.

Peran Seks Non Androgini (Tradisional)

Peran seks non-androgini yang terdiri dari kiprah seks maskulin dan feminin, dimana adanya stereotip yang mengatur apa saja yang wajib dan boleh dilakukan oleh pria dan perempuan. Stereotip yang mendasari kiprah seks maskulin dan feminin tradisional merupakan perwujudan prinsip dasar bahwa ada perbedaan antara kedua jenis kelamin. Kedua jenis tersebut juga berbeda dalam bidang yang penting bagi kesejahteraan dan kemajuan kelompok sosial tempat mereka mengidentifikasi diri, kiprah seks tradisional mengunggulkan jenis kelamin laki-laki.

Peran seks maskulin dianggap lebih superior maka pria harus dan sanggup memberi sumbangan berbeda kepada kelompok sosial daripada perempuan. Untuk sanggup memperlihatkan sumbangan yang sesuai dengan kemampuan, kedua jenis seks harus berguru memainkan kiprah yang diberikan sebaik mungkin, tanpa memperdulikan minat dan kemampuan pribadi. Untuk memainkan kiprah ini dengan baik kedua jenis seks harus menampilkan gambaran yang disetujui untuk kiprah seksnya masing-masing, mereka harus menghindari sikap yang tidak sesuai bagi jenisnya, walaupun hal itu sesuai untuk anggota jenis yang lain, dan mereka harus memperlihatkan sikap toleran dan mencemoohkan mereka yang tidak beradaptasi dengan kiprah seks yang disetujui sebagai cara memotivasi mereka untuk mengadakan penyesuaian.

Peran Seks Maskulin

a. Pengertian

Masters (dalam Byrne dan Baron, 2004) mengemukakan bahwa kiprah seks maskulin menunjuk pada tingkat dimana seseorang memenuhi harapan sosial perihal bagaimana seharusnya pria berperilaku atau berpenampilan. Maka, tanpa dikaitkan dengan jenis seks individu, sanggup dikatakan bahwa kiprah seks maskulin menunjuk pada tingkat dimana seseorang mempunyai karakteristik yang memenuhi harapan sosial perihal karakteristik laki-laki.

b. Karakteristik kiprah seks maskulin

Bem (dalam Byrne dan Baron, 2004) mengemukakan bahwa karakteristik kiprah seks maskulin meliputi: mempertahankan keyakinan sendiri, mandiri, tegas, berkepribadian teguh, suka memaksakan kehendak sendiri terhadap orang lain, mempunyai kemampuan untuk memimpin, berani mengambil resiko, dominan, berani mengambil sikap, penuh inisiatif, percaya diri sendiri, sportif dan suka bersaing, suka menganalisa, cepat mengambil keputusan, berdikari, suka melaksanakan segala sesuatu tanpa pemberian orang lain, serta suka bersaing untuk mencapai harapan tinggi.

Peran Seks Feminin

a. Pengertian

Masters (dalam Byrne dan Baron, 2004) mengemukakan bahwa kiprah seks kiprah seks feminin menunjuk pada tingkat dimana seseorang memenuhi harapan sosial perihal bagaimana seharusnya wanita berperilaku atau berpenampilan. Maka, tanpa dikaitkan dengan jenis seks individu sanggup dikatakan bahwa kiprah seks feminin menunjuk pada tingkat dimana seseorang mempunyai karakteristik yang memenuhi harapan sosial perihal karakteristik perempuan.

b. Karakteristik kiprah seks feminin

Bem (dalam Byrne dan Baron, 2004) mengemukakan bahwa karakteristik kiprah seks feminin meliputi : suka memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang, simpatik, peka terhadap kebutuhan orang lain, penuh pengertian, penyayang, suka menghibur orang lain yang berduka, hangat dalam pergaulan, bahagia pada anak-anak, lemah lembut, suka mengalah, periang, pemalu, suka dirayu, setia, suka berbicara dengan lemah lembut, gampang terpengaruh pada keadaan orang lain, manja, dan tidak suka berbahasa kasar.

Peran Seks Undifferentiated

1. Pengertian

Masters (dalam Byrne dan Baron, 2004) mengemukakan bahwa kiprah seks kiprah seks undifferentiated atau tidak terbedakan menunjuk pada aksara yang tidak termasuk dalam kiprah seks maskulin, feminin atau androgini, dimana individu mempunyai skor feminin maupun maskulin dibawah rata-rata maka sanggup disimpulkan bahwa kiprah seks undifferentiated berkaitan dengan keberadaan karakteristik feminin dan maskulin tolong-menolong dalam nilai rendah pada satu individu (laki-laki maupun perempuan).

2. Karakteristik kiprah seks undifferentiated

Bem (dalam Byrne dan Baron, 2004) mengemukakan bahwa karakteristik kiprah seks undifferentiated meliputi karakteristik maskulin sekaligus feminin (seperti yang disebutkan dalam karakteristik kiprah seks androgini) dalam nilai rendah atau dibawah rata-rata.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Seks

Ada beberapa faktor yang mensugesti kiprah seks diantaranya:

a. Keluarga

Merupakan faktor penting dalam membentuk konsep diri seorang anak, Dari konsep diri yang dibuat orang bau tanah ini akan timbul kemampuan-kemampuan khusus, prestasi-prestasi, aspek-aspek unik yang muncul dan karakteristik yang khusus dari temperamen. Pada keluarga victorian seorang anak victorian dididik untuk berdikari dan semenjak dini ditekankan bahwa mereka bisa melaksanakan apapun sama baiknya dengan laki-laki, pada mereka diajarkan nilai-nilai usaha yang kompetitif (Byrne dan Baron, 2004).

b. Budaya

Okin (dalam Sarwono, 2002) mengemukakan bahwa budaya membentuk pengertian dan pandangan seseorang perihal sesuatu hal, termasuk perihal adanya pergeseran pendapat pada kiprah sosial seorang wanita yang beralih dari kiprah tradisional ke kiprah yang lebih modern. Lebih lanjut dijelaskan bahwa budaya termasuk didalamnya yaitu kesadaran perbedaan ras dan etnik, wanita yang berada pada ras dan etnik minoritas, dimana terhadap kiprah seks masih begitu kuat, akan mempunyai pandangan yang sempit terhadap kiprah seks itu sendiri dan mendapatkan begitu saja peran-peran stereotip yang diberikan kepada mereka.

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang mensugesti sudut pandang kiprah seks melalui proses belajar. Dengan adanya pendidikan tinggi bagi perempuan, maka semakin membentuk kesadarannya akan kiprah sosial yang sanggup diperolehnya. Pendidikan akan semakin membuka wawasan kaum wanita perihal keberadan kesamaan kualitas sebagai insan akan kepercayaan pada diri sendiri.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Peran Seks: Proses Terbentuknya, Pengertian, Jenis-Jenis, Dan Faktornya"

Post a Comment